Chapter 7 - AROMA WOODY

"Alisha, pikirkan baik-baik keputusanmu. Aku tidak mau melihat kamu menyesal di kemudian hari." ucap Terry dengan tatapan serius.

"Aku sudah memikirkan hal ini Terry, aku tidak bisa menunggu lama. Hampir dua tahun kita mencari pria dingin itu. Bahkan kita selalu mendatangi setiap even gelar lukisan. Tapi kita tidak tahu siapa pelukis DK." ucap Alisha dengan tatapan putus asa.

"Apa kamu sudah tidak mencintainya?" ucap Terry dengan suara pelan saat melihat Diana menggeliat dalam tidurnya.

"Jangan tanya hal itu lagi Terry, dalam kurun waktu dua tahun aku hampir tidak pernah mengenal pria dalam hidupku. Hanya pria dingin itu yang mengikatku dalam sebuah ikatan yang tak bisa aku lepas." ucap Alisha dengan kedua matanya berkaca-kaca.

Terry menelan salivanya mendengar ucapan Alisha, apa yang di katakan Alisha sungguh hal yang nyata. Terry sendiri jadi saksi kesetiaan cinta Alisha pada pria dingin yang menghilang entah kemana.

"Baiklah, Alisha. Sungguh, aku tidak bisa memberikan saran apapun padamu. Yang terpenting apapun yang kamu putuskan aku akan selalu mendukungmu, juga Diana pasti akan mendukungmu." ucap Terry sepenuhnya mendukung pada keputusan Alisha.

"Terima kasih Terry, kamu adalah sahabatku juga saudaraku yang sangat baik. Jadi, apa kamu setuju kalau aku menerima lamaran Lucken dan menikah dengannya?" tanya Alisha dengan tatapan penuh.

Terry menganggukkan kepalanya, demi kebahagiaan Alisha dan Diana.

"Syukurlah, sekarang aku sangat lega. Aku akan mengirim pesan saja pada Lucken kalau aku mau menikah dengannya." ucap Alisha dengan sebuah senyuman.

"Alisha, setelah kamu menikah dengan Lucken bagaimana dengan pekerjaan kamu?" tanya Terry memastikan pekerjaan Alisha tetap berjalan lancar.

"Lucken mengatakan padaku, aku tetap bisa menjalankan pekerjaanku. Jadi kamu jangan menguatirkan hal itu." ucap Alisha seraya bangun dari duduknya.

"Sekarang kita harus pergi keluar. Kita akan bersenang-senang hari ini. Siapkan Diana dengan pakaian yang cantik, aku mau mandi." ucap Alisha seraya mengecup kening Diana yang berada dalam pangkuan Terry.

"Ayo... sayang, Mami ganti pakaianmu dengan pakaian yang bagus. Kamu dengar sendiri kan? Tante Alish ingin kamu tampil cantik hari ini." ucap Terry seraya mengusap lembut rambut Diana yang terlelap dalam pangkuannya.

Dengan penuh kebahagiaan Alisha membawa Terry di sebuah cafe milik temannya.

"Alisha, kenapa kita harus ke sini? Kenapa kita tidak ke taman bermain saja?" tanya Terry dengan kening mengkerut saat Alisha menghentikan di sebuah cafe.

"Aku mau bertemu temanku sebentar, setelah itu kita pergi ke taman bermain. Sebaiknya kamu tunggu di mobil saja." ucap Alisha seraya mengecup Diana yang sedang bermain boneka di pangkuan Terry.

Dengan tergesa-gesa Alisha masuk ke dalam cafe mencari keberadaan Ruth. Alisha sangat terkejut saat mendapat pesan dari Ruth kalau Ruth melihat lukisan dirinya di acara galeri lukisan satu minggu yang lalu di Bali.

"Alisha!! aku di sini!" teriak Ruth sambil melambaikan tangannya di lantai atas dengan suasana yang sedikit gelap.

Dengan lampu cafe yang sangat temaram membuat Alisha sedikit ekstra mencari jalan ke tempat Ruth.

Tanpa melihat ke kanan ke kiri Alisha berjalan cepat hingga....

"BUG!!"

"PYARRR!!"

Alisha menubruk bahu seorang Pria dengan memakai topi hitam dan jaket hitam hingga gelas minuman Pria itu jatuh dan pecah.

Namun Alisha tidak memperdulikannya karena informasi tentang pria dingin lebih penting dari apapun.

"Wanita ceroboh!!" ucap Pria itu dengan suara berat kemudian pergi meninggalkan Alisha.

Alisha menghentikan langkah kakinya saat mendengar suara berat pria itu juga aroma Woody yang tidak bisa Alisha lupakan seumur hidupnya.

Bergegas Alisha menoleh ke belakang mencari pria yang baru di tubruknya.

"Di mana dia? apakah pria tadi pria dingin yang aku cari?" ucap Alisha sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan cafe.

"Aku yakin pria itu pria dingin yang aku cari. Dia mengucapkan sesuatu yang sama seperti dua tahun yang lalu. Wanita ceroboh!" ucap Alisha dalam hati sambil berlari keluar mencari ke mana pria itu pergi.

"Di mana kamu pria dingin? kamu harus bertanggung jawab dengan semua yang kamu lakukan padaku. Kamu tidak bisa begitu saja pergi setelah kita melakukannya." ucap Alisha duduk bersimpuh dengan kedua matanya berkaca-kaca merasa putus ada dengan usahanya yang tidak ada hasil sama sekali.

"Alisha!! ada apa denganmu?" tanya Terry tiba-tiba ada di hadapannya.

"Ayo... bangunlah! sebelum ada orang lain yang melihatmu!" ucap Terry mengulurkan tangan satunya sedangkan tangan satunya menggendong Diana.

"Aku bertemu dengannya Terry, aku hampir saja menemukannya! dia ada di sini. Dia ada di Jakarta!" ucap Alisha dengan airmata berlinang.

"Kamu tenanglah...ayo, kita masuk ke dalam mobil." ucap Terry masih bingung dengan apa yang di katakan Alisha.

"Ceritakan sekarang, apa yang kamu lihat." ucap Terry setelah berada di dalam mobil dan memberikan segelas air mineral pada Alisha.

"Aku kesini mencari Ruth, karena Ruth bilang satu Minggu yang lalu saat dia di Bali. Ruth melihat lukisanku di acara galeri lukisan. Karena itulah aku menemui Ruth sebentar." ucap Alisha seraya mengambil nafas dalam sebelum melanjutkan ceritanya.

"Lalu? kenapa kamu menangis?" tanya Terry dengan tatapan heran.

"Di dalam cafe aku menubruk seorang pria. Suara pria itu dan aroma tubuhnya, juga apa yang di katakan pria itu sama persis dengan pria dingin itu Terry!" ucap Alisha seraya mengusap airmatanya.

"Pria itu mengatakan apa?" tanya Terry penasaran.

"Mengatakan aku wanita ceroboh. Aku baru sadar semua itu dan aku mencarinya tapi dia sudah menghilang." ucap Alisha dengan perasaan menyesal tidak bisa menemukannya.

"Alisha kamu tenanglah, sebaiknya kita pulang dan kamu istirahat. Bukankah kamu besok akan menikah? lupakan pria dingin itu oke." ucap Terry menyerahkan Diana pada Alisha kemudian menjalankan mobilnya kembali pulang.

***

Di rumah keluarga besar Kayler...

"Bagaimana Luck, apa kamu sudah mendapatkan jawaban dari Alisha sayang?" tanya Katherine dengan wajah serius.

"Sudah Mom, Alisha setuju. Besok pagi aku akan menjemput Alisha. Dan semoga Ducan sudah siap di kantor agama." ucap Lucken merasa bersalah dengan apa yang di lakukannya. Tapi demi Ducan, dia rela pergi keluar negeri sampai Ducan mendapat kebahagiaan bersama Alisha.

"Luck, sebenarnya Momy tidak ingin melakukan hal ini. Tapi Momy harus yakin calon keturunan besar kita dari wanita baik-baik. Dan Momy percaya pada pilihan kamu. Momy yakin kalau Alisha bisa menjaga Ducan dan juga memberikan keturunan pada keluarga besar kita." ucap Katherine merasa sedih dengan keadaan kedua putranya.

"Baiklah, Mom... di mana Ducan sekarang? aku harus bicara dengannya. Aku harus memastikan kalau Ducan harus bisa menjadi aku sampai Alisha berhasil memberikan keturunan pada keluarga kita." ucap Lucken seraya bangun dari duduknya.

"Ducan baru tadi malam datang, sekarang sedang istirahat di kamarnya." ucap Katherine dengan perasaan sedikit lega karena sebentar lagi Ducan akan menikah dengan Alisha.