"Jadi Yukiko, aku melihat kalau kau membawa semangkuk bubur, apakah bubur itu untuk Shiina?" Tanya Hiko.
"I-Iya, tapi karena tadi aku berdiri di luar agak lama, mungkin buburnya sudah tidak sehangat itu," Jawab Yukiko yang merasa agak sedih karena ia ingin agar Shiina memakan bubur yang ia buat selagi bubur itu masih hangat.
Shiina benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depan matanya, Yukiko yang kata Hiko tidak bisa masak membuatkan bubur untuk dirinya? Ia jadi merasa ragu apakah bubur yang dibuat oleh Yukiko bisa dimakan atau tidak.
Tapi karena ia bisa melihat dari ekspresi wajah Yukiko, kalau ibunya tersebut membuatkan bubur itu secara sungguh-sungguh dan tulus. Makanya ia langsung mengambil bubur buatan Yukiko yang diletakkan di meja yang ada di samping tempat tidurnya dan memakannya.
Hiko dan Yukiko dibuat melongo ketika mereka berdua melihat Shiina memakan bubur yang dibuat oleh Yukiko. Mereka berdua tidak berkata apa-apa dan menunggu reaksi dari Shiina.
Setelah Shiina melakukan suapan pertama dari bubur buatan ibunya, yang sudah hangat-hangat kuku. Ia bisa merasakan kalau bubur buatan ibunya tidak seburuk yang ia kira, memang di dalam bubur itu garamnya agak terlalu banyak tapi tidak sampai membuat bubur itu tidak bisa dimakan. Tingkat keenceran dari bubur itu juga lumayan pas, sehingga tidak terlalu cair. Dan itu adalah bukti kalau Yukiko membuat bubur itu secara sungguh-sungguh.
Bubur yang ia makan saat ini memang tidak seenak buatannya sendiri atau yang dibuat oleh Chitose, tapi setidaknya masih bisa dikonsumsi. Selain itu saat ini Yukiko sedang merasa sangat lapar, jadi secara reflek ia menghabiskan bubur itu dengan amat lahap.
Setelah Shiina selesai menghabiskan bubur itu, ia menaruh mangkuk yang tadinya berisi bubur itu ke atas meja. Lalu ia meminum segelas air yang sudah disiapkan di meja yang sama.
"Buburnya agak asin," Kata Shiina yang baru saja selesai minum. "Tapi setidaknya bubur ini masih bisa dikonsumsi dengan aman, dan aku bisa mengisi perutku yang terasa lapar. Yukiko-san aku bisa merasakan kalau kau membuat bubur ini dengan bersungguh-sungguh, kerja yang bagus. Hanya saja aku ingin agar kau terus berlatih agar kemampuanmu memasak bisa menjadi lebih baik!"
Hiko dan Shiina terkejut dengan perkataan yang keluar dari mulut Shiina. Mereka pada mulanya menyangka kalau Shiina akan memuntahkan bubur itu dan mengeluarkan sumpah serapah, tapi tak hanya Shiina menghabiskan bubur buatan Yukiko ia bahkan memuji Shiina. Air mata mengalir di pipi Yukiko, ia merasa sangat senang ketika mendengar pujian dari putrinya itu.
Selama ini, Shiina selalu bersikap dingin dan cuek kepada dirinya. Pujian dari Shiina kepadanya adalah hal ia anggap mustahil akan keluar dari mulutnya Shiina.
Hiko juga menitikkan air mata di pipinya, ia bisa merasakan kalau Shiina sudah mulai memaafkan Yukiko. Hal yang selama ini ia anggap hampir mustahil mengingat dendam Shiina yang amat mendalam kepada Yukiko.
Hubungan antara Yukiko dan Shiina saat ini sudah bisa dibilang menjadi lebih baik. Ketegangan yang biasanya muncul kalau mereka berdua ada di satu ruangan yang sama akhirnya menghilang sepenuhnya. Shiina mungkin masih tidak bisa memaafkan Yukiko sepenuhnya. Tapi setidaknya saat ini Shiina sudah mau sedikit menerima keberadaan Yukiko sebagai ibunya. Hiko merasa lega dan senang karena akhirnya Shiina mau mulai menghilangkan kebencian yang ia miliki kepada Yukiko.
Mungkin masih butuh waktu agak lama sampai Shiina mau memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh Yukiko. Namun bagi Hiko dan juga Yukiko penerimaan Shiina ketika ia memakan bubur yang dibuatkan oleh Yukiko adalah sebuah bukti kalau Shiina sudah mulai mau membuka hatinya untuk Yukiko.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Mata Index berbinar, ketika ia melihat sarapan khas Jepang yang ada di hadapan matanya. Meskipun saat ini ia sudah tidak bisa lagi makan dalam jumlah yang mencengangkan seperti dulu karena sistem pencernaan yang ia miliki sudah diperbaiki oleh Chitose.
Tapi tetap saja kerakusan yang ia miliki tidak hilang sehingga tiap kali Index melihat makanan lezat di hadapannya mulutnya akan meneteskan air liur dan secara reflek ia akan memakan habis semua makanan yang ada di depannnya tanpa mempedulikan tata krama ataupun orang lain sampai ia mengalami sakit perut parah karena lambungnya tidak kuat menampung jumlah makanan yang ia konsumsi.
Untungnya sebelum Index melakukan kebodohan yang sama. Kaori berhasil mencegah Index untuk makan terlalu banyak.
"Aaahn, Kaori! Kenapa kau hanya mengizinkanku untuk makan semangkuk nasi dan satu buah tofu goreng!" Protes Index. "Aku kan menginginkan lebih banyak makanan!"
"Tidak Index!" Kata Kaori. "Apa kau lupa, kalau saat ini sistem pencernaanmu tidak seabnormal dulu yang harus makan lima kali sehari dengan jumlah yang setara dengan jatah dua puluh kali makan orang normal!? Kalau kau makan banyak-banyak bisa-bisa perutmu akan sakit lagi dan nantinya kau malah tidak bisa makan malam!"
"Hummph! Kau kejam dan sadis!" Kata Index sambil menggembungkan pipinya lalu memakan habis nasi dan tofu goreng yang disediakan oleh Kaori untuknya.
Kaori menghela nafasnya lalu makan secara perlahan. Saat ini ia sudah memiliki akal sehat yang bagus dan pengetahuan umum yang banyak berkat tinggal selama beberapa minggu di Yuragi Sou. Sehingga ia tahu cara hidup layaknya orang yang normal.
Tapi ia tidak melihat perubahan yang sama kepada di dalam diri Index. Sang pemegang 103.000 Grimoire masih saja bersikap manja, egois, tidak mau menerima kenyataan dan rakus. Bahkan ia masih bermalas-malasan di waktu kerja sehingga Chitose harus memarahinya berkali-kali.
Index sama sekali tidak mau mengubah sikap manja serta arogansi yang ia miliki dan sifat itu hampir membuat hutang yang ia miliki bertambah banyak. Kalau saja Kaori tidak menemani Index.
Tapi ada satu hal yang membuat Index setidaknya bisa bertindak sedikit lebih disiplin. Rasa takut yang Index miliki kepada Chitose, adalah jaminan mutlak agar Index mau mengerjakan tugasnya dengan lebih serius. Sehingga setiap kali Index bermalas-malasan Kaori selalu mengancam Index menggunakan nama Chitose agar ia tidak malas.
Chitose sendiri tidak merasa keberatan kalau Kaori menggunakan namanya untuk mengancam Index. Selama Index bisa bekerja dengan lebih rajin, Kaori juga mulai berpikir bagaimana caranya supaya ia bisa merubah Index menjadi lebih rajin. Agar ia tidak harus selalu menggunakan kekerasan dan cara yang kasar untuk mendisiplinkan Index.
Tak jauh dari tempat Index dan Kaori sarapan, Mikoto sedang duduk sendiri di balkon kamarnya sambil meminum jus kalengan favoritnya. Saat ini ia sedang berpikir kira-kira trauma macam apa yang dialami oleh Touma, sampai-sampai ia tidak terlalu menyukai tipe cewek seperti dirinya.
Ia tidak mau menyangkal kalau ia memiliki perasaan terhadap Touma, semenjak Touma menyelamatkan dirinya dan kloningannya Misaka 10032 dari Accelerator. Tapi ia tidak bisa menyatakan perasaannya kepada Touma karena Touma selalu bersikap dingin kepadanya. Ditambah lagi ia tahu kalau Touma sudah berpacaran dengan Shizuka dan ada tiga gadis lain yang sudah mengantri untuk menjadi bagian dari haremnya Touma.
Dan itu adalah hal yang sulit untuk diterima oleh Mikoto yang ingin memiliki Touma untuk dirinya sendiri. Jadi untuk saat ini mustahil untuk Mikoto untuk bisa menyatakan perasaannya kepada Touma.