Waktu berlalu dengan begitu cepat dan Snow teknik melangkahkan kakinya untuk berjalan masuk kedalam rumah dua tingkat yang dimiliki oleh ibu tirinya itu.
Kedua bola mata gadis mungil itu melirik seorang perempuan remaja yang tengah duduk di sofa yang berada di ruang tamu.
Senyuman lebar perempuan itu terlihat dengan begitu jelas dengan wajah yang seakan menyambut kedatangan Snow di rumah itu.
"Kamu udah aku pulang aja Snow!" pekik wanita itu dengan begitu bahagia yang tak lain dia adalah Kinara.
"Ck ... Kamu sekolah atau lagi kerja paruh waktu sampai jam dua belas malam?! Kenapa kamu baru pulang di jam segini?!" lain halnya dengan Kinara anaknya, Andin malah memberikan pertanyaan sarkas dan juga pertanyaan emosi kepada Snow. Dia menatap anak tirinya itu dengan tatapan yang begitu tajam dan penuh rasa benci.
"Maaf, Ma. Snow tadi sudah pulang sekolah disaat jam lima sore. Tapi, Snow dapat tugas dari guru piket untuk membersihkan loker sekolah dan juga membersihkan kamar mandi ruang guru yang berada di lantai dua sekolah," jelas Snow berbohong dan menganggap bahwa perintah dari Aldean dan juga perintah dari Debara merupakan perintah yang diberikan oleh guru piket nya.
"Alah ... Palingan kamu bohong aja kalau kamu dapat tugas kayak gitu dari guru piket kamu, kan?!" tebak Andin tante belakangnya itu benar sehingga membuat Snow kaget karena tebakan ibu tirinya itu yang tepat sasaran, tetapi dia berusaha untuk tetap mengontrol ekspresinya agar terlihat tenang dan juga terlihat santai.
"Bilang aja kalau kamu kelayapan kesana kemari dan main kesana kemari sampai kamu lupa waktu pulang ke rumah, kan?! Jujur aja kalau kamu itu emang anak nakal dan kamu itu anak yang enggak tahu diuntung!" kata Andin sinis.
Snow menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Memang dia berbohong kepada Andin jikalau dia mendapatkan piket dari gurunya untuk membersihkan luka bakar dan juga kamar mandi ruang guru, tapi untuk masalah kejujuran dan juga kelayapan itu tidak pernah sedikitpun dilakukan oleh Snow semasa hidupnya.
"Mom ... Udahlah Mom ... Mom, jangan membuat Snow merasa bersalah dan juga merasa bersedih seperti itu. Aku yakin kalau dia tidak akan menjadi anak nakal dan aku percaya kalau memang dia diberikan piket oleh gurunya. Mommy percaya saja dengan apa yang dia katakan," kata Kinara kepada mamanya untuk membela Snow sehingga membuat Snow yang mendengarkan itu langsung terharu dan menatap Kinara dengan tatapan yang penuh rasa bahagia.
Andin hanya mendecih sebagai jawaban lalu kemudian memutar kedua bola matanya dengan begitu malas karena dia tidak mampu untuk melawan Kinara anak tersayang nya.
"Ck ... Terserah kamu kalau emang kamu mau percaya sama Mommy atau mau percaya sama anak sialan itu. Intinya, Mommy nggak percaya kalau dia itu emang punya tugas piket dari gurunya. Ck ... Mana mungkin ada guru yang memberikan tugas kepada muridnya sampai hampir tengah malam seperti ini?" kata Andin lalu kemudian berdiri dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Kinara dan juga Snow berdua di ruang tamu itu.
Kinara melangkahkan kakinya untuk berjalan menghampiri Snow lalu kemudian merangkul pundak kakak tirinya itu dengan tenang dan santai.
"Kakak tenang aja karena Kinara akan selalu percaya dengan kakak. Kinara sangat yakin kalau kakak tidak pernah melakukan kesalahan karena kakak tahu di mana yang benar dan di mana yang salah," kata Kinara dengan lembut sambil tersenyum lembut kepada Snow.
"Makasih karena kamu udah mau percaya sama aku," kata Snow dengan lembut yang walaupun di dalam hatinya dia merasa bersalah karena berbohong kepada Kinara yang kini sudah berubah baik dan percaya kepada dirinya merupakan sebuah rasa bersalah yang begitu besar bagi Snow.
"Ya udah deh kalau emang kayak gitu. Sekarang kamu ke kamar kamu dan ganti pakaian kamu, setelah itu makan malam karena tadi aku memasak beberapa masakan khas Malaysia dan aku menyimpannya agar kakak bisa mencobanya dan mengomentari rasanya," kata Kinara dan Snow yang mendengarkan itu menatap adik tirinya dengan tatapan yang begitu kagum.
Snow menganggukkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban lalu kemudian berjalan menuju kamarnya untuk mengganti pakaian sekolahnya itu, sedangkan Kinara menatap kepergian Snow dengan tatapan yang sulit untuk diartikan dan detik berikutnya ia melipat kedua tangannya di depan dada sambil menyunggingkan senyuman misterius.
Kinara memasang telinganya dengan lebar lebar dan dia bisa menggambarkan bisikan para pelayan yang menginap di dalam rumahnya itu.
Ada yang merasa kagum dengan Kinara dan juga ada yang menganggap buruk Kinara sehingga membuat Kinara langsung mendapatkan sekaligus 2 desas desus tentang sikapnya kepada Snow.
"Ternyata Nona Kinara sudah benar-benar berubah menjadi baik karena tadi saya tidak sengaja melihat nona Kinara membela nona Snow dari nyonya Andin."
"Saya juga mendengarkan pembelaan nona Kinara kepada nona Snow saat nona Snow dimarahi oleh nyonya Andin."
"Nona Kinara benar-benar berubah menjadi baik dan tidak jahat lagi seperti beberapa tahun yang lalu sampai belum dia berangkat ke Malaysia."
"Ya ... Bahkan nona Kinara membuat banyak masakan khas Malaysia dan membagikannya kepada para pekerja di rumah ini dan bahkan nona Kinara sudah menyimpan beberapa masakannya itu untuk nona snow yang baru saja pulang dari sekolah."
"Saya tidak menyangka kalau ternyata nona Kinara benar-benar sangat baik dan mungkin saja kebaikannya itu tidak beda jauh dari nona Snow."
"Hah ... Sebenarnya aku belum terlalu percaya kalau memang nona Kinara sudah berubah menjadi baik karena kita belum melihat semuanya. Penilaian kita itu tidak boleh langsung dinilai dari sikapnya saja karena perubahan sikap seseorang itu bisa saja hanya akting belaka seperti di film-film, kan?"
"Ck ... Memangnya kamu itu selalu berpikiran negatif tentang nona Kinara?! Bukannya kamu sudah lihat betapa baiknya nona Kinara kepada kita semua dan juga betapa baiknya nona Kinara kepada nona Snow, kan?!"
"Ya ... Itu hanya atau siklus saja dan asumsi seseorang itu tidak dapat untuk dipaksakan, kan?"
Kinara menghela nafas panjang lalu kemudian membalikkan badannya dan menatap pekerja yang tadinya tidak mendukung kalau dia memang sudah berubah menjadi baik.
Kinara menata pekerja itu dengan lembut lalu kemudian dia tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya.
"Maaf kalau kejahatanku dulu sama kalian membuat kalian merasa ragu dengan perubahan sikapku untuk saat ini," kata Kinara dengan lembut kepada para pekerja itu dan berhasil membuat para pekerja itu kaget bukan main.
"Nanti aku akan membuktikan kalau memang aku benar-benar ingin berubah menjadi orang yang lebih baik lagi dari pada sebelumnya," kata Kinara lagi sambil mengedipkan sebelah matanya dan melangkahkan kakinya untuk berjalan pergi dari tempat itu.