Chereads / Super Genius / Chapter 4 - AWAL PETUALANGAN

Chapter 4 - AWAL PETUALANGAN

Keesokan harinya, di klan Kaneko tepatnya di kediaman Niiban Kaneko terlihat dua pria paruh baya saling berhadapan satu sama lain.

Yang satu tengah duduk bersila ia diatas sebuah alas duduk ia adalah Niiban, dan yang satunya lagi membungkuk hormat terhadap Niiban ia adalah salah satu tetua klan Kaneko yang baru saja kembali dari tugas yang diberikan Niiban untuk mencari tahu apa yang terjadi pada anak serta beberapa tetua klan yang mengejar Otoichi serta istri dan anaknya yang belum juga kembali hingga sekarang.

Setelah dipersilahkan oleh Niiban untuk melaporkan tentang penyelidikannya, sang tetua agak ragu sesaat sebelum berkata "Lapor pimpinan kedua klan, hamba baru saja kembali dari tugas yang anda berikan.

Dari penyelidikan yang hamba kerjakan hamba menemukan mayat dari anak anda Ojiichi dan mayat beberapa tetua lainnya yang ikut mengejar Otoichi serta istri dan anaknya namun hamba tidak menemukan mayat dari Otoichi, istri maupun anaknya" katanya dengan keringat dingin mengalir di belakang punggungnya.

Mendengar hal tersebut awalnya Niiban terkejut lalu diikuti oleh amarah yang besar dan bertanya mencoba memastikan bahwa ia mendengar kesalahan "apa ? apakah kau mencoba untuk bercanda denganku ?" bentaknya kepada sang tetua.

Sang tetua yang tiba-tiba dibentak kaget sekaligus ketakutan dan buru-buru menjawab "tidak-tidak tuan hamba mengetakan yang sebenarnya.

Jika tuan tidak percaya, tuan dapat melihat sendiri mayat mereka yang aku bawa kemari" katanya sembari makin banyaknya keringat dingin yang mengalir dipunggungnya.

Mendengar pengakuan sang tetua yang disertakan bukti, Niiban tidak lagi mempunyai mood untuk memarahi sang tetua ia hanya ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri mengenai kebenarannya.

Sehingga ia memerintahkan "segera pimpin jalan kemayat mereka.

Ingat jika kamu berbohong maka kamu akan menebusnya dengan nyawamu" katanya sambil mengancam.

Sang tetua yang tidak ingin membuat amarah Niiban padanya semakin besar hanya bisa pasrah dengan nasibnya dan segera menjawab "baik tuan" katanya.

Setelah itu, ia segera memimpin jalan ke tempat ia menyimpan mayat Ojiichi dan para tetua yang ia bawa.

Setelah sampai diruang mayat, Niiban segera mengamati mayat-mayat itu dengan hati-hati.

Beberapa saat kemudian tatapannya jatuh ke mayat anaknya yang membuat ia mengalami syok berat dan membuatnya terjatuh.

Disertai cederanya yang belum pulih setelah melawan Ichiban, ia memuntahkan cukup banyak darah.

Setalah berhenti memuntahkan darah, Niiban menatap kelangit sambil menggeram "AAAAGGGGHHH,,, OTOICHI AKU BERSUMPAH DEMI JIWA IBLISKU, DI MANAPUN KAU DAN KELUARGAMU BERADA AKAN KUTEMUKAN KALIAN DAN MEMBUNUH KALIAN DENGAN TANGANKU SENDIRI" katanya.

Setelah mengucapkan sumpah itu ia mulai merasa membaik dan mencoba menenangkan pikirannya.

Setelah pikirannya benar-benar tenang, ia segera memerintahkan pada tetua yang sebelumnya "segera beritahukan kepada para petinggi klan yang lain untuk menyegel semua pintu masuk klan dengan segel Iblis tingkat tinggi" pintahnya.

Menyaksikan Niiban yang tidak melampiaskan kemarahannya kepadanya, sang tetua merasa lega sehingga ia segera mengiyakan perintah Niiban "laksanakan tuan" lalu dengan cepat pergi melaksanakan perintah Niiban karena takut Niiban akan berubah pikiran.

Disisi lain, di area klan Shimizu tepatnya di suatu ruang pertemuan, terlihat beberapa petinggi klan Shimizu dan pemimpin klan saat ini sedang duduk mengelilingi meja berbentuk oval.

Entah sudah berapa lama mereka berkumpul disitu, saat salah satu petinggi klan berkata "pemimpin, apa pendapatmu tentang kematian Juuichiban ?" tanyanya.

Sang pemimpin adalah seseorang yang berusia 59-60 tahun, ia adalah Juuniiban Shimizu atau lebih tepatnya sepupu dari Juuichiban.

Setelah ditanya oleh salah satu petinggi klan ia mengelus janggutnya sambil berpikir sebentar lalu menjawab "yah,,, tentang cara matinya aku menduga bahwa ia telah menggunakan tekhnik terlarang tekhnik roh pahlawan, namun itu tidak penting saat ini.

Yang aku tidak mengerti adalah mengapa dan apa tujuannya melakukan itu ?

Sanniiban bagai mana menurutmu ?" jelasnya sebelum dia berbalik bertanya kepada salah satu tetua yang berada di sebelahnya.

Sanniban adalah penasihat klan sekaligus kakak dari Juuniiban, karena itu Juuniiban bertanya padanya.

Setelah menganalisis pertanyaan Juuniiban sebentar, ia menjawab "Menurutku, setelah menimbang dari kebiasaan Juuichiban selama ini, ia melakukan hal tersebut pasti karena ada alasan mendesak.

Dan alasan tersebut pasti berkaitan dengan masalah putrinya yang berada di klan Kaneko saat ini, mengingat Juuichiban yang akan melakukan apapun untuk orang yang ia sayangi" katanya dengan nada bijak.

Mendengar penjelasan masuk akal dari Sanniiban, Juuniiban serta petinggi klan lainnya setuju akan hal itu.

Setelah beberapa saat Juuniiban bertanya lagi "Lalu apa menurutmu yang terjadi pada putrinya sehingga ia rela mengorbankan nyawanya ?" tanyanya ingin tahu.

Memikirkan nya sebentar, Sanniban lalu menjawab "Untuk itu aku kurang yakin tapi pasti mengenai keselamatan putrinya dan ia menggunakan tekhnik roh pahlawan untuk menyelamatkannya.

Untuk lebih jelasnya lebih baik kita mengirim mata-mata ke wilayah klan Kaneko untuk mengamati gerak-gerik mereka mungkin kita bisa mendapat keuntungan dari itu mengingat kemarin malam adalah malam bulan purnama disaat para iblis tidak dapat mengeluarkan kekuatan mereka sepenuhnya mungkin saja ia menggunakan kesempatan itu untuk menyerang dan menyelamatkan putrinya dari klan Kaneko " katanya disertai saran.

Mendengar saran dan spekulasi dari Sanniiban, Juuniiban menjadi bersemangat dan segera memerintahkan kepada petinggi klan lainnya "Baiklah, segera perintahkan kepada seluruh mata-mata terbaik kita untuk mengamati gerak-gerik klan Kaneko secepat mungkin" pintahnya.

Setelah mendapat perintah dari Juuniiban para petinggi klan yang lain juga mengerti makna dari kata-katanya yaitu, apa bila spekulasi dari Sanniiban benar, mereka akan dapat memusnahkan klan Kaneko yang mungkin sedang mengalami kerugian besar dari serangan Juuichiban yang menggunakan tekhnik roh pahlawan pada saat kondisi mereka yang melemah.

Memikirkan hal itu, mereka juga ikut bersemangat dan segera menjalankan perintah Juuniiban.

Setelah melihat tindakan petinggi klan lainnya yang mengerti maksudnya dan segera melaksanakan perintahnya Juuniiban merasa sangat puas.

Setelah tersisa dirinya dan kakaknya yang berada diruang pertemuan, Juuniiban bergumam pada dirinya sendiri "hehehehe,,Juuichiban semoga saja apa yang dikatakan kakakku benar.

Walaupun rencanaku untuk menjadikanmu umpan untuk menarik iblis-iblis dari klan Kaneko itu gagal setidaknya kau membawa keberuntungan untuk kami dengan kematianmu" katanya dengan senyum licik.

Sementara itu, di pinggiran kota Ogaki dekat hutan terdapat sebuah gubuk sederhana.

Didepan gubuk itu terlihat seorang anak yang berusia 5-6 tahun sedang berlatih seni bela diri.

Ia adalah Ryoichi, yang setelah memutuskan untuk memperkuat dirinya untuk bertahan hidup, tengah memulai latihannya.

Setelah keluar dari hutan dengan pertimbangan yang matang, Ryoichi memilih untuk tidak memasuki pusat kota melainkan memilih pinggiran kota dekat hutan dan mendirikan sebuah gubuk sederhana.

Alasan ia memilih pinggiran kota dekat hutan adalah, agar ia tidak menarik perhatian yang mengakibatkan posisinya diketahui oleh anggota klan Kaneko.

Dan juga, jika mungkin posisinya saat ini di temukan ia akan mudah melarikan diri kedalam hutan untuk bersembunyi.

Saat ini Ryoichi tengah berlatih tehnik beladiri tangan kosong seperti tekhnik memukul, menendang, menangkis dan menghindar yang terus ia ulangi untuk memantapkan gerakannya.

Berkat instruksi dan arahan yang diberikan oleh Ichiban dan Juuichiban serta bakat alaminya sendiri, gerakan Ryoichi semakin membaik seiring berjalannya waktu.

Setelah berlatih <=5 jam, Ryoichi yang telah berlatih keras akhirnya kelelahan dan terjatuh tapi tidak kehilangan kesadarannya serta diwajahnya terpampang senyum puas.

Beberapa saat kemudian setelah terjatuh dan terengah-engah, suara Ichiban tiba-tiba terdengar dari dalam benaknya.

Ichiban berkata "hehe,,, kerja bagus nak, hanya dalam 5 jam berlatih dan terlebih lagi bagi seseorang yang baru memulai kau telah mampu menguasai tekhnik seni bela diri tingkat dasar sebesar 70%" katanya disertai pujian.

Ryoichi yang baru saja terjatuh, masih terengah-engah dan kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya akibat kelelahan berat yang ia alami.

Mendengar suara Ichiban yang tiba-tiba terdengar dari dalam benaknya, ia mencoba untuk bangkit keposisi duduk.

Namun sekeras apapun ia mencoba, ia tetap tidak bisa menggerakkan tubuhnya sedikit pun sehingga ia hanya bisa mendengarkannya sambil berbaring.

Setelah mendengar pujian dari Ichiban, Ryoichi bukannya bertambah senang, melainkan senyum puas yang tadi terpampang diwajahnya tiba-tiba hilang digantikan dengan ekspresi kejutan.

Karena ia pikir setelah latihan keras yang ia lakukan dalam 5 jam ia telah melewati tingkat dasar menurut teori yang diajarkan oleh kedua kakeknya, namun kenyataannya baru mencapai kesuksesan sebesar 70%.

Setelah sadar dari kejutannya, karena merasa tidak bisa menerima kenyataan ia segera bertanya "Kakek pertama, apakah kakek mencoba menipuku ? Menurut teori yang kakek pertama dan kakek kedua ajarkan setelah 5 jam latihan kerasku tadi, aku yakin aku telah menguasainya 100 %.

Namun kakek mengatakan bahwa aku baru mencapai 70% ?" bantahnya merasa agak frustasi.

Dibantah oleh Ryoichi, giliran Ichiban yang dikejutkan.

Awalnya ia mengira bahwa cucunya akan senang setelah mendapat pujiannya, namun kenyataannya berbeda, di tambah ucapan Ryoichi yang menyiratkan "setelah latihan keras selama 5 jam ia baru mencapai kesuksesan sebesar 70%" membuatnya merasa telah direndahkan dan ingin menangis.

Namun ia hanya bisa membantah dalam hati untuk menjaga harga dirinya di depan cucunya "Hanya dalam 5 jam berlatih ditambah saat pertama kali mulai berlatih anda msih tidak puas dengan keberhasilan 70% ?

apakah anda tahu berapa kali dan berapa lama aku berlatih untuk mencapai keberhasilan seperti itu ?

apakah anda mencoba merendahkan ku ?

dasar bocah kurang ajar" katanya disertai kutukan.

Karena tidak tega memarahi cucunya yang secara tidak sengaja merendahkannya, Ichiban hanya bisa menjawab "hhuuff,,, nak, yang kakek katakan tadi adalah kebenaran.

Memang benar secara teori tekhnik seni belah dirimu sudah sempurna pada tingkat dasar.

Namun teori tetaplah teori dan itu tidak akan cukup menbantumu saat melakukan pertarungan nyata.

Sedangakan wujud dari tekhnik seni belah diri tingkat dasar dikatakan sempurna adalah disaat kau telah membangun insting bertarungmu" jelasnya sambil mendesah lemah.

Dengan iq-nya yang tinggi, Ryoichi dapat memahami dengan jelas penjelasan singkat yang baru saja diberikan Ichiban.

Namun ia masih tidak puas, dan bertanya lagi "hmmm,,, tapi kenapa kalian tidak menjelaskan itu padaku sejak awal ?" tanyanya.

Mendengar itu, Ichiban sangat ingin menamparnya "bocah ini, apakah dia belum puas merendahkanku ?

Sekarang ia malah menyuruhku untuk mempermalukan diriku sendiri didepannya dengan membongkar aibku" pikir Ichiban.

Adapun Juuichiban yang dari tadi mendengar percakapan mereka, merasa agak terhibur mendengar Ryoichi yang secara tidak sengaja merendahkan Ichiban.

Namun ia tidak berani mengejek Ichiban karena ia pun sama dengannya.

Sehingga setelah mendengar pertanyaan Ryoichi yang bisa membongkar aib mereka, ia segera angkat bicara sebelum Ichiban kelepasan.

Juuichiban berkata sambil terkekeh "hehehe,,, nak, bukannya kami tidak ingin menjelaskannya sejak awal, kami hanya menunggu kau berhasil menguasai teori tekhnik seni belah diri tingkat dasar dulu.

Karena, untuk menyempurnakannya kau butuh pengalaman bertarung.

Dan ingat nak, melakukan sesuatu dengan terburu-buru bukanlah hal yang baik, lebih baik lakukan secara perlahan tapi pasti" jelasnya disertai nasihat untuk membuat Ryoichi tidak mencurigai mereka.

Disisi lain, Ichiban yang mendengar penjelasan Juuichiban, tahu bahwa Juuichiban juga mempunyai pengalaman yang sama dengannya sehingga agak mengurangi rasa kekesalannya karena telah direndahkan.

Namun ia juga kagum pada Juuichiban yang sangat pintar menutupi aibnya dengan kata-katanya, yang membuat Ichiban mengejek dalam hati "sungguh,, pembicara yang baik" pujinya sarkatik.

Seperti yang diharapkan, setelah mendengar penjelasan dan saran Juuichiban, rasa tidak puas yang dirasakan Ryoichi sebelumya akhirnya hilang.

Dan ia menjawab "maaf kek, aku terlalu bersemangat untuk menjadi kuat secepat mungkin.

Lain kali, dalam melakukan sesuatu aku akan selalu mengingat nasihat kakek ini" katanya disertai rasa bersalah.

Mendengar kepatuhan cucunya kepadanya, Juuichiban merasa senang sekaligus bangga pada dirinya sendiri.

Disisi lain, Ichiban yang juga mengamati hal itu juga tidak ingin kalah, sehingga ia dengan cepat berkata "hehehe,, nak, benar apa yang dikatakan oleh kakek ke-duamu.

Tapi tenang saja, jika nanti kau melupakan nasihatnya, aku akan selalu mengingatkanmu" katanya dengan nada berwibawa.

Seperti yang diharapkan, setelah mendengar tambahan dari Ichiban, rasa bersalah Ryoichi akhirnya hilang digantikan dengan kebahagiaan karena merasa selalu diperhatikan oleh kakeknya.

Iapun berkata "Terima kasih kek.

Dan juga aku minta maaf karena sempat meragukanmu tadi" katanya.

Kali ini giliran Juuichiban yang di buat takjub oleh kelicikan Ichiban, sehingga ia mengutuk dalam hati "dasar rubah licik.

Sangat pintar dalam memanfaatkan kesempatan." katanya.

Adapun Ichiban, setelah mendengar permohonan maaf dari cucunya, ia merasa sangat puas dengan dirinya sendiri dan semua rasa kesal yang ia rasakan tadi akhirnya hilang.

Setelah itu mereka melanjutkan berbincang-bincang mengenai tingkatan seni belah diri, sembari menunggu Ryoichi untuk memulihkan tenaganya.

30 menit pun berlalu tanpa mereka sadari dan akhirnya tenaga Ryoichi akhirnya pulih.

Namun ia masih merasakan sakit dibeberapa bagian tubuhnya akibat berlatih terlalu keras.

Hal itu membuatnya tidak dapat melanjutkan latihannya untuk hari ini.

Sehingga Ichiban menyarankan "Nak, hari ini kita cukupkan dulu latihanmu.

Masuklah kedalam gubukmu untuk beristirahat dan kita akan melanjutkan latihanmu besok" katanya.

Mendengar itu Ryoichi tidak membantah, tapi ia bertanya sebelum memasuki gubuk untuk beristirahat "Tunggu dulu kek ! Tadi kakek mengatakan untuk menyempurnakan seni belah diri tingkat dasar milikku aku harus mengalami pengalaman pertarungan nyata.

Lalu dengan siapa aku harus bertarung besok ?"

tanyanya.

Mendengar pertanyaan itu, Ichiban dan Juuichiban sempat bingung juga karena mereka tidak mengantisipasi perkembangan Ryoichi yang sangat cepat.

Setelah berpikir keras, tiba-tiba mereka tersadar dan salah satu dari mereka berkata "hehehe,, tenang saja nak saat ini kita berada di tempat yang tepat untuk itu.

Besok kau akan masuk kedalam hutan untuk mencari binatang buas dan bertarung dengan mereka" katanya.

Mendengar kata "binatang buas", Ryoichi yang masih anak-anak terkejut lalu diikuti dengan rasa takut dan dengan cepat membantah "tidak-tidak,,aku tidak akan bisa melakukan itu bagaimana jika mereka memakanku ?" katanya dengan ketakutan.

Mendengar bantahan Ryoichi, Ichiban dan Juuichiban kembali tersadar mengenai usia Ryoichi yang baru berusia 5-6 tahun.

Namun mereka tidak menertawakannya, malah mencoba meyakinkannya "Hehe,,,nak, kau tidak perlu menghawatirkan keselamatanmu kami akan selalu melindungimu.

Namun kau juga tidak boleh selalu bergantung pada kami karena akan menyebabkanmu mengalami hambatan pada kemampuanmu.

Dan, percayalah pada dirimu sendiri, kami yakin dengan kemampuanmu saat ini, jika hanya setingkat binatang buas biasa, tidak akan mampu membuatmu terluka parah" jelas salah satu dari mereka dengan nada percaya diri.

Mendengar jaminan dan kepercayaan dari kakeknya, akhirnya Ryoichi merasa lega dan membulatkan tekadnya sembari berkata "baiklah kek aku percaya pada kalian" katanya.

Setelah itu Ryoichi memasuki gubuknya dan beristirahat.