Chapter 8 - SYALMA

Bulan madu yang bahagia, selamat tinggal Padang kini aku harus.

Kuliah

Aku akan mendaftar kuliah, ide ku di dukung ayah dan ibu, baik kandung atau pun mertua. Bagaimana pun aku harus tetap memikirkan masa depan.

Lalu bagaimana dengan Lai ?

Dia harus menunggu bayi nya lahir baru dia bisa melanjutkan kuliah. Walaupun Lai tidak ikut ujian SMA ia tetap lulus, itu semua karena cara ajaib keluarga mereka.

Minggu depan adalah hari pertama kuliah dan Minggu depan juga kandungan Lai berumur 5 bulan. Perut nya sudah membuncit hanya 4 bulan lagi ia akan melahirkan.

Akhir-akhir ini aku merasa kacau.

Kadang sedih

Kadang juga senang

Entah mengapa tapi melihat Lai mengandung anak Roy sesekali aku merasa kesal. Namun aku tidak boleh, ini keputusan dan aku sayang Lai. Anak itu adalah anak ku dan aku akan menyayangi nya.

Waktu berlalu dengan cepat kami sudah mulai bersiap untuk menyambut kelahiran bayi. Kami mulai membeli perlengkapan bayi di baby shop.

Semua harus di persiap kan.

Dan waktu itu kelahiran pun tiba, menurut dokter anak kami laki-laki namun kita tidak tahu sampai ia lahir ke dunia.

Lai mulai kesakitan, aku pun tidak tega melihat nya, begitulah perjuangan seorang ibu untuk melahirkan seorang anak.

Ayah hanya bisa coblos saja.

Karena itu aku harus selalu di dekat nya. Karena aku juga ikut coblos Lai. Tentu itu halal karena aku suami nya.

Kami mambawa Lai ke rumah sakit, beberapa dokter sudah siap melakukan proses melahirkan Lai. Aku berdiri sembari memegang erat tangan Lai. "FA kalau aku mati kamu jangan lupakan aku yah"ucap Lai asal'

Dia sedang takut, aku harus menguat kan Lai "kamu nggak akan mati, aku ada di dekat mu. Pegang tangan ku dan cepat selesai kan"

Dokter terus menangani Lai, ia sedang berjuang sekarang, suara teriakan Lai menggema di seluruh ruangan. Aku tahu Itu sangat sakit tapi kamu harus tetap kuat Lai.

Setelah berjuang beberapa menit akhirnya si bayi keluar, Lai pun terlihat lemas dan tak berdaya. Ia menatap ku dan tersenyum legah.

Anak kami perempuan, dokter sebelum nya salah prediksi.

Ayah dan ibu mertua masuk ke ruangan untuk melihat cucu nya. Aku turut bahagia dan bersyukur mereka berdua baik-baik saja.

Ayah mertua menatap ku "sekarang tugas mu FA"kata ayah berbinar'

"Tugas apa yah?"

"Adzan kan anak ini, kamu ayah nya"jelas ayah'

"Ayah memberikan bayi itu kepada ku, aku menatap wajah nya yang kecil dan imut, dan kemudian aku bisikan kalimat adzan pelan mendekati telinga nya"

Dia tidak berdosa, dan dia pantas mendapatkan kasih sayang dari ku walaupun aku bukan ayah nya.

Aku beri nama anak ini Fatimah.

***

Pasca melahirkan lai harus menjalani pemulihan. Ia tidak boleh banyak bergerak dan belum bisa beraktifitas sedangkan aku harus kuliah.

Pagi-pagi sekali aku berangkat kuliah, ku cium mesra lai dan Fatimah anak ku dan kemudian pergi untuk belajar demi masa depan mereka berdua.

# di kampus

Dosen sedang berbicara di depan, tentu aku mendengarkan dengan baik. Sedikit membosankan namun aku harus belajar demi masa depan.

Yah sedikit beban namun itulah hidup.

Selesai kelas aku berjalan menuju kantin, karena masih ada kuliah sebentar lagi jadi aku putuskan untuk makan di kantin sendiri.

Sendiri

Andaikan ada Lai di sini pasti aku tidak sendiri.

"FA kamu kuliah disini juga"

Aku merespon dan itu syalma "kayak nya kita jodoh de FA, boleh aku makan disini"lanjut nya'

Aku tidak bisa menolak

"Boleh syal"

Ia duduk berhadapan dengan ku.

"Kamu ambil jurusan apa?

"Komunikasi syal"

"Oh pemtes kita nggak ketemu udah beberapa bulan ini"

"Iya, kamu apa kabar?

"Alhamdulillah baik FA dan masih cantik seperti dulu, eh fa minta nomor kamu dong"

Aku tersedak mendengar nya "apa nomor?"

"Eh sebagai teman kali, emang aku mau apa sama laki-laki yang sudah menikah"

Kalau sebagai teman ya apa salah nya. Aku memberikan nomor ku.

"Nah gitu dong, jangan sombong-sombong kamu kan suka sama aku dulu"

Aku tersedak lagi mendengar nya.

"Apa..??

"Udah ngaku aja"

Syalma, aku memang pernah suka pada nya. Dia memang selalu begini cantik dan asik.