Dalam sekejap, detak jantungku berbunyi semakin keras; hal kedua yang bisa kudengar setelah suaramu.
"Dek, Dek. Kok ngelamun, sih?"
....
"Jadi kesini sama mamah dan adik-adik?"
...
"Dek?"
.....
"Eh, iya, Mas. Mereka menunggu di sebelah sana."
Haduh, otakku tiba tiba ter-restart dan bahkan lupa caranya ngomong dong. Duh!
... mungkin ini yang dirasakan Snow White waktu bertemu dengan pangerannya?
Atau rapunzel yang pertamakali melihat pangerannya setelah memanjat rambut panjangnya?
Tanpa cipika cipiki, tanpa salim, apalagi pelukan. Plus aku juga lupa aku bawa balon sebagai kejutan. Yah, pada akhirnya, begitulah aku menyambutmu. Yang jelas memang tidak sekeren Snow White atau Rapunzel.
"Ya Allah nak, akhirnya sampai juga. Pasti capek ya? Yuk habis ini kita makan dulu, pasti Asa lapar kan." Ucap mamah, ketika pertamakali bertemu Asa.
"Iya, Mah. Asa pengen banget makan makanan Indonesia. Udah ngidam dari 2 tahun." Jawab Asa.
"Yaiyalah, kan Kak Asa perginya dua tahun, masa ngidamnya 3 tahun!" Celetuk adik bungsuku, Zaki.
Sepertinya memang ide yang bagus buat bawa keluargaku jemput dia, karena mereka, suasanya jadi cair dan semakin hangat. Coba bayangkan kalau aku yang jemput sendiri?! Pasti canggung, karena aku dijamin salah tingkah dan sekujur tubuhku seperti berhenti berfungsi wajar; tadi aja sempat lupa caranya ngomong!
Asa memang selalu jadi lelaki yang supel. Bayangkan aja, awal bertemu mamah 7 tahun lalu, dia langsung memanggil beliau dengan sebutan mamah! Dan anehnya, mamah juga langsung senang. Hebat banget dia mengambil perasaan mamah, apalagi perasaanku coba! Hiks.
Kalau begini, rasanya seperti aku jadi anak perempuan manis yang dijodohkan dengan pangeran tampan. Maksudku, siapa sih yang menolak?! Tapi halooo aku dan dia ini murni pedekate dari awal! Bukan pakai dijodohkan ya. Memang akunya yang kurang banyak latihan dalam berpacaran (ih ini sih boong banget) hahaha.
Akhirnya, sampailah kita di Restoran Padang kesayangan semua umat. Harum masakan padang menyeruak ke segala penjuru ruangan, membuat perut semakin keroncongan. Tak lama setelah duduk, berbagai macam jenis makanan sudah dihidangkan di atas meja kami.
Setelah berdoa bersama, kami pun makan. Aku hanya bisa senyam senyum sendiri saat melihat Asa. Ih, cowok ini! Dia memang gak punya rasa jaim. Ini piring ketiga yang dihabiskannya, dan semangatnya untuk makan masih sama seperti saat melahap piring pertama.
Setelah makan, kami bersiap-siap untuk pulang. Hari sudah sangat larut, kami pikir Asa pasti sangat lelah. Asa khusus datang pertamakali dari luar negeri ke kotaku, katanya sih karena celengan rindunya sudah tidak muat, hihi.
Akhirnya kami sampai di apartemen tempat Asa menginap. Aku pun ikut turun untuk membantu membawa barang dia yang aku yakin isinya kebanyakan oleh-oleh.
Tiba-tiba, Asa merangkulku dari samping.
Astaga!!
Aku pun kaget. Baru bertemu belum genap sehari, dia sudah berani?!
Kami pun berjalan ke arah lobby, dengan dia yang merangkulku tanpa henti; mungkin sudah 200 langkah kita begini?!
Lobby apartemen
"Dek, barangnya ditaruh di sini aja yah dulu. Mas temenin balik ke mobil."
"Ya ampun ga usah, Mas. Mas pasti capek banget, kelihatan tuh mata panda nya. Udah dulu yah, besok siang kita ketemu lagi kok." Balasku
Tiba-tiba, lagi-lagi dia merangkulku dari samping tanpa sepatah kata pun, dan kita kembali berjalan ke parkiran.
"Dek, lain kali hati-hati, yah. Ini Adek pasti sibuk banget ya sampai ga perhatikan."
Asa tiba-tiba tersenyum, sambil menunjuk bagian belakang dress kuning cerah milikku.
Ternyata, aku "tembus". Warna dress ku di bagian belakang yang awalnya kuning cerah pun menjadi timbul bercak-bercak coklat.
Astaga!