Chereads / Forgive Me, Snow / Chapter 14 - Akan Selalu Ada

Chapter 14 - Akan Selalu Ada

"Nggh..."

Snow perlahan membuka matanya sambil sesekali merenggangkan otot-ototnya, seakan dia baru saja bangun setelah tidur hampir beberapa waktu lamanya.

"Snow! Lo udah bangun?!"

Snow yang tadinya pusing dan ingin menetralkan pikirannya langsung kaget saat seseorang bertanya dengan begitu panik kepada dirinya.

"Anggara?" tanya Snow ragu.

Anggara menganggukkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban.

"Iya. Ini gue Snow!" jawabnya antusias.

"Lo gimana keadaannya?! Apa ada yang sakit lagi?!" tanya Anggara panik.

"Ini dimana?" bukannya menjawab pertanyaan Anggara, Snow malah bertanya kepada pria itu.

"Kita lagi di ruang kesehatan sekolah," jawab Anggara.

"Maaf karena gue gak bisa bawa lo ke rumah sakit soalnya udah malam dan rumah sakit dari sekolah kita lumayan jauh banget," kata Anggara.

Snow menatap Anggara dengan keheranan.

"Kamu mau bawa aku ke rumah sakit?" tanya Snow heran, Anggara menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Iya. Tadi waktu lo balik dari ruang loker, ada orang jahat sama lo," kata Anggara.

"Dia mukul tengkuk lo pakai balok kayu," kata Anggara lagi.

Snow kaget bukan main saat mendengarkan penjelasan Anggara.

"A ... Ada yang jahat sama aku?" tanya Snow kaget sekaligus tidak percaya.

Anggara menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan Snow yang mendengarkan itu menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Snow tidak bisa habis pikir lagi, bagaimana bisa dia memiliki seseorang yang begitu niat untuk membunuh dirinya, padahal yang dia tahu kalau dia tidak pernah sedikitpun berbuat jahat kepada seseorang dan tidak pernah sedikitpun bersikap tidak enak kepada seseorang.

"Ba ... Bagaimana bisa kamu tahu kalau ada seseorang yang jahat sama aku. Saking jahatnya dia ingin membunuh aku dengan memukul tengkuk ku menggunakan balok kayu?" Snow bertanya dengan nada suara gugup nya karena dia masih tidak percaya akan hal tersebut.

"Gue nggak terlalu tahu pasti gimana bisa ada orang yang niat celakain lo dengan cara mau pukul tengkuk lo pakai balok kayu. Tapi yang gue tahu kalau emang orang tadi mau pukul tengkuk lo pakai balok kayu," jelas Anggara dan kembali membuat Snow bersedih karena ternyata ada orang yang membenci dia sampai sejauh itu.

Snow menundukkan kepalanya dengan dalam sambil menekuk kedua lututnya dan menenggelamkanku seluruh wajahnya pada tekukan lututnya itu dan perlahan dia mulai terisak karena ada rasa takut dan juga rasa sedih di dalam dirinya.

Anggara kaget saat melihat Snow yang tiba-tiba menangis sambil menekuk kedua lututnya karena dia tidak berbuat apa-apa kepada gadis mungil itu dan mengapa dia menangis seperti itu.

"Lo kenapa nangis?!" Anggara bertanya dengan panik kepada Snow dan Snow yang mendengarkan itu menggelengkan kepalanya.

"Kalau emang nggak apa-apa, kenapa lo malah menangis kayak gitu?" Anggara bertanya dengan lembut kepada Snow dan Snow kembali menangis sambil menutup wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya.

"Hiks ... Hiks ... Aku nggak tahu kesalahan apa yang pernah aku buat di masa lalu sampai aku punya cobaan yang begitu berat seperti ini. Aku nggak tahu tentang kejahatan apa yang pernah aku buat di masa lampau sampai aku dibenci dan dimusuhi seperti ini oleh orang yang tidak ku kenal maupun orang yang kukenal," kata Snow dengan sedih dan Anggara yang mendengarkan itu juga ikut bersedih karena kalimat Snow yang menurutnya sangat dalam.

"Aku udah berusaha sekuat tenaga untuk menerima semuanya dan aku bahkan udah berusaha untuk bersikap baik dan selalu bersabar untuk menerima semua cobaan. Tapi, kenapa masih banyak orang yang selalu ingin menjatuhkan dan juga mencelakai aku seperti ini?" Snow kembali bertanya dengan sedih sambil mencengkram rok sekolahnya dengan begitu erat dan menghembuskan nafasnya dengan begitu panjang.

Anggara terdiam di tempatnya karena dia tidak tahu harus berbuat apa selain hanya menatap Snow dan juga memberikan motivasi kepada wanita itu agar berhenti menangis. Tapi, mau bagaimana lagi karena Anggara tidak dapat merasakan sepenuhnya apa yang dirasakan oleh gadis mungil itu karena dia hanya bisa merasakan sedikit saja lewat indra penglihatan dan pendengarannya.

"Gue nggak terlalu paham tentang gimana keadaan lo saat ini, kecuali gue yang cuma bisa merasakan apa yang lo rasakan sedikit aja karena gue nggak bisa merasakan apa yang lo rasakan untuk sepenuhnya..." Anggara menjeda ucapannya dan menatap gadis mungil yang ada dihadapannya itu dengan tatapan yang nanar.

"Tapi gue janji kalau gue bakalan berusaha semaksimal mungkin dan berusaha sekuat tenaga untuk membuat lo bahagia dan gue bakalan melindungi lo dari mereka semua yang jadi pembenci lo," kata Anggara dengan tulus dan Snow yang mendengarkan itu terharu dan menatap Anggara dengan tatapan yang terlihat rasa sedih.

Snow menggelengkan kepalanya sebagai jawaban karena tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Anggara karena kalau Anggara menolongnya berarti sama saja kalau Anggara ingin meminta semua pembenci Snow ikut membenci dirinya karena dia yang berniat ingin melindungi Snow lebih dari apapun.

"Kamu nggak usah repot-repot untuk melindungi aku seperti ini, Ga. Aku nggak mau kalau kamu masuk ke dalam kehidupanku dan kamu juga bakalan menerima semua caci maki dan menerima semua rasa benci orang yang membenci aku. Aku nggak mau kalau nama seseorang buruk hanya karena kehadiran aku di dalam hidupnya," kata Snow dengan sedih sambil menatap Anggara dengan tatapan yang sendu dan Anggara yang mendapatkan tatapan itu menatap Snow dengan tatapan yang begitu nanar.

"Gue nggak apa-apa kalau emang nantinya gue bakalan punya pembenci yang juga nggak lain adalah pembenci lo. Tapi hidup gue nggak akan tenang kalau gue nggak melindungi lo," kata Anggara sambil tersenyum lembut kepada Snow dan snow yang mendengarkan itu langsung menatap Anggara dengan tatapan yang terlihat begitu terharu karena baru kali ini ada orang yang ingin membantu dan juga menolong dirinya dengan tulus seperti itu.

"Terima kasih karena kamu sudah ingin menjadi temanku dan bahkan kamu juga menawarkan diri untuk melindungiku dengan mengorbankan seluruh popularitas kamu," kata Snow dengan sedih sambil menatap Anggara dengan tatapan yang terlihat begitu penuh rasa syukur dan haru.

Anggara tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya sebagai jawaban lalu kemudian mengusap lembut rambut Snow sehingga membuat wanita itu seakan diperlakukan layaknya seorang ratu oleh Anggara.

"Anggap aja kalau gue adalah orang yang paling lo percaya dan gue adalah orang yang paling utama maju ke depan untuk lindungi lo kalo emang ada yang mau jahat sama lo. Gue Anggara sahabat lo dan lo adalah Snow sahabat gue," kata Anggara dengan tulus dan snow yang mendengarkan itu langsung menangis terharu karena kalimat Anggara.