Di tengah hutan pinggiran kota Ogaki prefektur Gifu, di tepi sungai seorang anak laki-laki yang berusia 5-6 tahun tengah duduk terdiam dalam kebingungan di atas rakit, ia adalah Ryoichi.
Ryoichi yang baru saja terbangun dari tidurnya semalam, tidak dapat mengingat apapun kecuali nama nya.
Nama yang ia ingat itupun hanya nama depannya, sedangkan marganya tidak dapat diingatnya.
Setelah mencoba sebisa mungkin untuk mengingat apa yang telah terjadi dan apa asal-usulnya, ia tidak dapat mengingat apapun.
Menyerah untuk mencoba mengingat hal tersebut, Ryoichi mulai mengamati sekelilingnya.
Beberapa saat kemudian pandangannya tertuju pada potongan-potongan tubuh dari para tetua klan Kaneko yang telah dibunuh oleh Juuichiban.
Diawali rasa terkejut kemudian rasa ketakutan yang intens setelah melihat pemendangan tersebut, seluruh tubuh Ryoichi bergetar hebat dan jantungnya berpacu dengan cepat.
Syok karena pemandangan mengerikan itu, Ryoichi yang masih anak-anak hanya bisa menekan kepalanya dengan kedua tangannya dan berteriak ketakutan
" AAAHHH,,, AAAPA SEBENARNYA YANG TTTERJADI DISINI ? AAAPAKAH AKU YANG MMMELAKUKAN SEMUA INI ? AAAPA SEBENARNYA AKU INI ?"
teriaknya dengan terbata-bata.
Ryoichi yang masih syok tiba-tiba mendengar suara orang tua dari dalam benaknya yang mengatakan "tenanglah nak" kata suara itu dengan nada yang lembut.
Mendengar suara yang dekat tersebut namun tidak dapat melihat sumbernya, Ryoichi yang masih anak-anak menjadi semakin takut.
Namun karena ketakutan tersebut, Ryoichi secara naluriah berpura-pura tenang dan menurunkan suaranya saat bertanya "sssiapa kau ? dddari mana kau bbberbicara kepadaku ?" tanyanya masih terbata-bata.
Menyadari Ryoichi yang masih ketakutan dari nada suaranya, suara orang tua itu muncul lagi "hhuuff,,, tenanglah nak aku tidak akan membahayakan mu" katanya sambil mendesah sedih.
Ryoichi yang memiliki iq diatas rata-rata mampu memahami sesuatu dengan cepat namun ia juga memiliki kewaspadaan yang tinggi.
Sehingga ia menjawab "mmengapa kau tidak akan membahayakan ku ? aapakah kau mengenal ku ? dan jika memang seperti itu mmengapa kau tidak menunjukan dirimu kepadaku ?" tanyanya dengan nada suara yang mulai stabil.
Mendengar jawaban Ryoichi, sosok suara misterius itu tahu bahwa walaupun Ryoichi sudah mulai tenang namun masih waspada terhadapnya.
Sehingga sosok suara misterius itu hanya bisa menjawab "Huuff,, iya aku mengenalmu Ryoichi,,namun aku tidak dapat memperlihatkan wujud ku padamu saat ini" katanya sambil mendesah lemah.
Mendengar namanya disebut oleh suara misterius itu, Ryoichi akhirnya mulai percaya dan merasa agak legah.
Namun dia masih bertanya "lalu kapan dan bagaimana kau akan memperlihatkan wujud mu ?" tanyanya.
Mengetahui bahwa ia mulai mendapatkan kepercayaan dari Ryoichi, sosok suara tersebut dengan cepat menjawab "Baiklah,,, sekarang pejamkan matamu lalu tenangkan pikiranmu setenang mungkin dan pikirkanlah suaraku dalam hatimu" pintah nya dengan penuh antusias.
Mendengar arahan dan nada antusias dari suara misterius tersebut, Ryoichi semakin yakin bahwa sosok suara misterius itu tidak bermaksud jahat kepadanya.
Sehingga ia mulai memejamkan matanya dan berkonsentrasi sebaik mungkin untuk menenangkan pikirannya sambil memikirkan suara tersebut.
Sesaat kemudian setelah Ryoichi telah menenangkan pikirannya setenang mungkin dan memikirkan suara misterius, iapun tiba disebuah ruangan yang luasnya takterbatas bewarna hitam dan putih, masing-masing wilayah luasnya sama besar dan ia tepat berada ditengah penghubung antara wilayah hitam dan putih dari ruang tersebut.
Menyaksikan Ryoichi yang muncul dalam ruangan tersebut, sosok suara misterius berkata "bukalah matamu nak !!" katanya.
Setelah mendengar suara misterius itu menyuruhnya membuka mata, Ryoichi perlahan membuka matanya.
Menyaksikan apa yang dilihatnya, awalnya Ryoichi terkejut lalu diikuti kebingungan.
Terkejut karena ia tiba-tiba berada di ruang yang aneh itu dan bingung karena terdapat dua sosok pria paruh baya yang mungkin memiliki umur yang sebaya pula sedang duduk didepannya sambil menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang dan kerinduan.
Yang satu duduk di wilayah hitam ruangan mengenakan jubah hitam dan satunya lagi duduk di wilayah putih ruangan mengenakan baju putih, namun tidak ada satupun dari mereka yang ia kenal.
Pria paruh baya yang mengenakan jubah hitam adalah Ichiban dan yang mengenakan jubah putih adalah Juuichiban.
Setelah mengalami kejutan dan kebingungan sesaat, Ryoichi segera bertanya kepada mereka "siapa kalian ? dan tempat apa ini ?"
tanyanya.
Melihat tatapan kebingungan dari wajah Ryoichi terhadap mereka, Ichiban dan Juuichiban yang telah mengantisipasi hal itu tetap merasakan sakit di hati mereka karena di pandang sebagai orang asing oleh cucu mereka sendiri.
Namun mereka masih menjawab "aku adalah Ichiban kakekmu dari ayahmu" dan "aku adalah Juuichiban kakekmu dari Ibumu dan ruangan ini adalah ruang tempat penyimpanan qi milikmu" kata mereka bergantian.
Mendengar jawaban mereka, Ryoichi mencoba mengingat tentang mereka dan mencari tahu dari pengetahuannya apa itu penyimpanan qi.
Namun sekeras apapun ia mencoba mengingat tentang mereka ia tidak dapat mengingat satupun dari mereka, sedangkan pengetahuannya tentang ruang penyimpanan qi ia menemukan ruang penyimpan qi untuk ras iblis berwarna hitam dan luasnya sesuai dengan potensi dan bakat iblis tersebut, begitu pula bagi ras manusia namun ruang penyimpanan qinya berwarna putih.
Menguraikan kembali kesimpulan yang ia temukan dari ingatannya, Ryoichi menjadi semakin bingung dan terkejut sehingga ia bertanya lagi "jika kalian adalah kakekku, mengapa aku tidak bisa mengingat kalian ? lalu dimana ayah dan ibuku ? dan mengenai tempat penyimpanan qi milikku mengapa ruang nya sangat luas dan berwarna hitam dan putih ? apa sebenarnya aku ini ?" tanyanya.
Melihat Ryoichi yang mulai akibat berusaha memikirkan identitasnya, Ichiban serta Juuichiban merasakan sakit di hati mereka.
Setelah mendesah sedih akhirnya Ichiban menjawab dengan jawaban yang ambigu "Hhhuuff,, tenanglah Ryoichi ! aku adalah ras iblis dan Ichiban adalah ras manusia.
Mengenai kedua orang tuamu, saat ini kami belum bisa mengatakannya padamu karena akan membuatmu dalam bahaya dan mereka pula yang membuatmu tidak bisa mengingat kami, dengan cara menyegel ingatan dan kekuatanmu.
Namun jangan khawatir, ayah dan ibumu sangatlah menyayangimu.
Bahaya yang aku katakan tadi berasal dari orang-orang yang ingin membunuhmu karena iri dengan bakat dan iqmu.
Sehingga ayah dan ibumu terpaksa menyegel ingatan serta kekuatanmu agar mereka tidak dapat menemukanmu, lalu mereka menitipkan mu kepada kami.
Adapun mengenai penyimpanan qi milikmu kami menduga itu karena kau terlahir dari keturunan iblis dan manusia, sedangkan mengenai ruangnya yang sangat luas itu mungkin karena bakat dan iq milikmu diatas rata-rata sehingga luasnya tak terukur" katanya.
Mendengar jawaban ambigu tersebut, Ryoichi sebenarnya tidak puas.
Namun setelah mendengar ayah dan ibunya sangat menyayanginya dan juga demi keselamatannya ia pun menahan rasa tidak puasnya tersebut.
Sehingga ia bertanya "lalu kapan aku boleh mengetahui kebenarannya ?" tanyanya dengan lemah.
Melihat pikiran rasional yang dimiliki cucunya, Ichiban dan Juuichiban merasa lega sekaligus sedikit senang, sehingga salah satu dari mereka menjawab "kami akan memberitahumu ketika kau telah memiliki kekuatan untuk melindungi dirimu sendiri dan menguasai kestabilan mentalmu saat kau berada dijalan yang salah dalam menggunakan kekuatanmu" katanya.
Mendengar jawaban tersebut, Ryoichi agak kecewa karena membutuhkan waktu yang lama untuk mewujudkannya.
Namun karena itu semua masuk akal dan juga demi kebaikannya, ia hanya bisa pasrah dan menerimanya.
Sambil mendesah lemah ia hanya bisa menjawab "baiklah,,, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk segera bertambah kuat" katanya.
Melihat raut wajah Ryoichi yang tampak kecewa, Juuichiban mencoba menyemangatinya dengan mengatakan "Jangan terlalu keras memikirkannya, melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa bukanlah hal yang baik.
Dan kau tidak perlu khawatir dengan cara untuk bertambah kuat, kami akan terus membimbing dan mengawasimu" katanya.
Mendengar perkataan Juuichiban yang mencoba menghiburnya, Ryoichi merasakan hangat didalam hatinya dan mendapatkan kembali antusiasnya.
Namun pada kalimat (selalu membimbing dan mengawasi), Ryoichi tiba-tiba tersadar dengan realisasi dan segera bertanya "apa maksudmu dengan selalu membimbing dan mengawasiku ? dan btw mengapa kalian bisa berada dalam penyimpanan qi milikku" tanyanya dengan penasaran.
Mendengar pertanyaan Ryoichi, Ichiban dan Juuichiban saling memandang dan menghela nafas sedih secara bersamaan.
Pertanyaan tersebut sangat tidak ingin mereka jawab karena takut Ryoichi akan merasa bersalah, akhirnya ditanyakan juga.
Namun karena tidak tega membohongi dan takut Ryoichi akan mencari tahu lebih jauh lagi tentang apa yang telah terjadi, akhirnya salah satu dari mereka menjawab "baiklah nak dengarkan baik-baik.
Sebenarnya yang kau lihat sekarang ini adalah roh kami dan tidak bisa lagi kembali ke raga kami masing-masing.
Dan penyebab roh kami berada disini adalah aku yang menggunakan sumpah iblis yang jika aku mati maka rohku akan keluar dari tubuhku dan menggantikan ku untuk menjagamu, sedangkan Juuichiban menggunakan tekhnik terlarang yaitu tekhnik roh pahlawan agar dapat melindungimu" yang menjawab adalah Ichiban.
Stelah mendengar jawaban itu, Ryoichi samar-samar mengetahui apa yang telah terjadi berkat iq-nya yang tinggi.
Seperti yang diharapkan, setelah mengetahui apa yang terjadi pada Ichiban dan Juuichiban, Ryoichi merasa sangat bersalah dan merasakan sakit yang sangat dihatinya.
Hal itu menyebabkan ia tanpa sadar mengeluarkan air mata dari matanya dan dalam hatinya ia memutuskan untuk percaya sepenuhnya bahwa mereka adalah kakeknya.
Mengingat tindakannya sebelumnya yang tidak mempercayai mereka sebagai kakeknya, membuat rasa sakit di hatinya kian membesar sehingga membuatnya akhirnya menangis layaknya anak-anak seumurannya.
Melihat cucu mereka yang sedang menangis didepan mereka, membuat Ichiban maupun Juuichiban juga merasa sedih.
Tidak tega melihat cucunya menangis seperti itu, Ichiban dan Juuichiban saling memandang satu sama lain lalu menganggukkan kepala mereka secara bersamaan.
Setelah itu mereka mendekat ke sisi Ryoichi dan masing-masing menepuk pundak kiri dan kanannya sambil salah satu dari mereka berkata "Jangan terlalu menyalahkan dirimu nak ! sudah sepantasnya kami sebagai kakekmu untuk melindungimu.
Adapun kematian kami adalah bagian dari kurangnya kemampuan kami sendiri dan juga itu sebagai bukti bahwa kami sangat menyayangimu." katanya dengan suara lembut penuh kasih sayang.
Mendengar perkataan tersebut, membuat Ryoichi sangat tersentuh dan rasa sakit dihatinya perlahan mereda digantikan oleh kehangatan.
Setelah beberapa saat secara perlahan tangisannya mulai mereda.
Masih tersedu-sedu dengan tatapannya tertuju kebawah, Ryoichi yang merasa malu atas tindakannya sebelumnya tidak berani menatap langsung kearah Ichiban dan Juuichiban.
Dengan suara rendah namun jelas Ryoichi perlahan berkata "kakek-pertama, kakek-kedua mohon maafkan aku atas tindakanku sebelumnya karena tidak mempercayai kalian sebagai kakekku" katanya dengan rasa bersalah bercampur penyesalan sambil menundukkan kepalanya secara bergantian pertama kepada Ichiban dan kedua kepada Juuichiban.
Mendengar Ryoichi akhirnya memanggil mereka dengan sebutan (kakek) sejak terbangunnya ia dan melupakan tentang mereka, membuat mereka merasakan hangat di hati mereka dan rasa senang yang tak terlukiskan.
Terutama bagi Juuichiban yang hanya bertemu dengan Ryoichi beberapa kali sebelum ia di penjara oleh para petinggi klan Shimizu dan sejak saat itu ia tidak pernah lagi bertemu dengan cucunya ini.
Melihat Ryoichi yang tidak berani menatap mereka, salah satu dari mereka segera berkata "hehe,,tidak perlu khawatir tentang itu nak, kami sebagai kakekmu malah merasa senang dengan usia yang baru menginjak 5-6 tahun kau sudah memiliki kewaspadaan yang besar untuk melindungi dirimu sendiri, hal itu membuat kami sangat bangga padamu.
Anggaplah itu sebagai modal awal untuk mencapai tujuanmu untuk memiliki kekutan melindungi dirimu sendiri" katanya sambil menyelipkan beberapa kata-kata motivasi untuk cucunya.
Mendengar kata-kata motivasi itu, Ryoichi merasa bangga sekaligus malu, karena saat ia kebingungan diawal perkenalan mereka ia sangat jelas melihat ekspresi sedih di wajah mereka karena tidak dikenali olehnya.
Mengangkat kepalanya, Ryoichi perlahan menatap Ichiban dan Juuichiban secara bergantian.
Melihat senyum ramah mereka yang diarahkan padanya, Ryoichi juga ikut tersenyum kepada mereka.
Setelah percakapan yang lumayan panjang itu, Ryoichi akhirnya samar-samar sudah mulai memahami apa yang telah terjadi.
Meskipun masih ada beberapa pertanyaan yang ia ingin tanyakan, ia tidak menanyakannya karena tahu pertanyaan tersebut tidak akan dijawab oleh kedua kakeknya itu karena demi kebaikannya sendiri.
Seperti : dimana keberadaan kedua orang tuanya ?, apa identitas dari orang-orang yang ingin membunuhnya ?, apa nama marganya ?, dll.
Setelah menimbang semua itu dalam benaknya, akhirnya Ryoichi hanya bisa bertanya "Kakek pertama, kakek ke-dua sekarang bagaimana aku akan memperkenalkan diriku kepada orang lain agar tidak dicurigai kalau aku memperkenalkan diri tanpa menyebut marga-ku, dan bagaimana aku akan berlatih mulai berlatih ?" tanyanya.
Mendengar pertanyaan tersebut Ichiban dan Juuichiban saling memandang dan tersenyum secara bersamaan, lalu salah satu dari mereka menjawab "tenang saja nak untuk nama sekarang dan seterusnya nama marga-mu adalah Kaneshi, dan untuk sekarang hingga kau berumur 16 tahun kami hanya akan mengajarimu tentang seni beladiri sedangkan untuk seni sihir kami akan mengajarimu setelah itu.
Pengaturan ini kami sepakati bersama karena jumlah qi dalam tubuh mu sangat banyak dan jika kau memulainya sebelum berusia 16 tahun, kau hanya akan menghancurkan dirimu sendiri" katanya dengan senyum ramah.
Mendengar jawaban dan penjelasan terencana tersebut, Ryoichi tidak ragu sedikitpun dan segera mengangguk dan berkata "Baik kek" katanya dengan antusias sambil menyatukan kedua tangannya dan membungkuk kearah Ichiban dan Juuichiban secara bergantian.
Melihat tindakan hormat Ryoichi dan rasa percaya dan patuh pada mereka, membuat
Ichiban dan Juuichiban sangat senang dan bangga pada Ryoichi.
Dengan ini dimulailah petualangan Ryoichi untuk mengetahui seluruh teka-teki yang masih belum ia tahu jawabannya.