Chereads / A Wound In Your Love / Chapter 2 - ingin sekolah

Chapter 2 - ingin sekolah

" Kaka, bolehkah aku melanjutkan sekolah lagi ?"

tanya Atreya setelah menelungkupkan sendok dan garpu diatas piringnya yang sudah kosong.

" baiklah, nanti kaka akan cari kan guru buat melanjutkan home schooling mu."

jawab Aaron masih mengunyah sisa makanan dimulut ya.

" tidak kak. aku ingin masuk ke universitas umum biasa."

Aaron langsung menautkan tatapan tajam pada Atreya. melepaskan alat makan lalu menyangga dagu dengan kedua punggung tangannya diatas meja makan.

" maksudnya kau ingin kuliah reguler biasa begitu ? tidak, Rea. Kaka tidak setuju. "

" kenapa kak ? aku bosan dari kecil dirumah terus. aku ingin punya teman."

sahut Atreya sambil menatap Aaron yang tengah mengangkat sebelah alisnya dengan sorot mata elangnya.

" kalau hanya ingin punya teman, aku bisa bawakan teman sebayamu kerumah ini."

" teman sewaan gitu maksud Kaka ?"

tebak Atreya mendengus.

" iya."

jawab Aaron tanpa beban, lalu beranjak dari kursi makan menuju ke ruang gym.

Atreya langsung memutar kursi rodanya mengejar sang kakak yang melangkah dengan cepat karena menyadari Atreya tengah mengejarnya.

" kak, tunggu !!"

sahut Atreya dengan cepat menikung langkah Aaron dengan kursi roda otamatisnya.

" apalagi, Rea ? kaka mau olahraga."

" ayolah kak, tolong daftarkan aku kuliah di kampus almamaternya mommy. aku ingin melanjutkan sekolah disana."

rengek Atreya seperti anak kecil yang menggelayut manja ke tangan kakaknya.

Aaron membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan Atreya, lalu menangkup kedua pipi chubby adiknya.

" Rea, aku takut terjadi apa-apa denganmu. kita tidak tau diluar sana seperti apa. "

lirihnya.

" Kaka, percaya lah. aku akan menjaga diriku sendiri. meskipun keadaanku lumpuh, aku ingin tetap menjalani kehidupan yang normal. kuliah, punya teman, dan mengenal lingkungan sekitar."

" tapi, Re--"

" tapi Kaka takut ada orang yang menghinaku seperti waktu itu kan ?"

potong Atreya seolah sudah tau apa yang ada dipikiran Aaron.

" iya. aku yang tidak siap bila ada orang diluar sana yang akan mencemooh atau merendahkan kamu, Rea."

ujar Aaron langsung merengkuh tubuh Atreya. matanya mulai berkaca-kaca namun segera ditepis oleh tangannya.

" dasar cengeng !"

umpatnya dalam hati untuk dirinya sendiri.

ia selalu teringat waktu kecil dulu saat membawa Atreya bermain ke taman. ada segerombolan anak laki yang mencemooh keadaan fisik Atreya. dan Aaron sangat tidak terima, akhirnya terjadilah perkelahian antar bocah. Aaron menonjok lalu menendang perut anak itu babak belur hingga tersungkur ke aspal jalan. sejak itulah Aaron tidak pernah mengajak Atreya bermain keluar lagi karena takut ada orang yang mengejek kondisi sang adik.

" Aaron, biarkan adikmu ikut sekolah reguler. percayalah, disini akan aman. tidak akan ada yang berani mengganggunya."

Shofi tiba-tiba datang dari arah pintu depan baru pulang dari pasar.

Aaron dan Atreya tertegun menatap ke arah neneknya. Shofi mendekat lalu menaruh tas belanjaannya diatas meja.

" Aaron, adikmu ini sudah cukup dewasa. kasihan bila ia terus-menerus diam diri dirumah. biarkan Atreya menjalani kehidupan sewajarnya. kau harus belajar mempercayai adikmu, sayang."

Aaron terdiam beberapa saat. ia berusaha mencerna semua kata-kata neneknya.

" bolehkan, kak ?"

Atreya kembali merajuk.

Aaron memejamkan matanya sesaat, sebelum mengatakan keputusannya.

" baiklah. tapi syarat dan ketentuan tetap berlaku."

ucap Aaron seraya mencubit kedua pipi Atreya yang langsung terlihat bahagia itu.

" apa syaratnya, kak ?"

Atreya begitu antusias.

" nanti aku akan pikirkan dulu. sekarang kau jangan menggangguku lagi. aku mau olahraga."

ucap Aaron beranjak menuju ruang gym pribadinya.

Atreya terlihat sumringah, garis diwajahnya terlihat berseri-seri. Shofi meraih kedua lengan Atreya seraya duduk disampingnya.

" kau bahagia, sayang ?"

Atreya mengangguk pasti.

" iya nek. aku bahagiaaa sekali. akhirnya aku bisa sekolah ditempat umum. coba nenek bayangkan, dari kecil aku hanya mengikuti home schooling sendirian hanya ditemani mommy. "

Shofi hanya tersenyum getir mendengar cerita cucu nya itu. lagi-lagi ia teringat dengan mendiang Freya, anaknya.

" semoga kau tenang disana bersama papa dan suamimu, sayang. aku akan selalu menjaga anak-anak mu sampai akhir hidupku ini."

lirihnya dalam hati.

setelah melakukan treadmill dan angkat barbell selama kurang lebih satu jam, Aaron kembali ke kamar hendak membersihkan diri dikamar mandi yang berada dikamarnya.

hari ini sebelum Aaron pergi ke kantor, ia sudah janji pada Atreya akan mendaftar dulu ke kampus pilihan adiknya itu.

" nek, aku akan ke kantor dulu. titip Rea ya."

pamit Aaron.

" tanpa kau titipi juga aku akan menjaganya, Aaron. kalian itu kan cucuku."

sahut Shofi sambil menepuk bahu kekar milik Aaron.

" jangan lupa untuk mendaftarkan ku kuliah di kampus itu ya, kak."

" iya, bawel. kakakmu ini masih muda dan belum pikun."

jawab Aaron lalu mengacak-acak rambutnya atreya.

" haish. kebiasaan Kaka nih ngacak-ngacak rambutku."

Atreya langsung menepis tangan kakaknya lalu kembali merapihkan rambutnya dengan jari-jari tangannya.

" Aaron, selamat ya nak. sekarang kau sudah resmi menjadi pemilik perusahaan itu. nenek bangga padamu. kau mirip Daddy mu. dulu Kevan pembisnis muda yang handal. banyak perusahaan yang ia jalankan sendiri."

kenang Shofi dengan mata keriputnya yang mulai berkaca-kaca.

Aaron lalu merengkuh tubuh mungil Shofi.

" sudahlah, nek. kita harus terus menatap kedepan. Kebahagiaan ataupun kesedihan adalah sementara, tak ada yang abadi kecuali perubahan."

ucapnya seraya mengusap-usap punggung neneknya yang sudah membungkuk itu.

" Kaka, aku sangat menyayangimu."

Atreya sudah melingkarkan tangannya dipinggang Aaron.

" kau ini, kalo begini terus aku bisa terlambat mendaftarkan mu ke kampus."

mendengar itu atreya segera melepaskan kedua tangannya dari tubuh kakaknya.

" oke, kalau begitu cepat pergilah kak ! "

ucapnya jadi terkesan mengusir mendorong tubuh kakaknya menjauh.

Aaron hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu bergegas pergi menggunakan mobil sport putih buatan Eropa itu. ia menjalankannya dengan kecepatan sedang karena jalanan disini sering macet, tidak selancar ditempatnya dulu yang bisa kebut-kebutan dijalan.

.

.

.

jangan lupa like and komentarnya ya ๐Ÿค—