Huo Weiwu masih mengobrol dengan Shen Mochen tentang kematian ketiga tunangan Gu Gaoting. Hal itu membuat Huo Weiwu merasa nasib Gu Gaoting sama seperti Bintang Kesepian Tiansha.
"Bunuh diri. Ditakdirkan untuk meratapi kematian istrinya." Shen Mochen mencerna pernyataan itu.
Huo Weiwu sendiri sadar bahwa kata-kata itu membuat Shen Mochen khawatir. Ia pun segera menenangkan, "Tenang saja, aku materialistis. Takhayul itu tidak bisa dipercaya. Lagipula, aku dan Gu Gaoting menikah sembunyi-sembunyi, jadi orang luar tidak akan ada yang tahu. Gu Gaoting juga tidak akan selalu pergi jalan-jalan keluar. Secepatnya dia akan kembali ke pekerjaannya sebagai militer, jadi saat itu aku bisa bebas."
Mengingat kebebasan yang mungkin berlawanan dengan ucapannya ini, Huo Weiwu menghela nafas dalam-dalam, lalu berbaring lagi di atas ranjang.
"Hati-hati, terlalu banyak santai bisa membuatmu celaka." Shen Mochen mengingatkan.
"Aku tahu. Baiklah, aku akan menutup teleponnya, lanjutkan kesibukanmu." Ujar Huo Weiwu sambil menggerakkan pergelangan kakinya yang terbalut perban. Jangan sampai kakak keduanya ini tahu kalau luka ini terjadi gara-gara Gu Gaoting. Kalau sampai tahu, bisa-bisa ia disuruh kabur lagi dari genggaman Gu Gaoting dan itu akan lebih melelahkan dari sebelumnya. "Okelah, kalau ada waktu luang, aku akan mengunjungi kalian." Balas kakak keduanya dengan penuh perhatian.
Setelah Huo Weiwu mengakhiri telepon dengan Shen Mochen, ia menelepon Yan Zi. "Dik, aku sudah kembali. Apakah kau mau mengambil KTPmu ke apartemenku?"
"Baiklah, kak Huo, kebetulan sekali ada hal yang ingin kukatakan padamu." Kata Yan Zi dengan nada yang membuatnya penasaran.
Huo Weiwu melebarkan matanya, "Kenapa aku merasa itu urusan yang tidak baik, ya?"
"Sungguh, ini urusan yang baik. Nanti kuberi tahu saat bertemu." Segera setelah mengatakan itu, Yan Zi langsung menutup telepon.
Huo Weiwu menaruh ponselnya di samping bantal, kedua tangannya diletakkan di atas perut.
Huo Weiwu juga baru saja merasa bosan. Sepertinya mengobrol dengan teman perempuan yang sedang menganggur adalah ide yang bagus.
Tidak berselang lama, ponselnya kembali berdering.
Dari pemberitahuannya, itu adalah nomor Gu Qiaoxue. Ia tidak ingin mengangkatnya.
Ponselpun berhenti berdering setelah beberapa menit. Namun, tidak lama kemudian, berdering lagi.
Kali ini panggilan dari nomor yang tak dikenal. Huo Weiwu jadi ragu-ragu mengangkatnya.
"Halo, siapa ini?" tanya Huo Weiwu dengan singkat.
"Huo Weiwu, kau tidak mengangkat panggilanku, tapi kau mengangkat panggilan nomor asing. Apa maksudmu?" Ternyata di balik nomor itu adalah Gu Qiaoxue. Gadis itu kedengarannya sedang sangat emosi.
"Itu artinya aku tidak ingin mengangkat telepon darimu. Kau tidak bisa menebak teka-teki yang segampang ini?"
"Huo Weiwu, kau takut aku memberimu undangan pernikahan, jadi kau tak berani mengangkat teleponku, kan?!"
Huo Weiwu hening seketika, matanya menunduk.
"Katakan saja sejujurnya!" Seru Gu Qiaoxue dengan sangat angkuh.
Huo Weiwu mengangkat senyuman, tapi matanya dingin. Yah, kakak beradik ini sama-sama angkuh, "Semoga tahun-tahun kalian sama seperti hari ini, melalui umur kalian juga sama seperti hari ini." Huo Weiwu memberi ucapan yang sekedarnya.
Gu Qiaoxue menghentakkan kaki, "Kau menyumpahiku cerai!"
"Kalau kau berpikiran seperti itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi, aku benar-benar tidak mengerti denganmu. Kau jelas tahu kalau tidak memungkinkan bagiku mendengarkan semuanya ini di apartemenku sendiri, tapi masih saja kau memancing emosiku lewat telepon. Gu Qiaoxue, kau murahan?"
"Kau yang murahan, dasar jalang. Sudah tahu aku dan Wei Yankang mau menikah, tapi kau malah mau jadi kakak iparku. Apa maksudnya itu, hah? Mau menjalin cinta terlarang dengan Wei Yankang? Kau benar-benar tidak punya malu..."
Gu Qiaoxue belum selesai bicara, namun Huo Weiwu sudah menutup sambungannya.
Gu Qiaoxue menelepon lagi.
Huo Weiwu mengerutkan alisnya dengan kesal, lalu menerima panggilan itu lagi.
"Kau adalah orang yang paling tidak punya malu. Ayahmu akan malu punya anak perempuan sepertimu. Pantas saja, dengar-dengar ayahmu sangat kesal denganmu." Emosi Gu Qiaoxue semakin menggila. Ucapannya makin tidak tentu arah dan terus mengarah pada perasaan Huo Weiwu.
Hati Huo Weiwu merasakan sakit yang hebat. Matanya seakan memancarkan pandangan yang tajam, bahkan setajam pisau. Ujung bibirnya terangkat, terlihat licik dan berdarah dingin, "Gu Qiaoxue, kemarin malam Wei Yankang tidak pulang ke rumah, ya?"
Gu Qiaoxue menghening. Matanya memerah, keangkuhannya tiba-tiba hilang, "Apa maksudmu?" Tanyanya dengan nada tinggi.
"Dia ada di apartemenku semalaman." Ujar Huo Weiwu masih dengan senyum licik.
"Wei Yankang..." Suara amarah Gu Qiaoxue yang tajam itu terdengar melalui mikrofon.
Huo Weiwu berekspresi dingin, lalu menutup telepon. Ia menutup mata dan menenangkan diri.