Andrea hanya terdiam memikirkan gadis bernama Mysha itu. Sepanjang pelajaran yang dipegang oleh Bu Yuli ia sama sekali tak memperhatikan. Ia hanya melamun seraya memainkan pena ditangannya.
"Andre !"
Bentakan Bu Yuli sukses memecahkan lamunan Andre.
"Mikirin apa kamu ?."
Bu Yuli perlahan mendekat seraya melipat tangan nya didada. Andrea hanya gugup dan ketakutan.
"Ma.. Maaf bu..."
ucap Andre gagap.
"Mikirin Mysha bu..."
Teriak Hiro disahut tawa oleh siswa lainnya.
Andre hanya terdiam, memang benar ia hanya memikirkan Mysha. Tanda tanya besar tersangkut dikepalanya. Satu - satunya cara, ya kenalan dengan Mysha.
"Mikirin Mysha ?, dia adik kelas kamu !. Kamu jangan macam - macam. Pacaran itu dilarang disekolah ini!"
Tidak mungkin. Andre terkejut ketika mendengar kata 'dia adik kelas kamu'. Dia pikir Mysha seangkatan dengan nya.
"Enggak bu."
***
Bulan... Kau tahu ?. Hatiku kini tengah hancur. Pelukan yang telah lama tak kurasakan, tiba - tiba kurasakan.
Bukannya tidak bersyukur. Tapi mengapa pelukan itu harus pemberian dari ayah. Aku bahkan tak mengenal lagi ayah.
Semua isi hati Mysha ia tulis pada buku diarynya. Perpustakaan ini sepi. Mungkin hanya dia seorang yang masih memiki hobi membaca dijaman ini.
Tanpa sepengetahuan Mysha, Andrea tengah berjalan menuju perpustakaan untuk mencari buku materi.
Langkah Andre terhenti ketika sadar Mysha tengah terduduk dibangku ujung.
Mata Andrea jelalatan memastikan tak ada seorangpun diperpustakaan yang hening ini.
Andrea menutup pintu perpustakaan dan menguncinya dari dalam.
Kini mereka berdua tengah terkunci bersama diperpustakaan. Andrea menaruh kunci diatas rak yang tinggi itu. Ia yakin tinggi badan Mysha takan mencakupi untuk mengambil kunci dirak setinggi itu.
Andrea berdeham seraya berkacak pinggang. Mengetahui itu Mysha gelagapan menutup buku diary nya. Ia tak mau seorangpun membaca diary nya. Ia menatap heran keberadaan Andrea. Apakah dia akan membaca buku diperpustakaan atau hanya mengganggu Mysha.
Mysha sudah muak dengannya. Mysha berdiri dari bangkunya dan melangkah melewati Andrea.
"Gue cuman mau ngomong sama lo..."
Langkah Mysha terhenti seketika. Mysha juga ingin berteman baik dengan Andrea tapi, ia tetap berpegang teguh dengan saran yang diberikan oleh Bulan.
Mysha hanya menatap punggung Andrea yang masih terdiam seribu bahasa.
"Apa..."
Ucapan Mysha sangat pelan. Suara imut itu terdengar ditelinga Andrea. Suara kecil itu menumbuhkan rasa senang dihatinya. Entah mengapa rasanya sangat senang mendengar ucapan Mysha. Untuk satu kata saja sudah menyenangkan. Bagaimana jika Mysha adalah orang yang cerewet ?.
Dengan semringah Andrea membalik badannya.
"Maafin gue ya, tadi udah pegang tangan lo tanpa ijin."
Mendengar itu Mysha hanya mengangguk pelan. Tapi anggukan pelan seperti itu sudah dianggap jawaban besar bagi seorang Andrea. Apalagi bila anggukan itu berasal dari cewek dingin seperti Msyha.
Mysha tersenyum tipis. Ia sangat canggung. Ia tak pernah berbicara empat mata seperti ini sebelumnya.
"Andrea Suca"
Andrea mengulurkan tangannya. Benarkah ?. Untuk kali pertamanya ada seorang lelaki yang mau mengulurkan tanganny untuk Mysha. Ya tuhan, kenapa jantung ini terasa terguncang.
Mysha perlahan memberikan tangan nya kepada uluran tangan Andrea.
"Mysha Mayashari"
Mereka berdua tersenyum. Andrea sangat nyaman diposisi ini. Tangan Mysha terasa hangat. Berbeda jauh dengan pakaian dan sifat nya. Tidak disangka Mysha tidak mengganti baju nya yang basah itu.
"Nggak ganti baju ?"
Tanya Andrea. Apa tidak masuk angin bila Mysha terus menerus menggunakan pakaian basah itu ?.
Andrea ingin memberikan pakaian yang sudah ia beli dikoperasi. Tapi apakah itu akan diterima ?.
Tak menerima jawaban apapun, Andrea meneguk ludahnya seraya mengeluarkan sepasang seragam lengkap dan baru yang masih tertutup oleh plastik.
Mysha yang melihat itu menghela napas dan berjalan melewati Andrea menuju pintu.
Andrea lebih tenang sekarang karena Mysha takan bisa keluar tanpa kunci yang terletak di rak pencakar atap itu.
Mysha sudah mendorong pintu beberapa kali. Nampaknya pintu itu terkunci dengan baik. Ia tahu pasti Andrea yang mengunci pintu itu.
Andrea mendekati Mysha yang masih mematung memandang pintu.
"Ganti baju dulu baru gua kasih kuncinya"
Tepat sekali. Tebakan Mysha mengenai kunci itu adalah benar. Mysha memejamkan matanya.
"Gua gak akan ngintip, sumpah. !"
Ucap Andrea kedua kalinya yang sama - sama tak menerima jawaban dari Mysha.
Mysha seketika memijat keningnya yang terasa sakit.
Ia tampak lumbung.
Andrea mengangkat alisnya kebingungan melihat itu.
Andrea spontan menjatuhkan seragam itu dan langsung menangkap Mysha yang tumbang. Ia langsung menggendong Mysha keUKS.
Andrea sangat tegang. Apa ini kesalahannya. Apa Mysha pingsan karena dirinya yang terus mengincari Mysha ?.
Bu Yuli dengan wajah marah melihat Mysha yang berbaring tak berdaya di ranjang UKS.
"Kamu apain Mysha ?"
Seru Bu Yuli dengan khawatir.
"Nggak tadi cum---"
Belum selesai berbicara Bu Yuli langsung menutup pintu UKS dan meninggalkan Andrea diluar.
Ia tak peduli lagi dengan AndrenyaAkhir
***
Mysha terduduk fokus membaca novelnya. Mysha menghela napasnya. Sudah berulang kali cara ia lakukan untuk melupakan lelaki bernama Andrea itu. Tapi sejuta carapun takan cukup untuk melupakannya.
Ia menyangga kepalanya dengan kedua tangan yang ia tempelkan didagu. Memandangi bulan dan bintang - bintang yang menghias langit.
"Bulan... Apa aku akan baik - baik saja ?."
Beberapa detik tak ada jawaban. Sampai...
"Lawan api dengan air."
Suara jawaban dari Bulan itu muncul. Suara yang terdengar langsung dari hati Mysha. Suara yang tak bisa benar - benar didengar melalui telinga.
Suara perempuan yang berdengung dalam hati.
Suara yang tak bisa dideskripsikan yang muncul sendiri dibenak Mysha.
Mysha mengerti, ia memejamkan matanya.
Mysha tersenyum tipis. Mysha harus bersabar dengan semua masalahnya.
Kini masalahnya bertambah. Andrea hanya satu masalah yang belum mencapai waktu pemulihan. Mulai dari orang tuanya yang terus berdebat sampai masalah pembullyan disekolah kini tengah terputar ulang dikepalanya. Seolah - olah Mysha dapat melihat video replay dari semua masalahnya.
Selang beberapa detik ia menyudahi pemborosan waktunya dan membuka kelopak mata nya, memperlihatkan bola mata yang bergenang air.
Ketika bulatnya bulan ditutupi oleh gerhana kepala Andrea membuat kaget Mysha.
Melunturkan senyum indah dari Mysha. Tampaknya masalah akan terjadi dimalam hari ini.
Apa yang ada diotak Andrea. Dia datang malam - malam begini ?. Bagaimana jika Yuli tahu mengenai kedatangan Andrea ?.
Mysha mengernyitkan keningnya, menatap penat monyet yang tengah memanjat jendelanya.
Andrea dengan semringah mengetuk kaca jendela.
Mysha jangan bukakan. Dia hanya mencari masalah.
Berkali - kali ia mengurung niat hatinya yang hendak membuka jendela itu. Tapi apa yang akan dia lakukan bila Mysha mebuka jendelanya.
Mysha melotot memikirkan hal negative yang tak seharusnya ia pikirkan. Sudahlah !. Cukup.
Setidaknya ia masih menyimpan sebuah pisau didalam lemari pakaiannya.
Mysha eprlahan membuka jendela itu dan membiarkan Andrea masuk kedalam kamar dengan dominan warna biru itu.
Andrea berdiri diambang meja seraya melepas jaketnya yang cukup basah. Mengingat cuaca yang tak berteman. Beruntung Bulan purnama masih dapat terlihat jelas.
Mysha menatapnya dari jarak yang cukup jauh. Ia hanya terdiam seribu kata. Jantunganya berdetak kencang. Beberapa kali ia menaruh telapak tangan nya ke jantung yang tengah terguncang.
"Kenapa ?. Takut ?"
Andrea yang sadar bahwa Mysha memegangi dadanya. Andrea sangat tahu Mysha kini tengah berdebar. Tidak mungkin tidak. Cewek sedingin itu membiarkan cowok tampan seperti Andrea masuk kekamarnya diwaktu malam. Sudah pasti jantungnya berdebar.
Mysha menggelengkan kepalanya dengan samar. Membuat Andrea terkekeh, apakah Mysha tengah bersalah tingkah ?.
Andrea menaruh jaketnya disandaran kursi. Dia mendekat kearah Mysha.
"Maaf ya soal tadi..."
Andrea menarik tangan Mysha menuju ambang ranjang. Mereka terduduk ditepi ranjang.
Beberapa kali Mysha meneguk ludahnya, Andrea yang tahu akan hal itu sama sekali tak menghiraukannya. Tujuan nya kesini hanyalah meminta maaf dan menanyai kabarnya. Tak lebih!.
"Lo tadi kenapa ?"
Andrea menempelkan punggung tangannya kekening Mysha.
"Masih pusing ?"
Semua pertanyaan Andrea hanya dijawab oleh suara kodok dan rintikan hujan yang pecah menatap atap.
"Kamu pulang aja deh..."
Suara Mysha terdengar pelan. Suara hujan pun lebih kencang dari pada suaranya. Namun Andrea sangat menunggu jawaban itu, sudah pasti dia akan mendengarnya.
Andrea terkekeh.
Jujur saja entah mengapa kini Mysha terasa ngantuk. tak bisa menahan berat kelopak matanya. Beberapa kali Mysha memerjapkan bulu matanya yang lentik itu. Entah apa yang ada dipikiran siswa lain. Cewek secantik Mysha masih bisa mereka bully.
"Santai aja kalii... Lo kenapa tegang sih !"
Beruntung Andrea merupakan cowok peka. Andrea bisa membuat hawa dingin menjadi hangat. Ia mampu mengubah rasa ketidak nyamanan.
"Tujuan gue kesini cuma mau tau kabar lo !"
Setelah ucapan itu. Pertanyaan kabar, keadaan, dan kata maaf terus terlontar dari mulut Andrea.
Ia terus menerus menanyakan 'tadi kenapa ?'. Disisi lain Mysha enggan untuk menjawab nya.
Cukup. Kuping kecil Mysha tak mampu menampung segudang pertanyaan. Apalagi suara bising seperti itu. Ia harus mengambil tindak.
"Lo tadi kena---"
"Tadi aku cuma pura - pura, puas !"
Seketika membuat hening suasana. Akhirnya, inilah yang diinginkan Mysha.
Mysha menundukan kepalanya seraya mengigit bibirnya. Apakah ia sandiwara tadi siang adalah kesalahan ?. Yang ia inginkan hanyalah kejauhan dari Andrea dengannya.
Perhatian !.
Judul buku dan Cover bisa berubah kapan saja. Maaf Judul dan Cover hanya diisi asal - asalan. Judul - Cover tetap akan dipilih ketika cerita berakhir alias 'selesai ditulis'.