Kedua orangtua Diana hanya diam dan saling berpandangan.
"Kok bisa, ya?" ucap mami marissa sambil berfikir keras.
Diana hanya menaikkan kedua pundaknya. Ia memang tidak mengerti. Sebab, yang mereka tahu, mamanya Aldo berada di Jogja. Semua keluarganya berada di sana hanya dia saja yang mental ke Jakarta sendiri. Kuliah di sini dan bekerja pun juga di sini.
"Diana, kau tidak apa-apa, kan andai jika mereka jadian?" tanya papinya.
"Kenapa? Tidak masalah. Selama Aldo bisa menjaga Elis dengan baik saja, apa yang akan kukawatirkan?"
"Syukurlah, papi takut kau masih belum move on dan tak akan bisa terima ini."
"Bagaimana aku tidak bisa move on, Pi? Kau tahu? Aku sudah ada Geo yang sepenuh hati mencintaiku menerima bawelku, dan bahkan dia takut kehilangan aku. Kenapa aku masih mengingat-ingat seorang yang dulu sengaja membuangku? tapi, tidak baik untukku juga belum tentu tidak baik juga untuk Elis, kan? Bukankah takid jodoh dan kematian sudah Tuhan atur?"
