Mimpi apa aku semalam?!
Usahaku menjadi princess yang sudah kurencanakan matang-matang gagal total!! Bagaimana mungkin aku seceroboh itu? Ya ampun, bagaimana penilaian dia padaku sekarang? Memang terkadang menaklukkan diri sendiri adalah hal yang sulit, bukan? Di saat aku butuh menjadi wanita sempurna tiada cela, semakin otakku berkata pada tubuhku "Dia berusaha keras. Ayo kita buat dia lebih berusaha lagi!"
Huft.
Akhirnya, aku hanya bisa tersenyum simpul dan mengambil 1000 langkah kilat lalu masuk ke dalam mobil. Tabiatku ketika saat-saat seperti ini adalah tidak sanggup bertemu dengan orang yang membuatku merasa seperti ini(?) tapi, mana mungkin aku membiarkannya sendiri dan tidak menemuinya, padahal kita hanya bisa bertemu setahun sekali?
Keesokan paginya
Pagi ini diawali dengan mendung manja di udara, membuat manusia menggeliat malas dan urung untuk bekerja, karena rupanya tempat tidur menjadi lebih menarik.
"Dek, hari ini kita mau kemana?"
Tiba-tiba, muncul pesan darinya.
Ah, dia lagi.
Hari ini, aku berencana mengajaknya menikmati pantai di pinggir kota. Aku pikir, pantau di luar negeri tidak seindah di sini. Dia pasti akan senang.
Aku pun bergegas menjemputnya di apartemen. Saat aku sampai di lobby, ternyata dia sudah menungguku. Dia mengenakan kaos ala pantai berwarna-warni, celana pendek, dan sudah siap dengan kacamata hitamnya. Asa berdarah Arab dan Jawa, yang banyak membuat hati wanita tertarik saat melihatnya. Alisnya yang tebal dan tatapannya yang tajam secara alami, sempat membuatku terpaku sejenak.
"Yuk, Mas. Nanti kita minum kelapa muda sambil makan bakso di sana. Oh iya, nanti mas mau renang gak? Jangan lupa bawa baju ganti ya. Aku juga udah bawa kok. Aku bawa bola juga, nih. Buat kita main volly nanti. Pantainya agak jauh, aku juga udah bawa makanan buat kita piknik. Tapi kita makan yang simple aja yah, biar.."
Cup.
Asa mengecup keningku.
Saat aku masih tak tau harus bereaksi bagaimana, dia menarik tanganku dan berkata, "Wah, gak sabar nih. Yuk, Dek."
Pantai Cemara, pinggir kota.
Kami tiba dengan susah payah di pantai ini. Ternyata, medannya tidak bisa dilalui oleh kendaraan apapun. Kami harus berjalan 30 menit. Tapi, memang yang kami lihat saat ini benar-benar memanjakan mata.
Langitnya berwarna biru muda dengan awan cantik selembut kapas. Lautnya pun begitu biru nan bening, tampak begitu segar di setiap deburnya. Rasa penat dan lelah di setiap pundak yang melihatnya pasti langsung musnah.
Pantai ini tidak begitu besar, namun ombaknya bisa dibilang besar. Ah, benar-benar ide bagus datang kemari, pikirku.
Kami pun bermain kejar-kejaran di pantai layaknya anak sekolah dasar yang belum mengerti beratnya beban hidup atau beratnya hubungan jarak jauh. Asa yang usil jelas membuatku basah kuyup karena dengan sengaja menggendongku dan melempar tubuh mungilku ke ombak!! Karena ingin membalas perbuatannya, aku juga melempar pasir ke bajunya dengan membabi buta.
Kemudian, kami membuat istana pasir raksasa dan membuat kami berdua menjadi raja dan ratunya. Entah bagaimana kekonyolan ini masih ada di diri kami yang sudah dewasa.
Jadilah kami basah, kotor, lelah. Dan pastinya, bahagia.
Tapi, tidak begitu lama.
Petir tiba-tiba bergemuruh, diiringi dengan awan yang semula selembut kapas berubah menjadi hitam legam. Mulai menyadari apa yang akan terjadi, kami bergegas mencari pepohonan terdekat. Hujan pun menetes, setetes demi setetes, dan akhirnya jauh lebih deras.
Jelas sekali bahwa tidak semua pantai memiliki hutan atau banyak pepohonan.. kami pun berlari mencari perlindungan terdekat. Akhirnya, kami melihat sebuah pondok kayu kecil. Kami pikir kami bisa masuk ke dalamnya dan berteduh sebentar. Namun, tak lama kami mendekat, terdengar suara krieetttt krieettt decitan kayu. Lalu, kami pun mendengar suara debam, hentakan kaki yang terus berulang, tapi tidak terlalu keras. Kami mencoba mendengar lebih dekat lagi....