Chereads / Stars Elite / Chapter 2 - Singgah

Chapter 2 - Singgah

Darma berdiri melamun di kamar karantina. Dia mendekat ke arah jendela lalu melihat ke atas. Langit yang luas tak berujung. Dia ingat soal tepian galaksi. Semua makhluk di galaksi ini sudah tahu keberadaan tepian galaksi yang misterius. Sejarah pernah mencatat sebuah pesawat luar angkasa pernah mendekat ke tepian galaksi. Sang kapten mengadakan pertemuan dengan anak buahnya. Di mana dia membahas kalau dia ingin menjelajahi tepian galaksi ini dan masuk ke dalam. Dia tidak memaksa.

Jika ada yang keberatan, bisa keluar pulang menggunakan pesawat kecil. Hanya ada satu anak buahnya yang keberatan. Sebenarnya dia ingin sekali ikut. Tetapi dia harus pulang karena ibunya sedang sakit keras. Sang kapten memberi izin. Anak buah ini bernama Surtikh dari planet Erfur. Di mana ciri-ciri makhluknya kurus tinggi, hidung mancung melengkung ke bawah, ujung sisi kiri dan kanan matanya runcing seperti pisau, kulit merah gelap dan gigi panjang bergerigi. Surtikh keluar menggunakan pesawat kecil.

Sebelum pergi, dia melihat kapten dan teman-temannya masuk melewati tepian galaksi. Saat itu lah dia melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Pesawat tersebut seperti tertelan kegelapan yang maha dahsyat. Hilang tanpa jejak. Bahkan Surtikh mencoba menghubungi kaptennya melalui kokpit tapi sinyal langsung hilang. Kejadian ini dia tulis di akhir bukunya yang diberi judul "Perjalanan Hingga ke Tepi".

Buku ini ditulis sekitar dua ratus tahun yang lalu. Dulu teknologi akselerasi belum ada. Jadi Surtikh, Sang Kapten, dan semua anak buah adalah makhluk yang planetnya lebih dekat dengan ke tepian galaksi. Karena buku ini pula semua makhluk tidak ada yang berani melintasi tepian galaksi.

***

Seminggu kemudian semua orang akan dilepas ke planet tujuan masing-masing. Darma ditempatkan di planet Efora. Sebuah planet yang indah di mana planet ini bercahaya memancarkan warna-warna yang indah. Makhluknya selalu memakai pakaian serba mencolok pula. Tinggi agak berisi, kulit keras seperti kulit mati, berwarna merah tua. Perawakannya seperti makhluk bumi. Hanya saja di bagian tepi luar alisnya terdapat tiga buah benjolan sebesar kelereng dan rambutnya didominasi oleh warna merah marun. Benjolan tersebut bukanlah daging. Melainkan tulang.

Darma tiba di stasiun luar angkasa. Besar dan luas sekali. Mungkin lima kali lebih besar daripada bandara internasional. Gedungnya sangat tinggi dan megah. Dia masuk dan menunggu di tempat tunggu keberangkatan. Sebelum pergi, seorang petugas berpakaian seragam stasiun luar angkasa mendekatinya dan memberinya barang-barang yang diperlukan.

"Maaf, anda calon pelepasan dari Yayasan Biro Pekerja, ya?" tanya petugas itu dengan ramah.

Darma mengangguk.

"Sepertinya anda orang satu-satunya yang dikirim ke planet Efora. Sebentar lagi pesawatnya akan berangkat. Tapi mohon maaf sekali sebab pesawatnya bakal transit selama beberapa saat di planet Sabarki."

Darma terkejut. Dia bisa bertemu dengan teman lamanya. Sampai di sana dia bisa bertemu Skrul, temannya.

"Ini GravBelt anda. Mohon dipakai. Saya akan bawa koper anda untuk dimasukkan ke dalam bagasi," lanjut petugas itu.

Darma memakai GravBelt. Alat ini berbentuk sabuk di mana penguncinya ada semacam mesin yang fungsinya untuk membantu si pemakai beradaptasi terhadap gravitasi di planet yang baru dia singgahi. Sebab setiap planet mempunyai bermacam-macam tekanan gravitasi. Jadi jika sudah beradaptasi, si pemakai bisa melepas GravBelt ini jika dia memang mau. Alat akan berfungsi secara otomatis.

Pesawatnya akan lepas landas. Darma masuk ke terminal keberangkatan. Sangat penuh sesak. Bukan cuma makhluk planet bumi, melainkan makhluk dari planet lain pun ikut satu pesawat dengan Darma. Di sini mereka diperiksa kelengkapan dokumen sebelum naik pesawat. Setelah diperiksa dan tidak ada masalah, dokumen akan dicap dan langsung bisa naik. Darma naik ke pesawat yang sangat besar seperti kapsul yang di sisinya terdapat sayap. Pesawat ini sanggup menampung penumpang hingga lima puluh orang.

Sekitar setengah jam, pilot menyalakan mesin lalu pesawat langsung terangkat ke atas. Sebelum menembus atmosfer, kapal maju lurus hingga menembus atmosfer. Ketika tiba di luar angkasa, petugas memerintahkan semua penumpang untuk memakai sabuk pengaman. Karena pesawat akan melakukan lompatan atau akselerasi kecepatan cahaya. Tujuan pertama adalah planet Sabarki yang berjarak lima puluh tahun cahaya. Itu berarti dengan akselerasi empat kali lipat, dapat ditempuh dengan waktu sekitar dua jam.

Tentunya akselerasi ini tidak bisa langsung empat kali. Jadi pesawat harus melakukan akselerasi secara bertahap. Jika akselerasi pertama sudah dilakukan, sesaat kemudian baru bisa melakukan akselerasi kedua. Begitu terus hingga akselerasi ke empat. Konsepnya sama seperti persneling dalam kendaraan bermotor.

Darma membuka alat komunikasi. Dia mengirim pesan kepada temannya bahwa di sebentar lagi akan transit di planet Sabarki. Dua puluh menit kemudian Skrul membalas dan akan menemuinya di stasiun luar angkasa planet Sabarki. Darma menyimpan alat komunikasinya. Alat komunikasi ini bentuknya persegi. Di bagian depannya mempunyai layar sentuh yang hampir sama dengan bodi dan kamera depan. Di belakangnya ada kamera untuk memotret atau merekam video. Tidak hanya mengirim pesan, melakukan panggilan suara hingga video pun bisa. Bahkan bisa menampilkan pesan berupa hologram.

Alat ini bisa mengirim pesan antar planet. Tentunya jika jaraknya semakin jauh, pesan akan lama sampainya. Di bumi alat ini disebut ponsel. Di planet lain tentunya berbeda penamaannya. Untuk nomor, setiap planet memiliki kode galaksi yang diikuti titik lalu nomor si pemilik. Kode galaksi sesuai di arah bintang mana planet tersebut terletak.

Misal planet bumi yang terletak di arah bintang Tonggak memiliki kode galaksi 45. Jadi, jika ada makhluk dari luar bumi yang ingin berkomunikasi dengan mengirim pesan atau apa pun itu, harus menggunakan kode galaksi diikuti titik lalu nomor tujuan. Misal; 45.123456789. Rata-rata nomor ponsel hanya mempunyai sembilan digit saja.

Dua jam kemudian pesawat sampai. Ditandai dengan sedikit guncangan dan secara tiba-tiba, di dalam kokpit, planet Sabarki terlihat jelas di depan sana. Planet yang hampir mirip dengan bumi. Hanya saja tanahnya berwarna hijau tua. Pesawat luar angkasa militer pun terlihat sedang berpatroli. Pilot kemudian menghubungi menara informasi stasiun untuk memberitahukan kalau pesawat akan memasuki atmosfer dan mendarat.

Setelah pilot memberi informasi dan pesawat sudah terverifikasi adalah pesawat yang legal, pesawat mendekat dan turun menembus atmosfer. Guncangan sedikit terjadi tapi beberapa set kemudian pesawat terbang bebas di langit planet Sabarki dan terbang menukik menuju landasan.

Darma melihat ke luar jendela. Ada rasa rindu dalam hatinya ketika melihat planet yang sudah lama dia tidak kunjungi. Dan kini, dia singgah untuk bertemu kawan lamanya yang di mana merupakan makhluk asli planet ini.

Bersambung...