Episode 122
Musim telah berganti, seorang bocah laki-laki duduk di tepi danau menanti kembalinya ayahanda tercinta, Maulana kecil masih berusi 8 tahun. Ayahnya seorang pria sholeh tapi harus dipaksa menjadi ketua gengster di negara A, keterbatasan pengehatuan seorang bocah kecil membuatnya tak lagi ingin berharap bahwa pria panutannya akan kembali. Sang ibu selalu mengatakan bahwa ayahnya pergi bertugas untuk membantu negara, polos, lugu dan tidak mengerti apapun. Itulah sosok pria yang kini memiliki dua istri tersebut.
"Ayah." Gumaman lirih terdengar pilu dari mulut tipinya, air mata muncul dari iris safirnya, sekalipun di larang untuk menangis, tapi apalah daya hanya seorang bocah kecil yang masih sangat rapuh.
"Tuan muda, angin sangat kencang. Tuan harus segera masuk, tuan besar tidak akan pernah kembali, karena beliau telah wafat."