Chapter 2 - KAPAL PECAH

Bodoh, yah begitulah aku memang di bodoh kan oleh cinta. Entah apa reaksi ayah dan ibu nanti aku tidak tahu.

Aku berjalan mendekati ayah yang sedang baca koran di ruang keluarga

"yah aku pengen nikah."

Ayah menatap ku aneh, "nikah? Sama siapa? SMA aja belum lulus, becanda kamu.

"aku serius yah," tekan ku.

Ayah kembali menatap ku aneh, mungkin pikir nya aku sudah tak waras, "sama siapa?"

"sama Lai."

"hahahahaha ah kamu bisa Waktu w becanda nya, Lai kan merek makanan."

Aku mengernyit, apa apan ayah ku ini "itu lays yah, Lai Laila yah."

"Laila yang hamil di luar nikah??"

"iya yah, pokok nya aku mau nikah." paksa ku.

Ayah berdiri dan menatap ku penuh amarah, rasa nya aku mau di smackdown dengan nya.

"apa kau bilang?"

Nah kau, dia sudah pakai kata KAU, tamat lah riwayat ku.

"a aku mau nikah sam Lai yah," aku mulai gugup.

Ayah mendekatkan wajah nya ke wajah ku dengan tatapan membunuh, mati aku.

"katakan sekali lagi?"

"aku mau nikah sama Laila..." teriak ku.

Ayah marah besar dan membanting TV "katakan Sekali lagi"

"pengen nikah sama Laila....."

Ayah banting kursi, "katakan sekali lagi"

"pengen nikah sama Laila..."

Ayah banting lemari, banting piring, nonjok dinding dan habis semua perabotan rumah tangga dibanting nya.

tak lama kemudian ibu pulang dan syok melihat seisi rumah hancur, "apa yang terjadi disini, ayah ngapain sampai rumah hancur begini, " teriak nya.

"tanya sama anak mu, "jawab ayah penuh amarah.

"anak mu anak mu, yang buat kita berdua kamu bilang anak mu, yang benar itu anak kita, emang kenapa sampai ayah semarah ini?"

Ibu mendekati ku sementara aku hanya tertunduk takut akan kemarahan ayah, "apa yang kamu bilang ke ayah?

"aku pengen nikah buk, " jawab ku singkat.

ibu tak segera menjawab perkataan ku, ia duduk di sofa dan kemudian menatap ku berbinar, "tapi kamu masih kecil Fa."

"aku tidak tega melihat Lai menderita bu, aku sayang sama Lai."

Ibu menatap ayah.

"melawan kau hah, dasar anak durhaka, sampai kiamat ayah tak akan setuju, " sambung ayah.

Aku tahu mereka sedih dan kecewa, apalagi Lai sudah hamil di luar nikah dan aku ingin menikahi nya. aku tahu mereka kecewa tapi aku punya tekad dan aku yang akan menentukan, "yah, bu, aku bukan mau durhaka tapi aku laki-laki, tanpa restu kalian pun aku akan tetap menikah."

"kau dengar itu anak mu, dia keras kepala ini semua karena si Lai perempuan murahan itu, lihat saja."

Ayah berlari keluar, ia pergi ke rumah Lai dan menggedor-gedor pintu rumah nya, "Buka pak Ahmad buka."

Pak Ahmad heran siapa yang menggedor pintu rumah nya sambil teriak-teriak, "iya tunggu sebentar, pak Burhan ada apa?"

"ini semua karena anak bapak yang hamil di luar nikah itu."

Pak Ahmad naik pitam, "maksud babak apa?"

"si Faul mau menikahi Laila anak bapak yang hamil, itu pasti Laila yang goda kan?"

"apa....maaf pak aku tidak tahu masalah ini."

Aku khawatir ayah akan saling pukul sama pak Ahmad jadi aku menyusul ayah dan melihat ia sedang cek cok di pintu rumah Laila, "yah sudah yah hentikan, "cegah ku.

Ayah menatap ku, "kau dengar Fa, pak Ahmad saja tidak tahu masalah kamu mau nikah sama laila."

"aku belum kasih tahu, Sekalian saja aku kasih tahu Om Ahmad kalo aku mau menikah dengan Lai pak."

Pak Ahmad diam, raut wajah nya berubah mendengar perkataan ku. ia tampak berbinar dan kemudian ia memeluk ku lembut, "terimakasih Fa, tapi kamu tidak perlu merusak hidup mu demi Laila," kata nya di balik bahu ku.

"kau dengar Fa, Pak Ahmad juga tak setuju, " sambung ayah.

Aku tahu semua pasti akan kasihan dan memikirkan hidup ku tapi tekad ku sudah bulat. Aku berlutut dan kembali memohon restu mereka. kali ini mereka hanya diam dan tidak menjawab permohonan ku.

"aku setuju, kau boleh menikah dengan Lai, " sahut ibu fatimah.

Spontan ayah menjelit kepada nya, "apa kau bilang?"

"aku juga setuju, "sambung ibu.

Aku menatap ibu, kenapa?, aku tidak menyangka ibu akan setuju, "aku dan ibu fatimah tahu kalo Fa dan Lai dari kecil saling suka, hanya saja mereka tidak mengungkapkan itu. Lai tidak ingin hamil tapi itu sebuah pelecehan dan ia tidak mampu untuk menolak karena ia lemah, " ibu menatap ayah.

"yah biarkan anak kita menjadi pahlawan bagi cinta nya yah."

"gila kalian, sampai kapan pun aku tak akan setuju anak ku menikah dengan wanita hamil di luar nikah titik nggak pakai koma, "tegas ayah, kemudian ia kembali kerumah.

Ibu memeluk ku lembut, "kamu boleh nak menikahi Lai."

***

Jika ada kemauan dan tekad maka ada jalan, hanya saja kamu harus siap menerima cacian dan melihat barang-barang hancur di rumah.

Faul