POV JENI.
Saat aku melihat pintu yang hancur dan wajahnya. Rasanya jantungku lepas dari pusaran. Aku tidak tahu harus membuat wajah seperti apa.
"Te, terima kasih.." aku tahu suaraku terdengar aneh pastinya. Dia mengira mungkin aku akan takut padanya karena dengan tangan kosong saja dia bisa menghancurkan pintu. Wajahku benar benar terasa panas. Aku segera ngeloyor pergi dengan mendekap tasku.
"Hei. Tunggu dulu!"
Deg! Degup jantungku semakin menjadi jadi. Aa, kenapa! Apa dia mengenaliku? Ya ampun penampilanku sedang kacau seperti ini. Aku memejamkan mata. Sulit menerima kenyataan kalau pria yang menolongku itu adalah pemuda hari itu. Pemuda yang di cafe. Gebetanku. Maksudku orang yang aku taksir itu loh!