Damian duduk seraya termenung di ruangannya. Tangannya sesekali terlihat mengusap bahu serta kepala secara bergantian. Rasa sakit masih menjalar di sana.
Sejak kedatangan ayahnya tadi, dia mendapat pukulan tanpa ampun dari orang yang sudah membesarkannya itu. Damian tidak begitu paham akan apa yang ayahnya lakukan. Pada awalnya hanya mengira jika bisnis tengah merugi. Lalu, dijadikan pelampiasan amarah yang terbendung. Seperti biasa.
Namun ternyata dugaannya meleset parah. Ayah Damian datang dengan amarah yang membuncah, ternyata ada kaitannya dengan kematian ibu dari Jovita. Satu hal yang tidak pernah dia duga sebelumnya.
Selain itu, beberapa waktu lalu ayahnya meminta untuk mengawasi seseorang, tapi Damian justru mengabaikannya. Berdalih jika orang itu tidak tampak mencurigakan. Pun mengatakan jika kesibukan membuatnya lalai. Lupa pada tugas yang diberikan.