Chereads / The Invictus Rex / Chapter 9 - Desa Falden

Chapter 9 - Desa Falden

Setelah memeriksa berbagai hal terkait sihir di perpustakaan. Aku hanya bisa menghela nafas kecewa. Semua informasi yang kudapatkan hampir tak berguna. Sihir - Sihir yang ada disana juga semua hanya kelas Rendah. Membuat aku tidak tertarik membaca nya lebih jauh.

Saat ini aku sedang berjalan santai di sekitaran Kota Zenora. Erllina kali ini tidak mengikutiku melainkan dia menghadiri acara yang diadakan Oleh Count Arge.

Mungkin ada beberapa orang yang akan berusaha berniat jahat padanya. Tapi, setelah dipikir kekuatan yang dimiliki Erllina itu mengerikan, aku yakin dia bisa melindungi dirinya sendiri. Aku juga menyuruhnya untuk berbicara saat acara berlangsung.

Semakin aku menjauh dari Kota Zenora semakin sedikit pula orang yang terlihat. Kini aku memasuki kawasan hutan yang cukup lebat. Aku mendapat Informasi bahwa disekitaran sini ada beberapa monster yang berkeliaran. Namun, tak seekor pun dari mereka terlihat disini.

Apa yang salah? mungkinkah semua monster disini sudah dibasmi?. Tapi Prajurit yang menjaga gerbang Kota Zenora berkata bahwa justru Monster meningkat dikawasan ini.

Hm?...

Aku mencium bau asap disekitar sini.

Dengan beberapa gerakan aku memanjat pohon satu ke yang lain. Sampai akhirnya aku berdiri diatas sebuah pohon yang besar dan cukup tinggi.

Ini mengingatkan diriku akan Ninja yang terkenal diduniaku sebelumnya.

Dari Kejauhan aku melihat ada asap yang menjulang ke langit. Sepertinya itu bukan Asap biasa mengingat asap itu cukup besar dan tak hanya satu melainkan beberapa.

Karena penampilanku masih menyamar menjadi Shad aku segera berubah menjadi Sosok Renka yang sebenarnya. Aku berlari kesana, setelah jarak antara aku dengan asap cukup dekat, kemudian aku bersembunyi terlebih dahulu untuk mengamati situasi.

Hoo... Jadi begitu.

Asap itu berasal dari kebakaran sebuah desa yang cukup besar. Ada 10 Rumah yang terbakar, penduduknya berlarian kesana kemari dan berteriak meminta tolong.

"Tolong selamatkan anakku!!."

Seorang pria paruh baya, berlari mencari pertolongan. Dari tampilannya sepertinya dia hanya petani, tidak ada sesuatu yang istimewa dari dirinya.

Akupun berjalan keluar dari pepohonan menghampiri Pria paruh baya itu.

Setelah jarak kami cukup dekat dia akhirnya menyadari keberadaanku disini.

"T-Tuan Bangsawan! Mohon tolonglah desa ini!."

Dia berlari ke arahku dan berkata begitu sambil bersujud. Aku tak mengerti mengapa dia sampai bertindak seperti ini.

"Ada apa dengan desa ini, bisa kau ceritakan?."

Dia akhirnya bercerita walaupun terburu - buru aku dapat memahami sebagian besar ceritanya.

Desa ini merupakan Desa Falden termasuk ke wilayah Kota Zenora. Pada awalnya para penduduk melakukan kegiatan harian mereka seperti biasa sampai akhirnya terdengar teriakan dari pusat desa.

Mendengar itu semua penduduk yang bertani pun berlari menuju pusat desa.

Disana sudah tergeletak mayat seorang anak perempuan. Wajahnya begitu pucat, tubuhnya begitu kurus. Disamping gadis itu, ada seorang Vampire perempuan yang sedang menjilat lengannya.

Dia hanya tertawa dan mengatakan 'Serahkan Gadis yang kalian miliki, jika ingin hidup lebih lama'.

Pada awalnya penduduk desa mencoba melawan namun kekuatan mereka jauh berbeda. Penduduk yang mencoba melawan dihabisi tanpa ampun.

Para penduduk desa pun putus asa, sampai akhirnya kepala desa berhasil melarikan diri untuk meminta pertolongan dan bertemu denganku.

Pada saat itu, Vampire tersebut disibukkan dengan gadis muda yang sedang dia nikmati darahnya.

Aku mengangkat alis mendengar hal itu, bagaimana bisa seorang kepala desa yang berteriak seperti itu. Dibiarkan oleh Wanita Vampire itu?.

Yah, sekarang itu tidak penting, aku hanya harus memeriksanya sendiri.

"Baiklah, Tunjukan dimana para penduduk desa berada."

Kepala desa hanya mengangguk dan mengantarku ke pusat desa. Kami bergerak secara perlahan, disana terlihat beberapa penduduk desa yang menangis dan putus asa.

"Baiklah, Kepala desa. Tunggu aku disini."

Raut wajah kepala desa terlihat seperti tak percaya padaku itu merupakan hal yang wajar mengingat aku tak terlihat kuat sama sekali.

*

*

*

Pusat Desa Falden, terlihat banyak orang yang sedang terduduk lesu. Sebagian menangis, Sebagian yang bermata kosong dan putus asa. Semua itu karena Vampire yang menyerang desa mereka. Korban yang telah disebabkan Vampire itu sudah 10 orang. 7 diantaranya merupakan Gadis yang dijadikan santapan oleh Vampire itu.

Dalam keadaan putus asa yang mencekam itu, sebuah Gelombang Kuat muncul di hadapan semua orang.

"Hm.. Sepertinya ada yang menarik disini, bukankah begitu Nona Vampire?."

Vampire itu terlihat waspada dengan kedatangan pria dihadapannya. Dia tak menyangka akan ada sosok yang bisa mendekati dirinya tanpa dia deteksi.

"Siapa kau?! Sepertinya kau ingin mati karena mengganggu aku yang sedang menikmati acara ini!."

Pria itu hanya tersenyum, membuat Vampire terlihat Waspada.

Tekanan yang dikeluarkan Pria itu membuat Vampire merinding. Seluruh tubuhnya kini kaku dan sulit untuk digerakan.

"Apa yang terjadi? Mengapa dirimu hanya diam saja? Mana perkataanmu yang tadi ingin membunuhku?."

"Geh... Kau! siapa kau?!."

Vampire itu menggertakan giginya, pria dihadapannya tidak diragukan lagi sangat kuat. Bahkan dirinya bisa dikalahkan dengan mudah.

"Tidak perlu bagimu yang akan mati untuk mengetahui siapa aku. Hahahaha."

Sebagian penduduk yang mendengar tawa itu merinding ketakutan. Apalagi Vampire yang berada dihadapannya. Dia menyadari bahwa Pria dihadapannya tak berniat melepaskan dirinya.

"Ugh... Baiklah, Bagaimana jika begini. Aku berjanji tak akan mengusik desa ini lagi. Tapi lepaskan aku."

Vampire itu tak berusaha kabur, Seluruh tubuhnya tak dapat dia gerakan dengan bebas seperti ada yang menekan tubuhnya.

"Hm..? Kekekeh... Apakah itu merupakan permohonan ampunan? Bagaimana dengan para gadis yang kau makan? apakah kau mengampuni mereka? tidak kan? begitu pula dengan nasibmu."

Pria itu dengan cepat berpindah ke hadapan Vampire itu. Membuat Vampire itu terkejut setengah mati.

Tubuhnya bergetar hebat, dia hanya bisa meratapi nasib yang akan menimpanya.

"Dari Aura yang kau miliki, sepertinya kau berada pada tingkat [High]."

"Apa yang kau ocehkan?!."

Vampire itu tidak bisa melihat niat dari pria di depannya. Kemudian sebuah ide muncul dalam pikiran Vampire itu. dia berusaha menggoda pria di depannya dengan Pesona yang dimiliki Ras Vampire.

Namun, itu malah membuatnya putus asa, Pria itu tidak bergeming sedikit pun.

Vampire itu hanya bisa mengutuk pria di hadapan nya.

Pria itu kemudian mengulurkan tangan perlahan, kemudian dia memegang kepala Vampire itu.

"Ada sebuah Cerita yang mengatakan bahwa Vampire dapat bertahan hidup walaupun kepala mereka terlepas. Aku ingin tau apakah itu benar."

"A-Apa?! Tidakk!..."

Pria itu kemudian mencengkeram kepala Vampire dengan erat. Kemudian dengan ayunan tangannya. Seketika Kepala Vampire itu terlepas dari Tubuh nya.

"Argghhh... Sakit!! Bunuh saja aku!."

"Oh jadi hal itu memang benar? tapi aku tak menyangka kau akan kesakitan seperti ini. Fufufu."

Mata para penduduk dan kepala desa terbelalak, mereka tak menyangka Vampire yang begitu kuat bisa dipermainkan oleh sosok pria yang dihadapannya.

Ada sebagian yang kagum namun tak sedikit yang merasa ketakutan.

"Arggh... Baiklah! Ampuni aku, mohon ampuni aku!!."

Jaritan Vampire itu menggema diseluruh penjuru desa. Ekspresinya terlihat begitu kesakitan.

"Tunggu sebentar, aku akan memutuskan nasibmu."

'Karlan'

"Ya, Tuan?."

Segera, Sosok Pria berjubah yang mengeluarkan aura dahsyat muncul disamping pria itu.

Wajahnya tampan setara dengan Pria yang memegang kepala vampire itu.

"Bagus, aku ingin dirimu membawa Vampire kecil ini ke istana. Jangan bunuh dirinya tapi beri dia pelajaran yang pantas. Ada beberapa hal yang akan ku uji pada Vampire ini nanti."

Sesaat Pria berjubah itu melirik Vampire yang sedang kesakitan. Matanya bahkan lebih kejam dia menatap kearah Vampire itu sampai diri vampire itu membeku.

"Baik, Tuan."

Kepala Vampire itu dibawa oleh Pria berjubah beserta tubuhnya. Kemudian dia menghilang seolah tak pernah ada.

*

*

*

"Terima kasih! Terima Kasih! Terima kasih Banyak!."

"Sudah Cukup, tidak apa - apa aku hanya kebetulan lewat."

Aku memang berniat menolong kepala desa tapi tak kusangka dia akan berterima kasih sampai bersujud seperti ini.

"Ada banyak hal yang harus aku lakukan, jika takdir menentukan lain kali aku pasti bertemu dengan anda lagi."

Aku kemudian pergi meninggalkan desa itu, bagaimana keadaan Erllina saat ini ya? apakah dia dalam kondisi yang baik?....