Hari ini, Rhea sudah resmi pindah ke apartment Oris dan mendaftarkan sewa apartmentnya pada seorang agen properti. Rhea memasukkan semua pakaiannya ke walk in closet yang sudah disiapkan Oris untuk Rhea.
"Ris! gimana mamah kamu jika tahu kita menikah tanpa memberitahunya?" tanya Rhea seraya berjalan keluar dari walk in closet.
Oris yang sedang duduk bersandar sambil menonton televisi diruang tengah hanya menoleh sesaat pada Rhea yang masih sibuk menata barang bawaannya. Pria itu sempat berniat membantu Rhea, tetapi gadis itu menolaknya. Oris sudah sangat tahu karakter Rhea yang selalu menata barang miliknya sendiri tanpa mau disentuh oleh orang lain, termasuk Oris.
"Soal mamah, biar aku yang urus. Kamu gak perlu khawatir," sahut Oris.
"Aku yakin, mamah kamu gak mungkin tinggal diam. Apalagi tau anaknya ngedadak nikah kaya gini. Udah hafal banget aku karakter mamah kamu," timpal Rhea.
Oris hanya tersenyum tipis mendengar ocehan Rhea sambil memindahkan channel televisi. Sedangkan Rhea, masih mon dar mandir menyusun segala barang bawaannya di rumah Oris.
"Ris, aku malah jadi berpikir aku seenaknya iya? Nikah sama kamu, tinggal di apartment mewah kamu, tanpa mamah kamu tahu. Aku jadi ngerasa gak enak," celetuk Rhea.
Oris menghentikan kegiatannya, menaruh remote televisinya dan berbalik menatap Rhea yang sedang membungkuk dan melipat tangannya pada sandaran sofa. Kepalanya menoleh pada Oris yang kini juga sedang menatapnya.
Oris tersenyum, lalu mengecup bibir Rhea lembut. "Kamu udah jadi istri aku, kenapa kamu harus punya pikiran kaya gitu? Kamu istri sah aku, bahkan mamah aku gak bisa berbuat apa-apa, karena kamu sudah mempunyai hak atas diri aku dan segala yang aku miliki," sahut Oris.
Rhea seketika memperlihatkan senyum manisnya. Namun Oris, mengerutkan kening melihat itu. "Kamu bener-bener gak berubah. Sekarang mau apa?" tanya Oris.
Rhea menyanggah dagu dengan kedua tangannya. "Ris, jangan nyuruh aku keluar kerja iya?"
Oris mengangkat kedua halisnya. " Kenapa?"
Rhea berdiri lalu berjalan memutar kursi llau duduk disamping Oris. "Aku gak mau keluar kerja sampai aku yang memutuskan untuk berhenti kerja!" tekan Rhea.
Oris menghela napas sesaat lalu tersenyum pada Rhea seraya menganggukkan kepala.
"Aku gak akan larang-larang apapun yang kamu lakukan, selama itu buat kamu nyaman, buat kamu senang, dan aman buat diri kamu, aku akan ijinin. Jika hal yang membahayakan diri kamu sendiri, udah pasti aku bakal larang. Karena sekarang, kamu adalah tanggung jawab aku."
"Kalau besok aku pinjem mobil kamu boleh?" tanya Rhea lagi.
Oris mengangguk. "Kamu pakai aja mobil aku yang terparkir dibasement, biar besok aku pergi pake mobil yang lain. Mulai besok, aku juga udah ngurus perusahaan papah yang di indonesia," jawab Oris.
Rhea mengangguk menanggapi jawaban Oris. Gadis itu merebahkan tubuhnya diatas sofa, dan menidurkan kepalanya di atas paha Oris. Pria itu mengusap lembut pangkal kepala Rhea yang kini sedang menonton tayangan televisi, dan menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.
'Apa ini mimpi? Gue gak pernah membayangkan, akan menikah dengan Rhea. Sejak dulu, hubungan kita tak pernah ada kejelasan. Tanpa mengikrarkan hubungan kita, walaupun kita sangat sering mengatakan perasaan kita masing-masing. Tapi sekarang, lo bener-bener milik gue seutuhnya Rhe. Dan gue bisa dengan bebas melindungi lo setiap saat,' Oris membatin.
***
Matahari kini sudah menyapa bumi. Oris menggeliat di atas tempat tidurnya lalu membuka matanya. Pria itu mengerutkan keningnya ketika menyadari Rhea sudah tidak ada dalam pelukannya.
Oris bangun dan turun dari tempat tidurnya. Pria itu mengambil ponselnya di atas nakas, lalu mencoba menghubungi Rhea. Tak ada jawaban. Oris mencoba kembali menghubungi Rhea, tetapi nihil.
Akhirnya Oris berjalan keliar dari kamarnya menuju dapur. Sebuah note terpasang di kulkas. Oris menarik kertas itu seraya membuka pintu lemari es untuk mengambil botol minum.
Note :
Pagi Oris...
Maaf aku duluan berangkat kerja. Karena kemarin aku ijin, laporan help desk aku numpuk banget dan deadline siang ini, karena CEO perusahaan aku akan adakan meeting bersama untuk pertama kalinya.
Aku udah masakin sarapan di meja, dihabisin iya. Cun jauh dari aku 💋
Setelah membaca isi dari note yang Rhea tulis, Oris tersenyum lalu kembali menempelkan note tersebut dipintu kulkas. Pria itu menenggak air minumnya dan membuka tudung saji makanan diatas meja.
Dua potong sandwich diatas piring dan segelas susu putih tertata rapi di atas meja. Seulas senyum kembali terlihat dari kedua sudut bibirnya.
Ddrrrtttt...
Ddrrrtttt...
Ponsel yang sedari tadi digenggamnya bergetar. Oris menatap sejenak layar ponselnya, lalu menggeser tombol hijau.
"Ada apa?" tanya Oris datar.
"Hari ini, anda akan meeting dengan para kepala tim divisi pukul dua siang. Materi bahasan sudah saya persiapkan, Pak," Sahut Devan sang sekretaris.
"Baiklah. Dimana Dimas?" tanya Oris.
"Dimas akan tiba dirumah anda tiga puluh menit lagi," jawab Devan.
Tanpa basa-basi lagi, Oris menutup panggilannya. Ia kemudian menekan angka tiga pada panggilan cepat dan tersambung pada kontak Dimas, manager yang bertanggung jawab untuk sementara di perusahaan ShadowTech.
"Lo dimana?" tanya Oris.
"Dikantor, lo udah di ruangan CEO?" tanya Dimas.
"Gue masih dirumah. Kapan lo kesini bawa semua materi bahasan untuk meeting?" tanya Oris.
"Sekarang! Gue on the way ke apartment lo," sahut Dimas yang kemudian menutup panggilannya.
Oris menaruh ponselnya ke atas sofa, dan berjalan menuju kamar mandi. Pria itu melepas pakaiannya dan membuka kran shower saat sudah berada didalam kamar mandi.
***
"Astaga, Rhea?" pekik Ganis saat mendapati Rhea sudah berkutat dengan laptopnya.
"Iya, gue Rhea. Emang lo kira gue siapa? si perjaka tua?" ketus Rhea.
Ganis menaruh tasnya diatas meja dan berjalan ke pantry untuk membuat kopi panas. Hanya beberapa menit saja, Ganis sudah kembali keluar pantry membawa dua cangkir kopi ditangannya.
"Thank you," ucap Rhea saat salah satu gelas yang Ganis bawa ditaruhnya diatas meja.
"Lo tumben banget jam segini udah sibuk sama laporan?" tanya Ganis.
Rhea menatap sekeliling ruangannya.
"Astaga ... Gue kira mereka belum pada datang," gumam Rhea.
"Emang lo datang dari jam berapa?" tanya Ganis lagi.
"Jam enam. Lo tau apa kata si perjaka tua pas gue minta cuti satu kemarin?"
"Apa?"
"Gue harus selesaikan laporan help desk analys sebelum jam dua belas. Gila gak tuh orang? Gue baru minta cuti satu hari, dia langsung bertingkah. Makin benci gue sama dia," cecar Rhea.
Namun, pria yang sejak tadi dibicarakan oleh Rhea baru saja berjalan masuk melewati kubikelnya. Ganis segera kembali ke tempatnya, dan karyawan yang lain mulai terlihat menyibukkan diri dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Rhea menoleh sesaat pada kubikel Reyhan yang masih terlihat kosong. Ganis yang menyadari arah pandangan Rhea, kemudian berdeham dan sedikit mendekat pada kubikel Rhea.
"Reyhan masih cuti bulan madu," bisik Ganis.
Rhea kemudian mengalihkan tatapannya ke Ganis. "Gue gak peduli," timbal Rhea berusaha menutupi rasa kesalnya pada Reyhan.
'Andai lo tau apa yang Reyhan katakan sama gue setelah pernikahannya kemarin, gue yakin lo bakal sama bencinya ke dia kaya gue,' gerutu Rhea dalam hati.
***
Continue..
Next??
Follow vote dan commentnya dulu dong.