Chereads / ( Pindah akun ) / Chapter 4 - BAB 4

Chapter 4 - BAB 4

Dengan mata melotot Mysha melihat Hiro dan Tania tengah memalak adik - adik kelasnya. Anak kelas 3 itu dianggap monster oleh adik kelasnya.

Mysha yang melihat itu dengan gemetaran memutar balik arahnya. Ia tak mau uang sakunya hangus oleh duo macan itu.

"Heh !. Mau kabur lo ?." teriak Tania yang sadar keberadaan Mysha.

Tidak !. Mati kali ini. Apa dia benar - benar harus berpuasa hari ini ?. Sialan. 

Mysha menghentikan tapakan nya dan memutar badannya.

Hiro berjalan setengah cepat kearah Mysha dilanjut dengan Tania dibelakangnya.

Dengan wajah beringasnya membentak Mysha.

"Mana duit !"

Teriakan itu sukses membuat rasa takut meraja lela dalam pikirannya.

"Nggak ada kak !."

ucap Mysha pelan.

Tania terkekeh.

"Gak ada - gak ada. Mana cepet !. Gue cekokin sambel modar lo !" Balas Tania.

Mysha menghela napasnya. Yasudahlah. Tak ada pilihan lain. Ia tak mungkin melawannya. 

***

Mysha tak sakli pun melihat objek lain. Mysha hanya sibuk membaca novel nya. Ia terduduk dikursi tunggal tanpa teman sekelas yang ada disampingnya. Berbeda dengan siswa lainya yang memiliki pasangan dalam satu meja, Mysha tak pernah memilikinya. Itu semua karena siswa lain takut akan ancaman Tania yang berkata 'siapa yang terlihat dekat dengan Mysha. Liat aja. Nasib kalian bakal setara !'. 

Walau begitu. Ia tak pernah mengeluh sekalipun. Bahkan ia merahasiakan ini dari Yuli. Disela - sela kesibukannya. Andrea datang bersandar diambang pintu. Itu langsung menjadi pusat perhatian kelas. Sudah pasti !. Siapa sih yang tak suka dengan siswa baru kelas 3 ini ?. Rambut gondrong acak - acakan, pakaian rapi, keluarganya kaya, otak ada levelnya. Kurang apa sih untuk seorang Andrea Suca ?.

Andrea berdeham dengan tatapan yang mengarah ke gadis berkucir yang tengah sibuk membaca novel itu.

Apa dia tidak mendengarnya ?. Andrea berdeham kembali. Kali ini dengan suara yang lebih keras untuk memastikan dia mendengarnya. Disaat semua siswi kelas mendengarnya cewek bernama Mysha itu sama sekali tak berkutik.

Andrea mengangkat alisnya. Apaan nih. Ni cewek emang asli dingin apa cuman caper aja ?. Serius amat sih baca novelnya.

Andrea melihat beberapa siswi yang tengah menatap seksi dirinya. Risih sekali ditatap seperti ini. 

Andrea yang tak nyaman dengan tatapan itu langsung berjalan menuju Mysha. Tanpa pikir panjang ia langsung menarik tangan Mysha mengarah keluar kelas.

Ia tak peduli dengan apapun. Ia tak mungkin bercekcok dengan Mysha disebuah kelas yang isinya cewek geli kaya gini.

Mysha beberapa kali memberontak tapi tak sekalipun berhasil melepas genggaman kuat tangan Andrea.

"Sakit..."

Keluh Mysha yang tak dihiraukan oleh Andrea.

"Sibuk amat baca novelnya ?. Emang lo gak laper apa ?"

Mysha menggelengkan kepalanya. Ia sengaja berbohong. Mengingat uang sakunya hangus oleh duo macan itu.

Mysha tak pandai berbohong. Wajah cemberut itu dapat terbaca oleh Andrea. Persetan dengannya. Andrea terkekeh beberapa saat sebelum menggendong Mysha tanpa bertanya.

Andrea menggendongnya dan langsung berlari kearah kantin. Tak luput dari pandangan genit siswa lain. Ia sudah tahu resiko nya. Jadi ia tak perlu malu dan menurunkan Mysha ditengah - tengah perjalanan.

Mysha berteriak kencang. Untuk beberapa saat membuat heboh. Namun itu tak bertahan lama.

Malah itu menjadi sebuah kesyukuran bagi Mysha. Dirinya tak mau dikata berpacaran dengan seorang 'Andrea'. Bukan masalah pilih orang. Hanya saja ia masih kelas 1. Belum layak untuk menenteng kata 'berstatus'.

Sampai dikantin Andrea langsung menurunkan Mysha.

"Berat banget sih lo !"

Keluh nya membungkukan badan mengatur napasnya yang berat.

Mysha tak menjawab apa - apa. Ia membalikan wajahnya yang tampak merah seperti kepiting rebus. Ia tak mau Andrea tahu dirinya tengah tersipu. Dirinya tengah berdebar. Dirinya tengah jatuh cinta ?. Tidak !. Itu takan pernah terjadi padanya. Ia tak mau menenteng kata itu diusia dini !.

Bulan pernah bertegas padanya. Jangan sampai ia melanggarnya !.

***

Mysha terduduk dibangku kantin dengan meja bulat.

Andrea yang memesankan makan. Andrea yang akan membayar semua ini. Jadi dia berhak untuk memilihkan Mysha makan.

Andrea datang dan duduk dihadapan Mysha. Ia tersenyum dan menyangga kepalanya dengan kepalan tangan. Menunggu datangnya pesanan takan terasa lama bila ada Mysha disisinya.

"Lo kenapa gak bawa uang saku ?"

Sebenarnya Andrea tak tahu pasti. Tapi kata buku hitam itu. 'Apa bila seorang gadis dengan sengaja mengurung diri didalam kelas dengan wajah tak meyankinkan, itu artinya ia tengah menginginkan sesuatu namun terhalang karena satu hal'

Itu cukup meyakinkan dirinya untuk bertanya.

Mysha yang mendengar itu menatap wajah Andrea lalu kembali beralih keobjek lain. Mysha tak suka bila seseorang ngepo'in dirinya. Apa lagi seorang yang baru kenal seminggu. 

"Kenapa ? Baju lo basah lagi. Terus uang saku buat beli baru ?."

"Kalo nggak ikhlas, nggak usah deh !"

Ucap Mysha sedikit berteriak. Mengapa otak cowok ini dipenuhi pertanyaan.

Bisakah dia terdiam 1 jam saja ?. 

Andrea terkekeh.

"Lagi sensi yah..."

Ledek Andrea lalu ia menoyor kepala Mysha. Dan sukses membuat kepala nya memerah penuh amarah. Sebal sekali duduk dengan cowok seperti 

Ini !.

"Ihh apaan sih !"

Terukir rautan lucu di wajah Mysha yang sukses membuat Andrea tertawa.

"Ehh... Apaan tuh ?"

Tanya Andrea menunjuk kebelakang Mysha. Membuat Mysha penasaran dan membalikkan kepalanya untuk melihat apa yang ditunjuk Andrea.

Dengab cepat Andrea menarik ikat rambut yang selalu mengucir rambut panjangnya seperti kuda.

Membuat rambut ikal Mysha terherai indah. Mysha spontan membalik arah dan dengan raut wajah seram lagi - lagi membuat tingkah aneh yang sukses membuat Andrea terbahak - bahak.

"Kembaliin sini !."

Ucap Mysha.

"Kembaliin gak !"

Andrea hanya meledeknya. Mysha menghela napasnya dan terdiam. Ia merapikan rambutnya yang kini tengah terherai indah. Karena tarikan Andrea yang kencang. Otomatis rambut seindah apapun akan tetap tampak berantakan.

"Lo cantikkan kaya gini !"

Ucap Andrea seraya memainkan kedua alisnya.

Mysha hanya menggeram sebal. Tawa kencang mereka berdua sukses menarik perhatian siswa lain. Termasuk Tania.

Tania tampak kesal melihat mereka berdua yang kini akrab. Padahal dari kamarin yang mengidam - idamkan Andrea adalah dirinya. Tapi mengapa cewek gila itu yang harus bermesraan dengan Andrea.

Tania mengepalkan tangannya.

"Awas ya lo, Mysha. Liat aja !"

Gumam pelan Tania. Lalu memutar arahnya dan jalan cepat dengan kekesalan yang memuncak.

"Mau kemana lo ?"

Tanya Hiro. Ia tak mengerti. Ia tidak memperhatikan sekita, sedari tadi ia hanya memandang ponsel nya yang penuh hal menarik seraya ngemil. Tapi tiba - tiba Tania asal nyelonong aja. Apa boleh buat Andrea harus mengikutinya. Mengingat kunci mobil nya masih ada ditangan Tania.

***

Seorang wanita paruh baya datang mengantarkan dua piring bakso dan 2 gelas es teh yang sangat menggoda perut Mysha.

Ditengah kegiatannya menaruh piring - piring itu lagi - lagi Andrea membuat ledekan yang tak pantas terdengar ditelinga Mysha.

"Cantik nggak bu ?"

Tanya Andrea menunjuk gadis didepannya yang kini benar - benar tampak berbeda. Rambut ikal hitam pekat seperti ini mengapa harus disembunyikan sih?.

Kalau bisa dengan sedikit lipstick akan membuatnya semakin cantik.

"Cantik... Banget..."

Puji ibu itu dengan penuh senyum ketika melihat Mysha. 

"Makasih..."

Ucap Mysha menganggukan kepalanya saat bertatapan dengan pelayan itu.

Mysha langsung berdiri dan berusaha mencubit lengan Andrea hingga merah. Ia sangat sebal dengan semua ucapan yang terlontar.

Ia tak mau mendengarnya lagi. Apa itu sebuah gombalan yang tak bisa dicerna Mysha ?.

Mysha meringis seraya mencubit lengan Andrea. Andrea hanya meronta - ronta menghindari tangan kecil Mysha.

Namun tangan Mysha yang kecil itu kembali tanpa hasil. Ia gagal mencubit Andrea yang terlalu gesit dalam menghindar. Mereka pun memakan bakso yang sudah tepat dihadapannya masing - masing.

Satu suapan dari diri sendiri telah masuk kemulut Mysha. Matanya langsung melotot dan mencari - cari saus yang sepertinya sudah teroles dibagian bakso. 

"Kamu pesen pake saus yah ?"

Tanya Mysha sembari mengotak - atik makanannya mencari keberadaan virus berwarna merah itu.

Napsu makannya terhenti. Ia tak merasa lapar lagi.

Mendengar itu Andrea memandang heran. Memang ada apa ?. Apa Mysha tidak suka saus ?.

Andrea mengangguk pelan.

"Kenapa ?. Gak suka saus ?"

Tanya Andrea mengulum tawa yang sudah pasti disadari Mysha.

Mysha menggeleng. Ia tak mau Andrea menertawakannya. Ia melanjutkan kegiatan makan nya. Sedikit demi sedikit yang penting orang itu tak menertawakannya. 

Menahan rasa perih yang dihasilkan Virus merah itu. 

Rasa menyerah siap muncul kapan saja. Tapi ia tak mau ditertawakan lagi. Andrea sudah terlalu banyak mengeluarkan tawa apda dirinya. 

"Oh ya... Btw makasih ya udah dipake."

Ucap Andrea disela - sela kunyahan.

Apa maksudnya ?. Mysha tak mengerti. Apa yang ia sedang kenakan ?.

"Pake ?"

Tanya Mysha singkat. Jujur saja, ia tak mengerti dengan perkataan Andrea.

"Seragam..."

Tunggu. Apa maksudnya ?. Mysha melihat seragam yang ia kenakan dari bawah ke atas. 

"Oo... Ini seragam yang beli kamu ?. Pantesan kok kaya baru..."

Mysha... Tak sadar seragam yang ia tengah pakai adalah seragam pemberian Andrea. Ini bukan salah nya untuk tidak menyadari. Salah sendiri Andrea menitipkan seragam itu ke Yuli tanpa sepengetahuan Mysha. Jadi itu senjata rahasia Andrea untuk menaklukan macan betina dirumahnya.

Licik sekali.

"Makasih... Abis kamu gak bilang - bilang !"

Ucap Mysha ketus. Ia masih tak suka karena Andrea memberinya sepasang seragam osis tanpa sepengetahuannya.

"Gue udah pernah kasih ke lo. Waktu diperpus ?. Tapi lo malah pura - pura mati lagi !"

Andrea menyipitkan matanya. Layaknya sindiran atas tingkah laku Mysha. Cewek aneh. 

"Kaya punya pacar aja..."

ucap Andrea yang tak digubris Mysha.

Seketika Andrea ingat akan satu hal. Melihat hubungan Mysha dengan nya yang semakin lama semakin baik. Kini malah mereka tampak mesra. Andrea dan Mysha saling mengenal tanpa perkenalan.

Andrea mengulurkan tangannya.

"Kita belum berkenalan kan..."

Mysha mendengar itu langsung menanggapinya. Mysha menautkan tangannya yang kecil itu kepelukan telapak tangan Andrea. Hati Andrea terasa berbunga - bunga. Ia tak bisa melewatkan momen ini walau satu kedipan matapun. Saat bersalaman. Andrea mengeluarkan sebuah cincin yang langsung ia pasangkan kejemari lentik milik Mysha.

"Will you marry me ?"

"Ouuww... Andrea. So sweet... Ya... Andrea... Ya..!"

Andrea kembali berdiri 

Sadar Andrea... Sadar !. Andrea memukul kepalanya pelan. Hayalan nya sudah menjari. Halu dasar halu !.

"Ohh... Btw, kita kan belum pernah kenalan."

ucap Andrea. Tak mungkin ia melakukan hal yang sempat melintas di otaknya tadi.

Mentalnya belum cukup kuat, Percaya dirinya masih terlalu rendah. 

Andrea mengulurkan tangan nya dengan semringah. Inilah saatnya. Untuk kali pertamanya Andrea dapat merasakan tangan kecil Mysha. Ini beda !. Andrea memang sudah beberapa kali memegang tangan Mysha. Tapi itu sentuhan tanpa ketulusan hati. Lagi pula ia hanya memegang pergelangan tangan Mysha.

Mysha melihat uluran tangan itu. Membuatnya tersedak beberapa saat. Ia tak pernah berkenalan sebelumnya. Bahkan ia mengenal Jovi tanpa berkenalan. Mereka langsung akrab begitu saja.

"Emm... Namaku Mysha. Kamu kan dah tau..."

ucap Mysha setelah membersihkan percikan dati sedakan itu dari sisi mulutnya.

Andrea menarik kembali tangan nya yang sudah siap. Ia mengangkat kedua alisnya. Rasanya canggung dan memalukan. Ketika hendak bersalaman namun ditolak. Apalagi secara terang - terangan.

"Andrea."

Ucap nya singkat.

Mysha meringis. Apa Andrea marah akan tolakannya?.