Hari yang paling membahagiakan bagi semua murid akhirnya tiba, hari yang dinantikan oleh semua orang itu adalah hari kelulusan yang sudah dinanti-nanti semua siswa termasuk Georgina sendiri.
Meskipun hari ini ia akan datang seorang diri namun Georgina siap, ia harus melewati hari ini karena setelah semua ini selesai ia akan melakukan sebuah misi yang sangat penting yaitu membuat perhitungan pada keluarga ayah kandungnya yang sudah membuat ia dan ibunya menderita selama bertahun-tahun. Satu hal yang ingin Georgina lakukan saat ini adalah ingin membuat orang-orang itu merasakan penderitaan yang sama dengan dirinya dan mendiang sang ibu.
Saat Georgina datang ke sekolah suasana sekolah sudah sangat ramai, banyak sekali keluarga dari para siswa yang datang. Mereka membawa bunga, coklat, hadiah-hadiah dan yang terpenting adalah kehangatan keluarga. Dengan menahan semua rasa sakit di dada Georgina meneruskan langkahnya menuju ke ruang guru, tujuannya hanya ingin mendapatkan ijazahnya saja hari ini tanpa berniat mengikuti jalannya acara yang hanya membuang-buang waktu saja itu.
"Gina, kau datang nak." Seorang guru wanita yang tak lain adalah wali kelas Georgina langsung menyapa gadis malang itu dengan cepat begitu melihatnya masuk ke ruang guru.
"Saya datang ingin meminta ijazah saya bu,"ucap Georgina langsung tanpa basa basi.
"Iya nak, hari ini memang hari kelulusan. Semua ijazah akan dibagikan hari ini nak pada saat acara..."
"Saya tak ikut acara bu, saya ingin langsung pulang setelah mengambil ijazah saya. Rasanya sangat menyakitkan ketika melihat banyak anak yang berbahagia dengan keluarga mereka masing-masing sementara saya tidak, jadi lebih baik saya tak ikut acara itu."Georgina langsung memotong perkataan ibu Kris sang wali kelas dengan cepat.
"Tapi Gina…"
"Ok Gina, kau boleh mengambil ijazahmu." Secara tiba-tiba seorang pria yang tak lain adalah wakil kepala sekolah memotong perkataan ibu Kris yang merupakan wali kelas Georgina.
Kedua mata Georgina menyipit menatap sang wakil kepala sekolah yang terkenal sangat mata keranjang itu dengan tajam, ia harus waspada pada pria botak berperut buncit itu saat ini. Entah mengapa feeling Georgina buruk sekali sekarang pada pria yang baru bicara itu.
"Kapan saya bisa membawa pulang ijazah saya?"tanya Georgina pelan mencoba menetralkan perasaannya.
"Tentu saja sekarang juga, kau bisa mengambilnya di ruanganku Gina. Semua ijazah para siswa masih tertata rapi di mejaku,"jawab Jordan sang wakil kepala sekolah dengan cepat.
"Baik pak saya mengerti,"ucap Georgina singkat.
Setelah berkata seperti itu Jordan sang wakil kepala sekolah itu pun pergi meninggalkan ruangan guru menuju ruangan pribadinya, sebuah senyum yang tak terbaca terlihat jelas di wajahnya. Georgina pun berniat untuk mengikuti pria itu namun baru melangkahkan kakinya dua langkah tiba-tiba ibu Kris menahan tangannya.
"Bu…"
"Gina, lebih baik kau jangan pergi. Biarkan ibu yang mengambilkan ijazahmu,"ucap ibu Kris lirih.
"Aku bisa bu, jadi ibu tak perlu repot-repot,"jawab Georgina singkat.
"Tapi Gina, pak Jordan adalah…"
"Aku tahu bu, anda tenang saja," potong Georgina, ia sudah paham dengan arah pembicaraan sang wali kelas saat ini.
Ibu Kris terlihat berat saat akan melepaskan tangan Georgina, ia terlihat ragu dan tak rela Georgina pergi menemui wakil kepala sekolah yang menyebalkan itu. Namun karena Georgina memaksa akhirnya wanita paruh baya itu melepaskan tangan anak didiknya dan membiarkan Georgina terus berjalan menuju kantor sang wakil kepala sekolah sendirian.
Georgina tampak tenang saat berjalan menuju ruangan sang wakil kepala sekolah, tak ada keraguan atau ketakutan sedikitpun yang terlihat dari Georgina saat ini. Tujuannya adalah ingin segera mendapatkan ijazahnya agar bisa berangkat ke Spanyol malam ini juga untuk mencari alamat tempat tinggal sang ayah kandung untuk menuntut balas atas semua yang ia alami bertahun-tahun bersama sang ibu.
"Calm down Gina, you can do it,"ucap Georgina dalam hati saat melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan Jordan sang predator yang sudah menunggunya di dalam.
Tanpa ada yang tahu, Georgina adalah salah satu pelatih karate di sebuah sekolah karate khusus anak kecil yang ada di dekat rumahnya. Geordinaa sengaja mengambil salah satu olahraga itu untuk menenangkan emosinya yang mudah meledak, apalagi ditambah dengan banyaknya waktu luang yang ia miliki saat ibunya masih hidup. Karena itu Georgina terjun dalam salah satu olahraga beladiri itu dan Georgina adalah seorang chaobi dalam dunia karate, yang mana seorang pemegang sabuk coklat ini sudah berada di level atas yang tak bisa dianggap enteng.
Bersambung