Hiko melihat ke arah Nalakuvera yang mengamuk, di kaki bukit. Amukan dari Nalakuvera membuat kerusakan yang cukup parah terhadap hutan dan juga beberapa bangunan yang ada di kaki bukit. Menyadari kalau jumlah korbannya akan bertambah banyak kalau ia tidak cepat-cepat menghentikan Nalakuvera. Hiko dalam sekejap sudah tiba di hadapan Nalakuvera dan menebaskan pedangnya ke arah senjata penghancur itu.
Sayangnya, karena Nalakuvera memiliki kemampuan untuk belajar dan beradaptasi sesuai keadaan. Dalam sekejap pula, Nalakuvera menciptakan barrier energi yang menahan tebasan dari Hiko.
Melihat pedangnya gagal menebas Nalakuvera, Hiko menggertakkan giginya. Dulu ia sudah pernah melawan Nalakuvera, dan ia mengalami kesulitan yang sama ketika ia melawan Nalakuvera. Karena kemampuan belajar dan adaptasi dari Nalakuvera yang mengerikan. Tapi kemampuan adaptasi Nalakuvera, sama sekali tidak membuat Hiko merasa takut ataupun gentar. Karena kemampuan adaptasi dari Nalakuvera memiliki batasan, dengan cara menyerang Nalakuvera melampaui batasan dari adaptasi yang bisa dilakukan oleh senjata itu maka Nalakuvera bisa dikalahkan.
Nalakuvera yang menganggap Hiko sebagai musuh yang berbahaya, melompat ke belakang sampai jarak antara dirinya dengan Hiko cukup jauh dan lalu ia menyerang Hiko menggunakan rentetan sinar laser dengan daya hancur yang kuat. Tapi Hiko dengan tenang menebas semua laser yang mengarah kepada dirinya. Dan bergerak dengan kecepatan super ke arah Nalakuvera, sambil menebas semua rentetan sinar laser yang mengincar dirinya.
Sekali lagi Hiko sudah berada di hadapan Nalakuvera yang sudah membungkus dirinya menggunakan barrier. Tapi kali ini Hiko tidak langsung menebas Nalakuvera, melainkan ia memasukkan katana yang ia miliki kembali ke sarungnya dan mengumpulkan tenaga dalam pose Iai. Begitu Hiko merasa kalau tenaga yang ia kumpulkan sudah cukup, Hiko mencabut katana miliknya dari dalam sarung pedang dengan kecepatan yang terlihat biasa saja.
Tapi begitu pedang Hiko menyentuh barrier yang melindungi Nalakuvera, barrier itu terbelah dua. Sekaligus dengan tubuh Nalakuvera beserta dengan inti dari Nalakuvera. Dengan terbelahnya inti dari Nalakuvera, maka Nalakuvera tidak bisa melakukan regenerasi. Dan dengan ini Nalakuvera sudah benar-benar dikalahkan.
Cammie dan juga Christop Gardos yang digunakan oleh Nalakuvera sebagai sumber energi oleh senjata penghancur itu juga tubuhnya ikut terbelah menjadi dua dan keduanya mati dalam sekejap.
Setelah Nalakuvera terbelah menjadi dua, tubuh Nalakuvera meledak dan hanya meninggalkan sedikit serpihan. Dan ledakan itu membuat tubuh dari Cammie dan Christop ikut hancur lebur, yang tersisa dari Christop hanyalah kepalanya saja. Sedangkan yang tersisa dari Cammie hanyalah ekornya.
Melihat koleksinya yang berharga hancur lebur, Hiko cuma bisa menghela nafas. Ia mengeluarkan trilyunan Yen untuk merekontruksi ulang Nalakuvera berdasarkan blue print kuno dari tablet batu yang ia temukan. Dan sekarang ia dipaksa untuk menghancurkan Nalakuvera yang sudah susah payah ia bangun ulang, tentu saja Hiko merasa sedikit sedih. Tapi dengan kekayaan yang ia miliki membangun ulang Nalakuvera yang baru bukanlah hal yang sulit.
Hal yang paling penting bagi Hiko ialah keselamatan dari orang-orang yang tinggal di kaki bukit. Jadi meskipun ia mengalami kerugian trilyunan Yen, Hiko tidak terlalu peduli. Karena nyawa manusia jauh lebih penting daripada harta di mata Hiko Seijuro XIII.
Hiko lalu melayangkan matanya ke arah kepala dari Christop Gardos. Ia bisa langsung mengenali identitas dari Christop Gardos, karena dua tahun sebelumnya Hiko pernah melukai Christop dengan sangat parah ketika Christop dengan nekat berusaha untuk menyerang Hiko.
"Christop Gardos?" Kata Hiko ketika ia melihat kepala Christop yang masih sedikit utuh. "Jadi dia yang menggunakan Nalakuvera untuk menyerangku? Apa yang dipikirkan oleh Kagami dengan mengirimkan petarung level rendah sepertinya ke pulau ini? Dan bagaimana dia bisa mencuri Nalakuvera dari brankasku? Aku harus melakukan penyelidikan secara rinci kenapa semua kekacauan ini bisa terjadi di pulauku."
***
"Hei, kek, apa kau baru saja membereskan salah satu dari koleksimu yang mengamuk?" Tanya Touma yang berjalan ke arah Hiko sambil menggendong Sayaka dan Yukina di pundaknya.
"Yup, kemarin ada yang mencuri Nalakuvera dari brankasku dan pencurinya menggunakan Nalakuvera untuk menyerangngku," Jawab Hiko sambil memasukkan katana miliknya kembali ke sarungnya. "Karena amukan Nalakuvera ada beberapa bangunan yang rusak dan sebagian pohon di hutan yang gosong, untungnya tidak ada korban jiwa karena di saat Nalakuvera muncul para penduduk yang ada di sekitar sini sudah mengungsi ke shelter yang telah disediakan untuk keadaan seperti ini. Kau sendiri Touma, apa yang kau lakukan dengan dua orang anggota dari organisasi raja singa di pundakmu? Bukankah seharusnya mereka berdua menjadi pengawas dari Dimitrie Vatler."
"Mereka berdua di kalahkan oleh butler dari Dimitrie Vatler," Kata Touma. "Aku menemukan mereka berdua di hutan dalam keadaan luka parah, setelah aku menyembuhkan mereka berdua tadinya aku mau meninggalkan mereka di hutan. Tapi aku tidak tega meninggalkan mereka di hutan, makanya aku membawa mereka bersamaku."
"Kalau mereka berdua dilukai oleh butlernya Vatler itu berarti Vatler datang ke pulau ini dengan niat yang tidak baik," Kata Hiko sambil menghela nafasnya. "Dan kemungkinan besar dia datang untuk mendapatkan kekuatan dari Avrora, yang ada padamu. Apa kau sudah menghabisi Vatler dan butlernya?"
"Dimitrie sudah kuhabisi, tapi kalau butlernya tidak, karena aku sama sekali tidak bertemu dengannya," Jawab Touma. "Dan ada kemungkinan kalau Sebastian butler pribadi dari Dimitrie Vatler bukanlah vampire melainkan manusia yang menyamar, dan berdasarkan ingatan dari salah satu anggota organisasi raja singa yang kubaca, mereka memanggil Sebastian dengan julukan Panzer Magier, kakek tahu bukan kalau di dunia ini hanya ada satu orang penyihir yang menyandang gelar itu. Gelar yang bahkan tidak bisa dicapai oleh Aleister Crowley."
"Isaak Fernand von Kämpfer, satu-satunya penyihir di dunia ini yang memiliki kemampuan yang setara denganku dan Kagami, dia juga adalah tangan kanan Kagami," Kata Hiko yang terlihat kesal karena ia dipaksa untuk mengingat keberadaan dari Isaak. "Panzer Magier sialan yang tidak mati-mati meskipun aku membunuhnya ratusan kali. Entah apa tujuannya berada di pulau ini, dan berpura-pura menjadi butlernya Vatler. Tapi aku memiliki perasaan tidak enak kalau dia mengincar data-data penting yang ada di pulau awan."
"Data penting yang tersimpan di super komputer yang ada di pulau awan? Bukannya akan gawat kalau dia benar-benar mendapatkan semua data penting itu?" Kata Touma yang terlihat sedikit panik.
"Ah, tenang saja," Kata Hiko. "Semua datang penting yang tersimpan di super komputer yang ada di pulau awan itu cuma data palsu yang kusiapkan untuk hal semacam ini. Semua data penting yang asli ada dalam bentuk tulisan yang ada di buku di perpustakaan pribadiku, bahkan cuma aku yang bisa mengerti isi tulisan itu. Dan meskipun ada orang yang memiliki skill penerjemah bahasa atau kode sekalipun semuanya akan percuma sebab tulisan itu semuanya terlihat seperti bacaan biasa yang tidak mencurigakan."
"Yah, seperti biasa, kakek sudah memikirkan segala sesuatu untuk mengamankan hal yang penting sampai ke level paling detail," Kata Touma sambil menghela nafasnya. "Data palsu macam apa sebenarnya yang kakek masukkan ke dalam super komputer itu? Aku jadi penasaran."
"Oh, kalau soal itu, aku memasukkan seribu resep untuk membuat ramen yang tidak enak," Kata Hiko sambil nyengir.