Chereads / The Forgotten Princess. / Chapter 14 - Menjelajah

Chapter 14 - Menjelajah

Georgina berdiri cukup lama didepan pagar besar kediaman keluarga Sanders, keluarga ayah kandung yang tak pernah ia lihat. Saat Gina masih menatap kokohnya bangunan itu secara tiba-tiba gerbang besar itu terbuka secara otomatis dan tak lama kemudian keluarlah sebuah mobil berwarna hitam dari dalam rumah itu, kedua mata Gina menyipit mencoba melihat lebih dalam lagi orang yang ada di dalam mobil yang baru saja melaju dihadapannya itu. Akan tetapi sepertinya usaha Gina sia-sia, pasalnya kaca dari mobil itu terbuat dari bahan berkualitas yang tak akan bisa dilihat dari luar.

"Kalian bisa hidup mewah seperti ini, tapi ibuku hidup dalam kesengsaraan sampai ajal menjemputnya,"ucap Gina lirih saat pintu gerbang yang menutupi rumah besar keluarga Sanders mulai tertutup.

Gina sempat melihat betapa besar rumah keluarga ayahnya secara sepintas saat mobil sedan mewah berwarna hitam itu keluar, bukannya iri Gina justru semakin marah. Ia marah kepada semua orang yang ada dirumah itu terutama kakek, nenek dan khususnya sang ayah yang sudah tega menelantarkan dirinya sejak kecil.

Karena tujuannya sudah tercapai Gina pun memutuskan pergi dari tempat itu, ia tak mau ada diusir oleh petugas keamanan yang berjaga di rumah ayahnya. Dengan langkah gontai tanpa tujuan Gina mulai berjalan menyusuri trotoar melihat kehidupan penduduk Barcelona, rumah barunya. Gina ingin menghafal daerah tempat tinggal sang ayah terlebih dahulu, supaya kedepannya ia tak mendapatkan kesulitan. Meski seorang gadis namun Gina tak memiliki rasa takut sedikitpun, berbekal kemampuan bela diri yang ia pelajari lebih dari enam tahun Gina sangat percaya diri apalagi ditambah kemampuannya berbicara bahasa Spanyol sangat lancar.

Gina berjalan diantara anak-anak kecil yang baru turun dari bus, Gina tersenyum sedih saat melihat para orang tua menjemput anak-anaknya yang baru pulang. Kedua mata Gina tiba-tiba terasa pedas, secara spontan Gina mengangkat wajahnya ke langit untuk menahan air matanya tak turun. Gina sudah bersumpah tak akan menangis lagi.

"Yang membedakan manusia dan benda mati adalah kemampuan kita bisa menangis, nona."

"Eh?"

Seorang wanita paruh baya yang baru saja bicara tersenyum pada Gina.

"Menangislah jika kau ingin menangis, luapkan segala kesedihanmu jika itu mampu membuatmu merasa lebih baik,"imbuh wanita itu kembali sambil tersenyum ramah.

Gina menyunggingkan senyum. "Terima kasih masukkannya, Nyonya. Saya akan mengingatnya."

"Jangan panggil Nyonya, aku bukanlah seorang Nyonya. Gelar itu terlalu tinggi untukku, aku adalah seorang pelayan dan janda dari seorang pria yang dituduh sebagai pencuri,"ucap wanita itu kembali serak.

Deg.

Gina tersenyum dan meraih tangan wanita baik hati dihadapannya itu. "Tidak Nyonya, setiap wanita yang sudah menikah pantas mendapatkan gelar itu terlepas dari apapun pekerjaannya. Jadi jangan merasa malu, semangat ya."

Wanita paruh baya itu terdiam beberapa saat sebelum akhrinya ia tersadar saat Gina mulai pergi melepaskan tangannya dan bersiap pergi. "Siapa namamu, non..."

"Georgina, itu nama pemberian ibuku. Baiklah kalau begitu saya permisi Nyonya, selamat siang." Gina menundukkan kepalanya dan langsung berbalik meninggalkan wanita itu untuk melanjutkan perjalanannya yang tanpa tujuan itu.

Wanita paruh baya yang baru saja berbicara dengan Gina itu tersenyum melihat Gina pergi, seumur hidupnya bekerja menjadi pelayan baru kali ini ada seorang gadis muda yang bicara ramah padanya. Setelah Gina menghilang dari pandangannya wanita itu pun kemudian meneruskan langkahnya menuju ke arah yang baru saja Gina tinggalkan.

"Sepertinya aku akan....heiiii..."

Georgina berteriak keras saat seorang pria mendorongnya kesamping dan hampir membuatnya terjatuh kalau saja tak segera berpegangan pada sebuah tiang lampu yang berada didekatnya.

"Kosongkan jalan, Tuan Massimo tak suka melihat trotoar kotor."

Apa? Kotor? Manusia berjalan di trotoar disebut kotor.

Saat Gina akan maju untuk memberi pelajaran pada pria yang baru bicara itu tiba-tiba seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun menarik tangannya.

"Jangan kak, mereka orang-orang jahat. Kakak jangan melawannya atau kakak akan terluka,"ucap anak kecil itu dengan suara samar.

Gina mengernyitkan keningnya. "Orang jahat?"

Bersambung