Chereads / Kisah Istri Bayaran / Chapter 12 - Konsekuensi Kesehatan Tubuh (1)

Chapter 12 - Konsekuensi Kesehatan Tubuh (1)

Sepasang mata tajam memandang ke arah pintu keluar yang kini telah kosong. Melihat ke bawah dari jendela di sebelah koridor, dari mana Leng Sicheng bisa melihat Gu Qingqing.

Mana mungkin Chen Wenjie rela melepaskan angsa emas dari tangannya? Leng Sicheng dikabarkan memiliki banyak skandal sebelumnya dan bertemu banyak wanita lain. Namun, Chen Wenjie memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Ia dapat mengandalkan kecantikan dan kelembutannya untuk membuat Leng Sicheng terobsesi padanya.

Melihat Leng Sicheng keluar dari aula perjamuan, Chen Wenjie segera mengejarnya. Begitu dapat, ia membelai lembut lengan Leng Sicheng dengan jari-jarinya. "Tuan Leng… Di luar masih hujan. Pagi masih belum tiba, jadi mengapa kita tidak..." 

Tak disangka, Leng Sicheng tak menggubrisnya sama sekali dan langsung berbalik menuju lift. Pria itu terus berjalan sambil menelepon Sekretaris Cheng. "Cepat, langsung pergi ke tempat parkir! Saya butuh mobil saya dalam tiga menit!"

Leng Sicheng menekan tombol lift menuju ke bawah. Pikir Chen Wenjie, Leng Sicheng tidak terbiasa dengan hotel. Chen Wenjie ingin kembali mendekat dan mengikutinya. Tapi begitu lift tiba, Leng Sicheng masuk sendirian dan menekan tombol tutup. Ia meninggalkan Chen Wenjie di luar lift begitu saja.

Begitu tiba di parkiran, Leng Sicheng mengambil ponsel dan menelepon Gu Qingqing.

"Nomor yang Anda panggil sedang tidak aktif. Silahkan panggil lagi nanti."

Wajah Leng Sicheng seketika suram. Pupil matanya sedikit menyipit. Tanpa buang waktu, ia bergegas masuk ke dalam mobil. Sekretaris Cheng pun memutar kemudi, lalu ia bertanya, "Ke mana Anda ingin pergi, Tuan Leng?"

"Pergi berkeliling sekitar".

Gu Qingqing baru saja turun. Ditambah hujan deras, ia tidak mungkin pergi jauh. Parkiran depan hotel penuh dengan segala jenis mobil. Leng Sicheng sengaja memerintahkan Sekretaris Cheng untuk mengemudi perlahan-lahan, lalu ia menurunkan jendela mobil untuk melihat-lihat sekeliling. Karena hujan, banyak orang menghalangi jalur ke pintu.

Leng Sicheng menyipitkan matanya. Jari-jari panjangnya mengetuk jendela mobil sembari ia memandang kerumunan dengan hati-hati. Banyak orang yang menghadiri perjamuan itu memilih untuk menunggu setelah melihat bahwa hujan terlalu deras. Sedangkan, sebagian besar yang tinggal dalam mobil adalah sopir.

Sekretaris Cheng mengemudi keluar dari hotel lagi. Semua hotel di sekitar sini adalah hotel kelas atas. Ada banyak orang menghindari hujan, tapi Leng Sicheng tak kunjung bisa menemukan Gu Qingqing. Saat mobil mereka melaju ke depan dan bersiap untuk melewati lampu lalu lintas, Leng Sicheng tiba-tiba melihat seseorang berdiri dari jendela toko obat 24.

Tampaknya itu Gu Qingqing! Apa dia pergi ke apotik?

Teringat bagaimana tubuh Gu Qingqing terayun lemas dan dahinya berkerut saat ia berjalan terseok-seok, Leng Sicheng pun berpikir, Apa aku tadi terlalu keras padanya? Di bagian mana Gu Qingqing terluka?

Semalam, terutama hari ini, Leng Sicheng tampaknya tidak bisa mengendalikan kekuatannya. Ia hanya ingin melampiaskan amarahnya tanpa bersikap lembut sama sekali terhadap Gu Qingqing.

Baru saja Leng Sicheng bersiap untuk turun dari mobil, perkataan pegawai apotik tiba-tiba menghentikannya. "Apakah obatnya butuh yang 24 jam atau 72 jam?"

Suara Gu Qingqing sedikit serak, tetapi ia terdengar seperti membeli obat yang tak asing saat menjawab, "Butuh yang 24 jam, sebotol." Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Tolong beri aku secangkir air hangat."

Di tengah hujan, Leng Sicheng kembali masuk ke dalam mobil. Dengan dingin, ia menyaksikan Gu Qingqing mengambil obat dan air dari pegawai apotik. Gu Qingqing membuka botol itu, lalu mengambil satu pil tanpa ragu dan menelannya.

Sekretaris Cheng bertanya ragu, "Tuan Leng, lampunya hijau. Boleh saya bertanya…"

"Pergi ke STAR."

Leng Sicheng menutup jendela pintu, seketika memisahkan suasana luar jendela dan dalam mobil menjadi dua dunia berbeda. Sekretaris Cheng kembali menyalakan mobil dan dengan cepat melewati lampu lalu lintas. Di luar, masih turun hujan. Sambil duduk di dalam mobil, Leng Sicheng melihat Gu Qingqing dari kaca spion. Sosok Gu Qingqing kian lama kian menjauh. Kedua mata terpejam, bersamaan dengan ditutupnya tirai hujan.