Chereads / (Ramalan) Kisah Cintaku / Chapter 4 - Siapa yang Tertangkap Basah?!

Chapter 4 - Siapa yang Tertangkap Basah?!

Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar, begitu pula Asa. Aku bisa menyimpulkannya karena kulihat kerutan di alisnya yang tebal semakin dalam. Tapi, meskipun dalam ekspresi begini, dia masih sama tampannya.. ah dasar aku.

Kami pun saling melirik. Sempat ada beberapa detik jeda, sebelum bunyi-bunyi dari dalam pondok kayu semakin nyaring dan intens. Tapi, meskipun begitu, kami tidak bisa mendengarnya dengan sangat baik karena gemuruh ombak diiringi dengan petir yang semakin menjadi-jadi. Di pikiranku, ada beberapa spekulasi.

Pertama, ada hewan yang tersesat. Karena pantai ini begitu murni nya dan jarang tersentuh manusia, tentu saja banyak hewan yang masih berkeliaran. Mungkin hewan tersebut tidak sengaja masuk ke dalam pondok kayu dan terjebak di dalamnya. Tapi, kira-kira hewan macam apa yang mungkin ada di dalam? Bagaimana kalau yang ada di dalam adalah hewan pemakan daging, semacam ular, macan, singa, atau buaya?!

Kedua, mungkin… mungkin… ada "sosok" lain dari dunia lain di dalam. Mereka sengaja memancingku dan Asa untuk mendekat.. lalu kalau mungkin mereka adalah alien atau makhluk dari galaksi lain, aku bisa diberikan kekuatan khusus.. misi rahasia.. kenangan dari masa depan..

BRUAKKKK

Di tengah lamunan, aku terkesiap saat mendengar bunyi keras barusan. Asa sontak spontan menarik tanganku dan mencari tempat tersembunyi agar kami tidak mudah terekspos dengan "sesuatu" di dalam pondok. Kami pun berjongkok di salah satu sisi pondok, menunggu kemungkinan selanjutnya. Sebenarnya berjongkok di sini sudah tidak membuat kami terlalu basah kuyup sih, tapi memang tidak senyaman di dalam pondok.

Sejak tadi, Asa tidak berbicara sepatah kata pun. Memang sih, bisa dibilang, Asa itu cukup kalem dan pendiam. Tipe cowok-cowok cool yang ada di FTV dan drama Korea. Tapi, dia bisa dibilang juga cerewet. Di waktu-waktu tertentu, dia bisa lebih banyak bicara daripada aku (meskipun jarang).

Kemudian, kami mendengar suara tawa berat dari seorang lelaki, tapi suaranya aneh.. terdengar sangat ganjil.

Lima menit kemudian, di saat tubuhku dan Asa sudah semakin menggigil kedinginan…

Krieetttt…

Pintu pondok kayu terbuka dari dalam.

Seorang lelaki bertubuh kekar keluar dari sana. Ya! Seorang lelaki! Tampaknya lelaki itu bukan penduduk lokal, melainkan blasteran atau mungkin orang asing. Ia hanya mengenakan celana pendek, lalu tidak mengenakan atasan apapun. Bisa dilihat bulu dadanya yang begitu banyak, membuatku bergidik ngeri entah kenapa. Ah, setidaknya dua spekulasiku tidak terbukti.

Lelaki itu membuka payung besar bercorak pelangi. Disusul di belakangnya, ada seorang perempuan bertubuh bak gitar spanyol. Rambutnya ikal coklat muda, tampak berantakan. Perempuan tersebut hanya mengenakan outer tipis, bisa terlihat kalau cuma ada bikini di baliknya. Tak lama setelahnya, keluar seorang perempuan yang tak kalah cantiknya. Namun, ia samasekali tidak melirik kami. Uh, sombong sekali dia, pikirku.

Deg!

Terkejut, aku dan Asa kembali bertukar tatapan. Sebelum kami bicara, pria di hadapan kami tiba-tiba berkata, "Maaf kami tadi lama, sekarang kalian boleh pakai. Oh iya, maaf tadi aku juga tidak sempat bersihkan karena tidak bawa tisu. Tapi bisa lah, aman. Kalian tidak bawa payung? Kami beri satu, ya. Ada di dalam, sudah kami tinggalkan. Pakailah."

Lalu, mereka bertiga pun pergi, meninggalkan aku dan Asa.

Aku tidak terlalu berpikir panjang, meskipun aku rasa ada yang tidak beres dengan kata-kata pria tadi. Aku bergegas ke dalam pondok kayu, dan coba tebak apa yang kutemukan?

Ekspektasiku adalah ruangan kosong biasa tempat berteduh atau hanya sekadar duduk bersantai. Ternyata, ada kasur kayu di dalamnya! Ada bantal yang sudah usang dan sarungnya sudah menguning… saat ku perhatikan di sekitar kasur, ada suatu cairan lengket yang letaknya acak. Saat aku mendongak, ada sesuatu yang tampaknya terbuat dari karet.. berwarna pink.. dan sepertinya sudah dipakai karena sudah tidak terlihat terlalu bagus lagi. Karena penasaran, aku mencoba menyentuhnya dan ternyata…

"Jangan!" tiba-tiba, Asa berteriak sembari menarik tanganku menjauh.

Tergagap karena terkejut, aku menjawab, "A-ada apa, Mas? Ada yang berbahaya?"

"Eh.. mm.. Jangan lama-lama di sini, maksudku. Aku sudah menemukan payung yang mereka sebutkan tadi. Ayo bergegas sebelum langit semakin gelap." Jawab Asa.