Chereads / Stars Elite / Chapter 6 - Liburan

Chapter 6 - Liburan

Sore ini stasiun galaksi masih sibuk. Stasiun ini buka selama dua puluh delapan jam. Bukan dua puluh empat jam karena kita sedang berada di Efora bukan di Bumi. Aktivitas tidak pernah berhenti. Pesawat yang datang dan berangkat juga silih berganti. Yang bekerja di bangunan utama galaksi hanya mereka yang cekatan. Sebab di sanalah jantung dari stasiun galaksi Efora. Terutama di bagian paling atas bangunan. Mereka yang mengatur lancarnya lalu lintas pesawat luar angkasa. Salah sedikit, bisa terjadi tabrakan dan bentroknya jadwal. Mereka bekerja secara shift. Dalam satu hari ada tiga shift. Tapi, bagian kantor kebersihan hanya bekerja satu shift.

Kenapa? Seperti yang dikatakan Guldi, penghuni planet ini sungguh apik. Jadi walau ditinggal semalaman, sampah tidak menumpuk. Tapi, kepala stasiun menggunakan robot pembersih yang dioperasikan secara otomatis di malam hari. Ini untuk mengantisipasi jika terjadi sesuatu. Misalnya ada tong sampah yang tak sengaja disenggol hingga terjatuh ke lantai dan menumpahkan isinya. Maka robot otomatis yang seperti mobil mainan dan sebesar meja ukuran kecil yang akan mengurusnya. Robot ini dilengkapi sensor jika ada sampah di depan, bagian bawah akan menyedotnya ke penampungan yang ada di atas. Jika sampahnya besar seperti botol minuman, kedua tangannya akan otomatis mengait dan memasukkannya ke dalam tong sampah.

***

Sudah enam hari Darma bekerja dari pagi sampai sore. Tiga hari pertama dia sering kelelahan karena waktu siang di sini agak panjang, ditambah gaya gravitasinya yang lebih kuat dibandingkan dengan Bumi. Tapi tiga hari berikutnya dia mulai terbiasa. Bahkan dia sudah melepas GravBelt-nya. Kantor bagian kebersihan mendapat jatah libur satu hari setiap minggunya. Dan besok sudah mulai hari libur.

Guldi mengajak Darma untuk jalan-jalan di luar. Tentu saja Darma terima tawaran Guldi. Dia ingin menikmati keindahan pohon-pohon di planet ini jauh lebih dalam lagi. Ingin rasanya dia membawa bibitnya dan menanamnya satu pohon saja di rumahnya. Tapi Guldi berkata itu mustahil terjadi. Sebab tanah di Efora berbeda dengan tanah di planet lain. Benih tidak dan tumbuh sama sekali. Bahkan baru satu hari ditanam, ketika digali lagi benih akan mati. Itulah pengalaman Guldi ketika mengirim salah satu benih kepada adiknya di planet Sabat untuk ditanam tapi tidak berhasil.

Pagi hari mereka sudah bersiap. Dengan menaiki bus, mereka menyusuri jalanan yang terbuat dari besi mengkilap yang di sisi kiri dan kanannya tanah berwarna putih. Tentu saja pohon-pohon kecil dan juga semak-semaknya bercahaya. Darma baru sadar kalau di Efora matahari tidak seterang di Bumi. Sinarnya redup sehingga pohon-pohon akan bercahaya dengan maksimal. Di sepanjang jalan dia melihat warga planet Efora banyak beraktivitas mencari hiburan di hari libur ini.

Darma terkesima ketika melihat sebuah keluarga kecil sedang piknik di bawah pohon. Anak mereka yang masih kecil memetik sebuah bunga berwarna kuning yang belum mekar berbentuk lonjong memanjang. Ketika anak tersebut angkat bunga itu ke atas, tiba-tiba meletup dan menghasilkan asap berwarna kuning juga. Kedua orang tuanya bersorak dan memeluk anak kecil tersebut. Sungguh menarik. Dan Darma pun mengetahui satu fakta bahwa bunga tersebut cahayanya tidak redup atau mati ketika dipetik.

"Semua pohon cahayanya akan mati jika sudah lima menit sejak dipetik atau ditebang," ujar Guldi ketika Darma menanyakan hal aneh ini.

Mereka sampai di sebuah kota kecil. Bangunannya tak ada yang tinggi. Yang paling tinggi hanya lima lantai. Itu juga pusat perbelanjaan. Dan di dindingnya, terdapat sebuah monitor raksasa yang sedang menayangkan siaran lokal. Di sini banyak sekali makhluk yang berjalan kaki. Darma kembali melihat makhluk kerdil seperti kodok. Mereka sepasang sedang bergandengan tangan dan bicara dengan bahasa mereka. Jadi Darma tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

Darma dan Guldi berjalan di trotoar. Mereka melihat-lihat sebab banyak sekali toko yang berjejer di sepanjang jalan. Toko di sini jual bermacam-macam barang dan jasa. Toko yang baru saja mereka lewati contohnya. Toko ini berjualan pakaian khas Efora. Di sebelahnya jualan buah-buahan, sebelahnya lagi hingga sampai ke ujung taman, berjualan aksesoris, mainan anak, hingga jasa reparasi alat-alat elektronik. Semuanya komplet.

Ketika mereka sudah sampai di taman yang hanya hamparan tanah putih dihiasi bangku taman, tempat bermain, dan air mancur, mereka mencari tempat duduk. Darma heran kenapa banyak sekali orang di taman ini. Hampir penuh sesak. Sampai ada yang duduk di tanah. Menurut Guldi, mereka akan menyaksikan siaran internasional. Di mana akan diselenggarakan perayaan tahunan oleh Raja Efora.

"Lihat saja. Taman ini dan gedung pusat perbelanjaan saling berhadapan dan hanya dipisah satu blok. Kita bisa melihat siaran apa pun di monitor besar itu," Guldi menunjuk ke arah monitor di gedung pusat perbelanjaan.

Guldi juga menjelaskan kalau di Efora ini menganut sistem kerajaan. Lebih spesifik ialah monarki absolut. Artinya semua kekuasaan di tangan raja. Tidak seperti planet pada umumnya yang menganut republik. Di Efora tidak ada negara. Semuanya menjadi satu. Negara di sini diartikan sebagai provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur pilihan dan dipilih langsung oleh raja.

Tak berapa lama, siaran lokal langsung berubah menjadi siaran internasional. Semua yang ada di taman berhenti dari aktivitas dan semua matanya tertuju kepada satu monitor besar yang ada di gedung pusat perbelanjaan. Dan tentu saja Darma hanya bisa memperhatikan tanpa mengerti pembicaraan si pembawa berita. Sebab mereka menggunakan bahasa Efora.

Si pembawa berita menghubungi seorang reporter. Kemudian reporter itu menjelaskan sesuatu. Tayangan kemudian berubah ke sebuah kamera yang diterbangkan di atas. Di tayangan menunjukkan sebuah perayaan yang sangat besar. Dihiasi lampu LED warna-warni. Juga tentunya cahaya dari tanaman. Semua yang hadir memakai kostum terbaiknya. Cahayanya sungguh indah. Semua makhluk di Efora ini pandai sekali menggabungkan warna lampu yang serasi dengan warna cahaya dari tanaman. Kostum mereka yang menyala di setiap ujung pakaian seperti kerah, lengan, celana, kaca mata, hingga sepatu. Semuanya gemerlap dengan warna-warna yang indah.

Kamera kemudian menyorot ke sebuah istana megah yang tak kalah gemerlapnya. Di ujung-ujung dindingnya juga bercahaya. Darma memperhatikan kalau istana ini berwarna kemerahan. Sangat megah dan indah. Mungkin jika dia hidup di masa tiga ratus tahun yang lalu ketika teknologi foto belum ada, dia akan sangat kesulitan menggambarkan keindahan istana ini lewat tulisan surat. Taman istana ini juga sangat luas. Di tengahnya terdapat air mancur yang airnya bercahaya warna-warni karena efek lampu. Di taman istana ini juga hadir banyak orang-orang penting di pemerintahan. Rumput yang mereka injak, bercahaya warna-warni ketika diinjak-injak.

Darma kemudian berbisik kepada Guldi sebenarnya letak istana kerajaan Efora ada di mana. Guldi berpikir sejenak. Dia lalu ingat kalau istana kerajaan terletak di belahan planet yang lain. Itulah sebabnya siaran langsung ini malam hari karena disiarkan di belahan yang waktunya sudah malam.

Sejurus kemudian, si reporter memberitakan sesuatu dengan terburu-buru. Sedetik kemudian kamera berpindah menyoroti sebuah balkon besar yang dihiasi oleh tanaman indah. Pintu ganda dibuka perlahan. Lalu keluarlah sang penguasa planet Efora yang badannya kekar didampingi istrinya yang tingginya hanya sebahunya. Raja Efora memiliki rambut kemerahan, badan kekar, dan memakai jubah putih berwarna hijau muda yang penuh dengan cahaya warna-warni dia tiap ujungnya. Sisanya sama seperti makhluk planet Efora lainnya.

Sementara istrinya, seorang wanita yang anggun dengan rambut oranye muda hingga sampai ke pinggang dan gaunnya berwarna putih gemerlap dihiasi cahaya warna-warni pula di tiap ujung gaunnya. Mereka berjalan perlahan hingga sampai ke depan balkon tepat di sebuah mimbar. Di sana ada pengeras suara dan sebuah catatan pidato.

Seorang ajudan yang pakaiannya serba putih yang bercahaya hanya di bagian ujung lengan bajunya saja mengecek apakah alat pengeras suara itu berfungsi. Setelah yakin berfungsi, dia mempersilakan sang raja.

Baik yang hadir di istana ataupun yang menonton siaran ulang di taman, mereka berdiri dan telapak tangan kanan mereka tempelkan di dada sebelah kiri lalu mereka membungkuk. Darma kebingungan. Apa dia juga harus ikut hormat. Tapi menurut Guldi itu tidak perlu.

"Kalau mau hormat, silakan. Tidak juga tidak apa-apa. Orang luar tidak ada kewajiban melakukan hal itu," papar Guldi.

Setelah hormat selesai, mereka kembali duduk. Raja Efora memulai pidatonya. Dan tentunya Darma tidak mengerti sama sekali apa yang raja katakan. Tapi Guldi mengerti walau sedikit. Intinya, raja menuturkan kalau perekonomian planet Efora semakin membaik. Semua warganya makmur. Kemiskinan sudah bisa diberantas. Sontak semua warga Efora bersorak dan nama sang raja pun menggema di antara sorakan.

"Eldur! Eldur! Eldur! Eldur!" sorak mereka yang mungkin jika pesawat militer yang berpatroli di luar angkasa, akan terdengar sorakan dan gema mereka.

Pidato lalu dilanjutkan oleh sang istri alias sang ratu. Yang mengatakan hampir sama. Hanya saja ada sedikit penambahan yaitu soal masalah perempuan. Setelah berpidato, sorakan dan nama sang ratu juga menggema.

Bersambung...