Chereads / My Little Friend, CEO / Chapter 10 - Bagian Sembilan : Sahabatku, Suamiku, CEOku~

Chapter 10 - Bagian Sembilan : Sahabatku, Suamiku, CEOku~

"Rhea! Mana laporan help desk analyst kamu?! Sebentar lagi kita meeting sama CEO!" pekik Nazzar di depan pintu ruangannya.

Rhea mendengkus sebal seraya menatap tajam pada Nazzar yang terlihat acuh tak acuh.

"Lagi saya kerjain Pak Nazzar yang budiman. Ini baru jam sepuluh, meeting sama pak bos jam dua siang kan? Kenapa ribut jam segini? Saya masih punya waktu tiga jam buat beresin laporan!!" tekan Rhea.

"Kamu banyak alasan! Selesaikan dalam waktu dua jam! Saya tunggu sampai jam dua belas. Semuanya harus sudah selesai!" titah Nazzar seraya menutup pintu ruangannya dengan kencang.

Rhea berdecih kesal. "Dasar perjaka tua, gila!! Masalah dia sama gue apaan sih? Keki banget dia sama gue," gerutunya.

Semua karyawan yang mendengar gerutuan Rhea menggelengkan kepala sambil terkekeh kecil. Mereka sudah sangat biasa melihat Rhea dan Nazzar bagai tom and jerry, selalu bertengkar kapanpun dan dalam keadaan apapun.

Zera mendekat ke kubikel Rhea seraya menyerahkan beberapa berkas yang harus di tanda tangani Rhea.

"Lo tuh iya, ga bisa gitu sehari gak ribut sama Pak Nazzar,"

"Gue udah diem loh Ze, dianya yang ngajakin ribut mulu sama gue!" sahut Rhea masih kesal.

Rhea memberikan berkas yang baru ditandatanganinya pada Zera dan memasang headset ke telinganya dengan sambungan yang hanya di masukkan pada saku kemejanya. Ganis yang melihatnya hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Rhea.

"Lo tuh iya Rhe, ada aja alesan biar gak dengerin omongan orang-orang," gumam Ganis.

***

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas. Waktu istirahat jam makan siang pun sudah tiba. Rhea masih berkutat dengan laporannya yang sudah hampir selesai. Rhea bahkan mengacuhkan para rekannya yang mengajak dirinya ke kantin.

Hingga jam istirahat selesai, Rhea masih berkutat dengan laporannya dan akhirnya selesai. Rhea tersenyum penuh kemenangan seraya melepas headset yang sedari tadi tak lepas dari telinganya.

Rhea segera mengirimkan laporannya pada Nazzar melalui email. Gadis itu menarik napas lega seraya merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal.

"Beres Rhe?" tanya Kiki salah satu karyawan satu timnya.

"Beres. Ah ... mata gue kering banget," gerutunya seraya mengerjap-ngerjapkan matanya.

Zera dan Ganis yang baru tiba menaruh sandwich dan susu kotak di atas meja Rhea. Rhea menoleh ke samping kubikelnya dan mendapati senyuman manis dari Ganis.

"Thank you beb," ucap Rhea.

Rhea kembali ke kubikelnya lalu menatap sandwich di atas mejanya. Tiba-tiba, ia teringat pada sarapan yang dibuatkannya untuk Oris.

Ya ... Oris...

Rhea mengambil ponselnya di dalam tas yang sejak tiba di kantor tak disentuh sama sekali olehnya. Gadis itu membuka kunci ponsel, dan dilihatnya enam panggilan tak terjawab dari Oris.

Rhea menggigit sandwichnya seraya menempelkan ponselnya yang sedang menghubungi Oris pada telinganya. Tak ada jawaban. Rhea kembali mencoba menghubungi Oris lagi. namun nihil. Akhirnya Rhea menaruh ponsel tersebut di atas meja dan kembali melanjutkan makan siangnya.

Tiba-tiba, Nazzar membuka pintu ruangannya dan berjalan cepat keluar ruang divisi IT Support Officer dengan beberapa berkas berada ditangannya. Tapi langkahnya terhenti tepat di depan pintu keluar dan berbalik kebelakang.

"Semuanya bersiap, bawa semua hardcopy laporan yang sudah kalian kerjakan dan berkumpul di aula meeting. CEO dan para dewan direksi sudah selesai meeting dan sekarang giliran para karyawan yang meeting," ujarnya dengan cepat.

"Ah ... dan satu lagi, saya minta perwakilan dari kalian yang ikut menemani saya menyambut CEO dengan kepala tim divisi lainnya," lanjut Nazzar.

Semua karyawan yang awalnya menatap Nazzar kini beralin menatap Rhea yang masih dengan santainya memakan sandwich di tangannya. Sadar ditatap oleh seluruh orang di ruangan itu, Rhea yang sedang mengunyah sandwich berhenti dan menatap sekeliling rekan-rekannya yang sedang menatap padanya.

"Kenapa kalian liat gue kaya gitu?" tanya Rhea dengan mulut penuh makanan.

"Ya udah, Mahardina yang temenin saya," putus Nazzar seraya pergi meninggalkan ruangan.

Rhea seketika tersedak makanannya setelah mendengar perkataan Nazzar. Gadis itu memukul-mukul dadanya agar makanannya bisa tercerna dengan baik. Seluruh rekan Rhea terkekeh geli melihat ekspresi wajah Rhea.

Ganis memberikan susu kotak yang baru saja dia masukkan sedotan pada Rhea seraya menepuk-nepuk punggung Rhea.

"Lo semua bener-bener tega sama gue. Umpanin gue buat jadi santapan lezat si perjaka tua," gerutu Rhea.

Semua karyawan terkekeh dan kembali ke kubikel.masing-masing untuk mempersiapkan bahan meeting siang ini. Sedangkan Rhea masih terus menggerutu dan mempersiapkan bahan meeting miliknya.

"Aaahhh!! Shit, gue benci banget sama si perjaka tua!" maki Rhea.

***

"Rhea, kamu sudah persiapkan semua materi pembahasan meeting sekarang?" tanya Nazzar sembari berjalan cepat menuju aula diikuti Rhea yang setengah berlari mengimbangi langkah besar Nazzar.

"Udah!" ketus Rhea.

"Oke. Yang lain udah masuk aula meeting?"

"Udah," singkat Rhea.

Nazzar mengangguk paham. Setibanya di depan aula, Nazzar berdiri di samping Husen, ketua tim perencanaan yang sudah lebih dulu tiba disana. Sedangkan Rhea berdiri di belakang Nazzar hingga tubuh kerilnya tak terlihat.

Terdengar suara ketukan langkah kaki yang semakin mendekat. Rhea berusaha melihat seperti apa wajah sang CEO perusahaan tempat ia bekerja itu. Tetapi sayangnya, tubuh tinggi dan besar Nazzar menghalangi arah pandangnya.

Rhea hanya mendesah pasrah. Kini suara langkahnya sudah sangat dekat, tiba-tiba bolpoin yang dipegangnya terjatuh. Gadis itu berjongkok untuk mengambil bolpoinnya bertepatan dengan sang CEO yang berjalan melewati para ketua tim divisi andan masuk kedalam aula.

Rhea berdiri lalu ikut mengekor dibelakang Nazzar hingga memasuki aula. Semua mata tertuju pada sosok CEO muda yang baru saja mereka temui. Kursi yang disusun secara bersusun kebelakang itu kini sudah sangat penuh. Rhea bergegas duduk dikursi samping Ganis dan menaruh berkas yang sudah dibawanya.

Rhea menggeleng melihat Ganis dan Zera yang tak berkedip memperhatikan ke arah depan, tempat dimana CEO itu duduk. Rhea pun ikut mengalihkan pandangannya. Dan seketika, mata Rhea membelalak, mulutnya menganga saat melihat siapa sosok CEO ShadowTech, Napasnya semakin tercekat saat tanpa sengaja kedua iris mereka saling bertemu dan menatap.

Rhea menutup mulut dengan sebelah tangan untuk menutupi keterkejutannya. Sedangkan Oris, mengerutkan keningnya dan menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Astaga, CEO itu liatin gue," ujar Zera kegirangan, padahal arah tatapan mata Oris tak lepas dari Rhea.

Oris memalingkah majahnya dan mencari Dimas yang sedang berdiri dibelakangnya.

"Apa karyawan kita ada yang bernama Rhea Mahardina?" bisik Oris meyakinkan penglihatannya.

"Rhea? ada. Dia anak buahnya Nazzar dari tim IT Support Officer. Kenapa? Lo kenal?" sahut Dimas yang juga berbisik.

Oris kembali menoleh ke kursi yang ditempati Rhea, dan Rhea sedang berbicara dengan Nazzar dengan serius.

'Rhea.' panggilnya dalam hati.

***

Continue..

Lanjut??

jangan lupa votr. follow dan comment...