Chereads / Guru Para Dewa / Chapter 2 - Mari Kita Mulai

Chapter 2 - Mari Kita Mulai

"Apa ini? Tidak, tidak!" wanita angkuh itu panik. Dia segera berlutut, "Dewa Perang, tolong aku! Tidak!" perlahan, untaian tipis seperti benar itu menyedot habis berkah dewa di tubuh wanita itu. Namun tidak hanya itu, tiba-tiba ruh wanita itu mulai terurai. Ini menandakan bahwa wanita ini akan musnah selamanya bahkan tidak akan kembali ke dunia bawah.

"Membosankan." suara jernih yang terdengar lesu menggema di aula. Suara itu membuat semua orang berlutut seketika, tubuh mereka bergetar. Suara itu membawa tekanan luar biasa.

"Para dewa, aku sedang bosan." suara itu bergema sekali lagi, namun kaki ini terdengar hingga seluruh penjuru khayangan. Kegemparan terjadi, pada dewa tertinggi berlutut dengan tatapan mambara. Ini saatnya.

Di dalam Aula Suci Terlarang, pria berbalut selimut sedang melempar-lempar sebuah permata bulat berwarna hitam ke atas berulang kali. Wajah tenang itu menatap dasar permata yang bergerak naik turun. Kaki indah muncul dari balik selimut saat pria itu hendak turun dari ranjangnya. Tubuh itu terbuka sepenuhnya, dia tidak menggunakan sehelai benangpun untuk menutupi tubuhnya.

Telapak kakinya menapak di lantai yang berkabut merah muda. Dia mengibas tangannya secara asal saat kabut merah muda itu mulai naik membalut tubuh telanjangnya. Dalam sekejap, tubuh telanjang itu dibalut oleh pakaian berwarna putih serta jubah berhias bulu burung kemerahan di kedua sisi bahunya. Warna bulu itu tampak mencolok karena jubah itu berwarna putih. Dia mengernyitkan alis saat merasa jubahnya tidak cocok. Dia kembali mengibaskan tangannya dan jubah mencolok itu menghilang. Kini dia hanya mengenakan baju putih polos. Rambut indahnya tergerai jatuh tanpa hiasan apapun. Tangannya melambai pelan saat sebuah kipas merah terbentuk dari asap merah muda. Itu kipas bulu phoenix. Berpikir sebentar, tangannya meraba rambutnya dan sebuah simpul sederhana muncul di belakang rambutnya. Simpul itu mengikat beberapa bagian rambut. Dua sisi wajahnya dibingkai indah oleh helaian rambut yang jatuh. Keindahan semakin terpancar saat tangan itu meraba telinganya dan sebuah hiasan muncul di atas daun telinganya. Hiasan itu berwarna perak dengan kilau indah.

"Beginilah seharusnya." pria itu mengangguk puas. Tampilannya tampak seperti seorang tuan muda bangsawan. Kriettt... Pintu raksasa kembali terbuka. Saat ini ada 9 orang dewa tertinggi memasuki tempat itu. Mereka segera berlutut memberi hormat. "Aku akan turun ke dunia bawah. Aku harap kalian akan memberikan pertunjukkan menarik disana."

"Baik, Mahadewa." sahut kesembilan dewa tertinggi.

"Peran apa yang harus aku mainkan disini?" pria muda itu menggerakkan kipas bulu phoenixnya seraya berpikir. "Ah, aku belum pernah menjadi guru. Baik, itu saja." bibir indahnya bergumam pelan. Dia mengabaikan keberadaan 9 dewa tertinggi yang masih berlutut. "Dewa Perang, dunia mana wanita sombong yang baru aku musnahkan berasal?"

"Eh, dia berasal dari dunia beladiri surga." jawab Dewa Perang dengan sedikit gugup.

"Sombong. Baiklah, karena dunia ini terdengar sombong maka aku akan kesana dan menginjak kesombongan mereka." Pria ini tidak menyukai sesuatu yang terlalu mencolok dan terkesan sombong di depannya. Dia makhluk yang berbaring di atas ribuan dunia, bahkan khayangan harus menghormatinya. Jadi dia memiliki kesombongan tertinggi di atas segalanya.

Pria itu menggerakkan kipas merah di tangan kanannya sebelum menghilang begitu saja. Sembilan dewa tertinggi bernapas lega saat pria itu menghilang. Mereka kembali berdiri.

"Baiklah, karena Mahadewa berkata dia ingin menjadi guru maka kita harus menyediakan murid baginya. Seperti biasa kita akan memberikan berkah dewa pada anak-anak berbakat secara terpisah. Bila kita berhasil membuat Dia senang maka kita akan mendapat banyak berkah." ujar salah satu dewa dengan tanduk agung di kepalanya. Dia adalah Dewa Naga.

"Entah sudah berapa ribu tahun sejak terakhir kali Mahadewa merasa bosan. Terakhir kali dia turun ke dunia naga dan membuat guncangan hebat disana." sahut seorang dewa yang berdiri disebelah dewa naga. Dia tampak kurus dengan bibir hitam dan mata menyeramkan. Dia adalah Dewa Yama atau Raja Neraka.

"Mari kita mulai."

Di sebuah hutan berkabut, cahaya muncul tiba-tiba. Cahaya itu bersinar terang hingga menerangi seluruh penjuru hutan. Akan tetapi cahaya terang itu tidak keluar menembus hutan. Hutan itu ditutupi kabut tebal jadi cahaya terhalang untuk keluar. Di pusat cahaya, seseorang muncul. Itu pria muda dengan kipas bulu phoenix di tangannya. Setelah cahaya kemunculannya menghilang, dia mengangguk puas lalu melihat area sekelilingnya. Kabut tebal menutupi sekelilingnya. Dia tidak melihat apapun.

Tiba-tiba mata indah itu berkilau dengan warna keemasan samar di dalamnya, pemandangan seluruh hutan nampak jelas. Matanya menyusuri seisi hutan. Dia bisa melihat binatang iblis, tumbuhan langkah, lembah, ngarai bahkan beberapa manusia yang berlarian keluar hutan. Setelah melihat seisi hutan, cahaya keemasan itu menghilang.

Kakinya mulai melangkah menuju sebuah lembah yang tak jauh dari lokasinya saat ini. Lembah ini juga dipenuhi kabut dan udara sangat dingin terutama saat malam hari seperti sekarang. Dia berjalan tanpa hambatan, tidak ada yang menghalanginya. Setelah beberapa saat, dia menemukan gua dibalik celah batu. Gua itu luas dengan bebatuan alami. Ada sebuah pohon besar yang tumbuh kokoh, ini tampak seperti pohon pinus. Aura spiritual tebal bocor dari pohon tersebut.

"Pohon pinus seribu energi, tidak buruk. Aku akan tinggal disini." Pria itu melambaikan tangannya dan sebuah ranjang putih berukir muncul. Itu ranjang yang sama dengan yang ada di Aula Suci Terlarang. Tetapi selimut yang ada di atas ranjang berubah. Bukan lagi selimut putih halus melainkan selimut berbulu. Ranjang itu diletakkan di dekat pohon pinus tersebut. Semakin dekat dengan pohon maka energi akan semakin pekat.

Dia merangkak naik ke atas ranjang dan memasuki selimut. Pakaian dan semua yang melekat di tubuhnya menghilang. Kini dia kembali telanjang dan bergelung di dalam selimut. Selimut berbulu ini hangat dan lembut. "Bulu dewi rubah ekor sembilan memang pas. Hangat dan nyaman, aroma alam ini membuatku mengantuk. Kita lihat siapa yang akan beruntung menemukanku pertama kali." setelah bergumam pelan, mata indah itu tertutup. Dia memulai tidur panjangnya dan akan terbangun saat ada anak yang mendapat berkah dewa membangunkannya di masa depan.

Jauh di luar hutan berkabut, fenomena lain muncul. Ada 9 bintang jatuh di langit, bintang itu jatuh kearah berbeda namun orang di seluruh penjuru dapat melihatnya. Malam ini kegemparan terjadi.

"Berkah Dewa! Kelahiran para anak langit!"

"Cepat, pergi dan periksa setiap anak yang lahir malam ini! Dan juga periksa anak di garis generasi yang sama!"

"Dunia akan berubah, para anak yang ditakdirkan terlahir!"

"Surga! Dunia akan berubah, para dewa baru akan muncul!"

Kegemparan dan kekacauan terjadi. Baik kekaisaran ataupun sekte besar mengerahkan segala upaya untuk mencari keberadaan para anak langit. Di sisi lain, ada beberapa orang yang dipenuhi kegembiraan karena kelahiran anak mereka. Dapat dikatakan bahwa entah itu anak yang baru lahir ataupun bukan, selama mereka berada di garis generasi yang sama maka akan mendapat percikan berkah dewa. Tetapi untuk menemukan anak yang ditakdirkan bukanlah hal yang mudah. Karena tidak ada kepastian bahwa anak itu adalah anak yang terlahir malam ini.