Aletha menatap lyin dan sean bergantian, karena hanya mereka bertiga yang tersisi di ruang kesehatan dave mengantar dokter pulang sedangkan kepala yun mengurus pelayan yang lalai dalam bekerja.
"kau tidak kuliah?" tanya Aletha pada lyin, lyin menggelengkan kepalanya lalu menghampiri Aletha dengan kertas ditangannya.
"aku keluar sebentar" pamit sean membuat Aletha dan lyin menganggukan kepala pada sean.
"duduk sini" ujar Aletha sambil menepuk sampingnya yang masih kosong. Lyin menghampiri Aletha dan duduk disisi ranjang.
"ini, kak letha gambar untu lyin?" tanya lyin menatap Aletha ingin tahu, lyin memberikan gambar yang tadi ia temukan dilantai.
"sudah jelas bukan" ujar Aletha menunjuk kertas ada nama lyin dibawahnya.
"terima kasih kak, tapi gara-gara kakak ingin memberi tahu ku kakak jadi jatuh dari tangga" ujar lyin pelan membuat Aletha tersenyum.
"kakak jatuh bukan karena kau, tapi memang lantainya yang licin" jawab Aletha mengelus sayang kepala lyin.
"sekitar seminggu atau kurang dari itu ini akan jadi, kau bisa mengenakannya jika sudah selesai" ujar Aletha membuat lyin tersenyum senang.
"terima kasih kak"
"hm, ngomong-omong kau belum menjjawab kakak. Kau tidak kuliah?" tanya Aletha sambil menatap lyin penuh tanya.
"tadinya iya kak, sekarang tidak"
"begaimana?"
"sudah terlambat hehe" jawab lyin dengan kekehan membuat Aletha hanya geleng-geleng kepala.
"kau ini bisa saja"
"AMPUN TUAN, SAYA TIDAK AKAN MENGULANGINYA LAGI. SAYA BENAR-BENAR MENYESAL hiksss,,,hiks..."
Aletha menatap lyin sambil mengedip-ngedipkan matanya,
"kau dengar itu?" tanya Aletha membuat lyin menganggukan kepalanya.
"hm, pasti kepala yun sedang memberi pelajaran pada pelayan yang kerjanya tidak benar, baguslah dia memang pantas mendapat pelajaran karena telah membuat kak letha jatuh" jawab lyin membuat Aletha membelakan matanya.
"antar kakak kesana" pinta Aletha membuat lyin langsung menggelengkan kepalanya.
"kakak disini saja, istirahat biarkan kepala yun yang mengurus semuanya" jawabb lyin, Aletha menatap lyin dalam mana bisa ia membiarkan seseorang dihukum karena kesalahan yang ia buat sendiri.
"kalau kau tidak mau kakak pergi sendiri saja" ujar Aletha berusaha bangun dari tidurnya, dengan berat hati lyin membantu Aletha untuk berdiri.
Lyin memapah Aletha hingga dapur, Aletha tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Kepala yun memukul pelayan dengan rotan sementara sean hanya melihat saja sementara yang lainnya diam dan hanya membiarkan tanpa ada yang membantu.
"cukup!' ujar Aletha membuat gerakan kepala yun yang hendak memukul lagi terhenti,
"tapi nona...." ujar kepala yun terpotong ketika melihat sean tuannya mengangkat tangannya keudara.
"ini murni karena kecerobohanku sendiri jadi jangan menghukum dia yang tidak melakukan kesalahan sama sekali" Aletha menghela nafas ketika melihat tangan pelayan itu sudah memerah bahkan berdarah.
"nona itu bukan kesalahan nona, dia saja yang kerja nya yang tidak beres. Dia bahkan tidak bisa mengepel dengan benar"
Aletha memejamkan matanya lalu menatap sean lemah,
"kau benar-benar akan diam saja?" tanya Aletha pada sean pelan
"biarkan saja dia, hukumannya sudah selesai jangan sampai menghukumnya tanpa persetujuanku" perintah sean membuat kepala yun menganggukan kepalanya lemah.
Lyin tidak percaya ini kakaknya membiarkan pelayan itu begitu saja, Aletha kakak iparnya itu memang sesuatu.
$$$
Aletha memejamkan matanya lalu menatap sean lemah,
"kau benar-benar akan diam saja?" tanya Aletha pada sean pelan
"biarkan saja dia, hukumannya sudah selesai jangan sampai menghukumnya tanpa persetujuanku" perintah sean membuat kepala yun menganggukan kepalanya lemah.
"baik tuan"
Lyin tidak percaya ini kakaknya membiarkan pelayan itu begitu saja, Aletha kakak iparnya itu memang sesuatu.
Aletha berjalan dengan tidak dibantu lyin, ia sangat kesusahan untuk berjongkok didepan pelayan, dengan cepat sean menghampiri Aletha dan membantunya dengan pelan-pelan.
"maaf kan aku, ayo biar aku obati" ujar Aletha ketika melihat tangan pelayan itu yang berdarah, Aletha meringis pasti rasanya sangat sakit.
Sean memerintahkan kepalaa yun untuk membawa pelayan itu keruang kesehatan,
"biar saya saja nona" ujar kepala yun membuat Aletha menganggukan kepalanya.
"terima kasih" ujar Aletha lalu memanggil lyin untuk membawanya kekamar.
"lyin, bantu kakak kekamar" ujar Aletha, lyin menatap sean meminta persetujuan. Sean menganggukan kepalanya.
Dengan cepat lyin kembali memapah Aletha dan membawanya kembali kekamar.
Lyin membantu Aletha berbaring diatas kasurnya dengan hati-hati,
"terima kasih lyin, sekarang kakak mau istirahat" ujar Aletha membuat lyin menganggukan kepalanya mengerti.
"lyin pergi kak, kalau kakak butuh apa-apa panggil saja"
"hm, baiklah"
Aletha memejamkan matanya ketika lyin sudah benar-benar meninggalkan kamarnya, kepalanya terasa pusing pasca jatuh dari tangan tadi.
Sean masuk kedalam kamar dan menemukan Aletha sudah tertidur, sean menghela nafas dalam lalu naik keatas kasur.
Sean menyingkirkan anak-anak rambut yang menganggu disekitar mata dan mulut Aletha, sean mengelus sayang kepala Aletha lalu mencium pelipis Aletha.
"hari ini hati ku sakit melihatmu terluka, aku membawamu kemari agar kau tidak terluka tapi karena aku kau jadi terluka begini" ujar sean pelan sambil mencium perban luka dikepala Aletha.
"maafkan aku" ujar sean tulus lalu kembali mencium pelipis Aletha dan pergi dari kamar.
Setelah sean pergi Aletha membuka kedua matanya, tadi sebenarnya ia belum nyenyak tidur dan Aletha mendengar semua penuturan sean. Pria kasar itu sangat romantis pikir Aletha lalu benar-benar tidur.
Pria kasar itu berhasil membuat jantungnya berdetak tak karuan, Aletha bahkan tidak bisa marah dengan apa yang telah sean lakukan.
Sean masuk keruang latihan, ia mengambil pisau dan berlatih. Lyin masuk kedalam ruang latihan karena tadi ia melihat sean masuk kedalam ruang latihan.
Lyin tidak berlatih apapun ia hanya melihat sean berlatih, kakaknya itu bagaimana bisa dia tidak mempunyai satu kekurangan pun. Sean, dia menguasai semua bela diri dan ia pandai dalam apapun. Itulah mengapa bisnis nya berkembang pesat dan juga tidak bisa ditipu. Bagi sean menipu adalah adalah sesuatu yang harus dikuasai agar tidak bisa ditipu.
Lyin merasa bersyukur memiliki sean dalam hidupnya karena dengan adanya sean hidupnya dipenuhi dengan kasih sayang.
Aletha? Awalnya lyin sama sekali tidak menyukai Aletha karena ia berpikir kasih sayang sean akan berkurang dengan ada nya Aletha. Tapi, itu hanya pikiran konyolnya saja nyatanya sean tetap menyanyangi nya tanpa meninggalkan lyin.
Untuk Aletha, lyin lebih bersyukur wanita yang dicintai kakaknya itu adalah Aletha. Sekarang tidak ada alasan untuk lyin membenci Aletha.
Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin/ poin. Terima kasih sebelumnya.
To be continue,