Chereads / King Of The Crown Island / Chapter 43 - Episode 42 - Konflik

Chapter 43 - Episode 42 - Konflik

"Senior Tsuhira benar-benar gila! Dia bertarung seperti orang kerasukan!"

"Senior Rigen juga, lihatlah! Tidak ada yang mampu menembus baju zirahnya!"

"Keras sekali!"

Setelah beberapa pekan tinggal di Desa Sehan, nampaknya Tsuhira dan Rigen telah berkembang menjadi lebih kuat.

Tsuhira melirik ke arah Rigen yang saat itu terlihat seperti kewalahan saat melawan 6 orang bandit sekaligus.

"Rigen! Kau memerlukan bantuan? Hahaha.... " Teriak Tsuhira disela-sela pertarungannya.

"Jangan sembarangan! Aku justru sedang menikmatinya!

"Jangan terlalu lama, kita harus kembali!"

"Perhatikan saja belakangmu!"

Sebuah pedang besar dilayangkan kepada Tsuhira dari arah belakang.

Bbboomm.

Tanah hancur seketika. "Cih, licin sekali orang itu!"

Empat bandit yang lain langsung berlari menerjang dan terus menyerangnya tanpa henti.

Namun Tsuhira menghindarinya dengan memiringkan kepalanya, membungkukkan badannya, melompat dan memutarkan tubuhnya. Dan pada saat itu sekilas Tsuhira terlihat seperti seolah sedang menari.

"Hey Rigen, Aku mulai bosan. Mereka terlalu lemah untuk sebuah kelinci percobaan."

"Sial, Dia meremehkan kita!"

Seketika para bandit yang tersisa menerjang secara bersamaan sambil mengeluarkan jurus-jurusnya.

Namun di saat yang bersamaan sebelum seranga tersebut mengenainya, dengan cepat Tsuhira langsung menancapkan pedang Element Es miliknya nya ke dalam tanah.

"Ice Ground!"

Bongkahan Es yang sangat tajam pun keluar dari dalam tanah, lalu kemudian menjalar dengan cepat ke sekitarnya hingga 20 meter dari tempatnya berdiri.

Dan para bandit yang berada di sekitar Tsuhira pun membeku. Kemudian Tsuhira menghantam satu persatu bandit tersebut dengan pedang Element Api miliknya.

Sebuah ledakan berkali-kali terdengar dengan sangat keras. Percikan api kecil layaknya bola api melayang kemana-kemana mengiringi munculnya suara ledakan tersebut.

Setelah beberapa lama, asap akibat dari ledakan tersebut pun mulai menipis dan mulai memulihkan padangan.

Namun tubuh dari para Bandit itu pun tidak lagi terlihat, dan nampaknya mereka telah dihancur leburkan selebur-leburnya.

Disisi lain Rigen hanya terdiam mematung dan tidak melakukan apa-apa. Dirinya terlihat seperti sengaja membiarkan para bandit itu menyerangnya.

Dan ternyata benar saja, Rigen sengaja membiarkan para bandit itu menyerangnya untuk menguji sejauh mana kekuatan dari Armor baru miliknya tersebut.

Alhasil serangan para bandit itupun tidak mampu menembus zirah milik Rigen. Damage dari serangan yang mereka lancarkan sangat kecil sekali, padahal saat itu mereka telah mengerahkan berbagai jurus yang mereka miliki.

"Woy, dia bukan Paladin kan? Kenapa dia bisa sekeras itu?!"

"Sudah kubilang, kita ini salah pilih orang! Ayolah kita lari saja!"

Mendengar hal itu Rigen emosi dan sedikit kecewa. "Sepertinya apa yang dikatakan Tsuhira benar, mereka terlalu lemah untuk menguji kekuatan dari zirahku."

"Buang-Buang waktu saja!" Rigen menghantamkan Perisainya ke tanah. "Shield Punch!"

Bbaaam.

Gelombang dari hantaman itu membuat tanah yang menjadi pijakan para bandit tersebut melemparkannya ke udara.

Selagi mereka di udara, dengan cepat Rigen menggunakan Skill Unique yang dia dapatkan dari sepasang senjatanya yang bernama Ulfberht Sword dan Ulfberht Shield.

"Weapon Awakening!"

Kedua senjata tersebut bercahaya lalu kemudian menyatukan diri, dan akhirnya berubah bentuk menjadi suatu senjata yang baru.

Bentuk senjata tersebut mirip seperti jenis senjata Naginata.

Naginata sendiri merupakan senjata tombak dengan mata pisau dari katana. Senjata tersebut biasanya digunakan oleh para prajurit untuk pertarungan jarak menengah.

Gagang tombak tersebut normalnya terbuat dari kayu dengan mata tombak dari katana yang melengkung. Dan tombak ini sangat cocok digunakan untuk tipe pertempuran Chaos.

Namun senjata milik Rigen ini bentuknya sedikit berbeda. Perbandingan panjang gagang dengan mata tombaknya yaitu 60/40, dan 40% itu sangat panjang untuk ukuran sebuah mata tombak.

Tombak ini juga sepenuhnya terbuat dari baja dan tidak ada unsur kayu di dalamnya. Mata pisaunya lebar dan besar namun tetap sangat tajam.

Kemudian Rigen memutarkan tombaknya dengan sangat cepat, para bandit yang berjatuhan langsung mengenai hempasan pedangnya tersebut, dan seketika merekapun mati dengan badan yang terbelah menjadi dua bagian.

Semua orang yang saat itu melihatnya terdiam dan terheran-heran, termasuk Tsuhira.

"Senjata apa itu?!"

Untuk pertama kalinya mereka semua melihat sebuah Skill yang sangat aneh dan unik, yang dimana Skill tersebut membuat perisai dan pedang menyatu dan menciptakan jenis senjata baru.

Dengan rasa penasaran Tsuhira berjalan menghampiri Rigen.

"Apa yang baru saja terjadi?"

"Kau melihatnya bukan? Aku menyatukannya." Jawab Rigen sambil memainkan senjatanya. "Ringan sekali."

"Ya aku tahu. Maksudku, memangnya Guardian memiliki Skill seperti itu?

"Tentu saja tidak. Skill ini aku dapatkan dari sepasang senjata ini."

"Sial, Itu benar-benar keren!"

"Memangnya senjatamu tidak memiliki efek khusus?"

"Ada sih, tapi hanya Skill Pasif."

"Oh yang tadi yah, pantas saja gerakanmu sangat cepat tadi.

Setelah berbincang sedikit dengan para anak buahnya, mereka pun akhirnya naik kereta dan kembali melanjutkan perjalanannya.

**

Sebuah keributan terjadi Di Guild Hall Gagak Hitam.

Keributan ini bermula ketika dua orang petualang yang bernama Tetsu dan Hama datang ke Guild Hall Gagak Hitam.

Saat itu mereka berdua berniat untuk mengambil Quest disebuah papan Quest yang terdapat di Guild Hall Gagak Hitam.

Disaat hendak memilih sebuah Quest, mereka berdua dikagetkan dengan apa yang mereka lihat di hadapannya saat itu.

Mereka melihat dua sketsa wajah yang terpampang jelas di sebuah papan Quest Pencarian. Sketsa wajah tersebut terlihat sama persis dengan wajah Scarra dan Maggie yang dia kenal.

Ketika melihat hal itu mereka seketika terkejut dan sedikit tidak percaya. Kemudian mereka membaca Quest tersebut dan mencoba memastikannya.

Dan benar saja, sketsa tersebut adalah sketsa wajah Scarra dan Maggie. Hal itu dikuatkan dengan sebuah nama yang tercantum sebagai orang yang hilang di dalam Quest tersebut.

Namun mereka masih menolak untuk percaya. Kemudian mereka memastikannya lagi dengan menanyai satu persatu Hunter yang ada di sana.

Dan jawaban mereka semua selalu sama, yaitu membenarkan bahwa kedua orang yang hilang tersebut adalah Scarra dan Maggie.

"Kenapa, apa kau temannya? Percuma kalian mencarinya, mereka berdua mungkin sudah mati." Ucap salah satu Hunter Gagak Hitam.

"Jaga ucapanmu, ya!" Tetsu menggebrak sebuah meja yang salah satu bangkunya di duduki Hunter tersebut.

Apa yang dilakukan Tetsu saat itu menarik perhatian para Hunter yang ada di ruangan tersebut.

Mereka sedikit terkejut namun juga merasa senang, karena jarang sekali ada petualang yang berani membentak seorang Hunter apalagi di kandangnya sendiri.

"Wah, Gede juga nyalinya tuh bocah!"

"Eron lu dibentak tuh! Masa diem aja!"

"Dia nantangin tuh!"

"Woi bocah, bosen idup lu?"

Sambil tertawa-tawa para Hunter tersebut mencoba memanas-manasinya dan mengolok-oloknya.

Hunter yang saat itu duduk di hadapan Tetsu pun berdiri. "Kenapa? Kau sakit hati dengan ucapanku?" Ucap Hunter tersebut dengan wajah yang meremehkan.

"Jadi dia temanmu? Kasian sekali nasib temanmu itu, ya." Orang tersebut kembali duduk dan meneguk Bir nya. "Baru beberapa hari saja jadi Hunter dia sudah mati dibunuh oleh pemberontak, malang sekali nasibnya. Kalian jangan mengikuti jejaknya ya, jika tidak mau mati. Hahaha.... "

Misi pertama Scarra, melindungi Desa Ashura dari pemberontak. Setidaknya itulah yang diketahui oleh para Hunter yang lainnya saat itu.

Mendengar hal itu Tetsu semakin marah, Dia tidak terima Scarra dihina seperti itu oleh kelompok Hunternya sendiri.

"Kurang ajar kau!"

Tetsu melempar gelas Bir yang ada di hadapannya ke muka Hunter tersebut. Dan sontak para Hunter yang melihat kejadian itupun terkejut.

"Bangke!"

Hunter tersebut mengeluarkan pedangnya dan hendak menebas Tetsu. Namun tiba-tiba saja suara keras seperti suara benda yang hancur terdengar di arah pintu masuk ruangan tersebut.

Brraagg.

Semua Hunter terkejut dan seketika melirik ke arah sumber suara tersebut.

Saat itu mereka melihat sesosok pria dengan tubuh yang tinggi besar berdiri di samping meja yang hancur.

"Be-Besar sekali!"

Bersambung.