Chereads / A Wound In Your Love / Chapter 3 - kantor baru

Chapter 3 - kantor baru

Aaron memang baru kali ini ke kantor nya setelah disibukan dengan mengurus pemindahan kepemilikan perusahaan lama kepadanya bersama pihak yang berwenang. ditambah ada beberapa kendala mengingat Aaron seorang Warga Negara Asing yang ingin mendirikan perusahaan di Indonesia. mau tidak mau ia harus mengikuti beberapa prosedur yang berlaku sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Suasana dikantor tampak begitu tegang. karena baru saja Pak. Rudi selaku manajer personalia itu mengumumkan bahwa hari ini akan kedatangan CEO baru.

" Pak Rud, katanya CEO baru kita warga asing ya ?"

tanya Sesil, salah satu staff administrasi yang terkenal dengan kecantikannya yang mirip Luna Maya itu.

" Iya, Sesil. dan kau harus jaga sikap ya. jangan kecentilan dihadapannya."

Sesil mendelik, rasanya ingin melontarkan sebuah Jawaban namun takut kena surat peringatan dua. karena sebelumnya wanita itu sudah mendapatkan surat peringatan satu gegara sering terlambat menekan finger print dipagi hari.

" apa dia bisa berbahasa kita, Pak ?"

tanya Anjas, pria berkacamata mata yang jago ngotak ngatik komputer para staff dikala ngeheng.

" tentu saja bisa. ibunya kan keturunan Irlandia-Indonesia juga. "

tebak manager Rudi sok tau.

padahal kenyataannya, Aaron bersungguh-sungguh belajar bahasa Indonesia baru dua bulan ini kepada Shofi sang nenek. tidak sulit baginya belajar bahasa Indonesia, karena dulu mendiang mommy nya sering berbicara bahasa Indonesia saat mengobrol dengan sahabat karibnya yang bernama Raya. dan Aaron diam-diam suka mengikutinya walaupun kala itu belum mengerti maknanya.

" ayo sekarang kita ruang rapat sebelum beliau datang ! soalnya tadi ia berpesan untuk mengumpulkan semua perwakilan staff disana. ada beberapa perubahan manajemen yang akan diterapkan."

satu persatu perwakilan staf yang ditunjuk pun bergegas berdatangan ke ruang rapat yang berada dilantai tujuh.

***

mobil Aaron sudah tiba didepan gedung kantornya. dengan setelan jas mahal dan kaca mata hitam yang masih melekat dikedua matanya itu langsung masuk menuju meja receptionist.

" apa yang lainnya sudah berada diruang rapat ?"

suara bariton milik Aaron nyaris membuat dua gadis penjaga meja depan itu histeris dan tampak terhipnotis. bagaimana tidak, pesona Aaron mampu membuat setiap wanita mengaguminya.

" hey, apa kalian tuli ? sekarang dimana Pak Rudi ?"

Aaron tak sabar menggebrak meja dan membuat keduanya jadi terperanjat.

" nama kamu-- Sari dan Mita kan ?"

Aaron secara bergantian membaca nametag yang terpampang nyata diseragam blazernya.

" eehm, anu i--"

" lelet."

belum sempat dijawab oleh keduanya, Aaron langsung melengos pergi menuju lift dipojok sebelah kanan lobby utama.

" sombong sekali. mentang-mentang bule."

umpat Mita.

" hah, bule ? tadi dia bule kan, mit ? jangan-jangan--"

sari langsung menutup mulutnya.

" bos baru kita."

ucap Mita dan Sari kompak seraya menepuk jidatnya masing-masing.

***

Aaron langsung memencet tombol lantai tujuh didalam liftnya yang hanya sendiri itu.

dalam hatinya masih kesal dengan dua receptionist tadi. kesan pertama Aaron terhadap para karyawan disini begitu buruk, tidak sopan dan tidak professional.

" pantas saja perusahaan ini sebelumnya bangkrut. security depan yang tidak komunikatif, receptionist yang tidak ramah. ah, mereka perlu di evaluasi lagi."

gumamnya masih kesal.

pintu lift itu terbuka dengan sendirinya dilantai tujuh. Aaron tampak kebingungan mencari letak ruang rapat sebelah mana.

" tidak ada petunjuk arah. bagaimana ini SOPnya ?"

Aaron tampak menggerutu sendiri.

" hey, kau ?"

tangan Aaron melambaikan kepada seorang office girl yang tengah mengepel lantai.

dengan sigap gadis itu menghampiri nya.

" iya, pak. ada yang bisa saya bantu ?"

ucapnya menundukan pandangannya.

" kamu sedang bertanya pada lantai ?"

tanya Aaron menautkan alisnya sebelah seraya melipat kedua tangan didadanya.

" sama anda, pak."

sahut gadis itu masih tetap dengan menundukkan kepalanya.

" kalau begitu angkat kepalamu !! tidak sopan sekali anda berbicara dengan tidak menatap lawan bicara anda."

akhirnya dengan penuh keberanian, gadis cleaning servis itu mengangkat wajahnya.

" dimana ruang rapat dilantai ini ?"

" oh, mari saya antar pak."

Aaron pun tanpa menunggu lama mengikuti langkah gadis itu.

" ini pak."

gadis itu berhenti tepat didepan pintu bertuliskan 'RUANG RAPAT' dengan huruf kapital berukuran cukup besar.

" oke, terimakasih."

ucap Aaron hendak membuka pintu ruangan, tiba-tiba Rudi datang dari arah belakang Aaron, sepertinya baru selesai dari toilet.

" pak. Aaron."

Aaron langsung menoleh lalu reflek membuka kacamata hitamnya seraya mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan.

" selamat pagi, pak Rudi."

" oh, selamat pagi pak.Aaron. mari masuk pak. mereka sudah menunggu didalam."

beberapa pasang mata langsung memandangnya saat Aaron masuk ke ruang meeting.

" ya Tuhan, sungguh indah ciptaanMu ini. gantengnya kebangetan."

Sesil reflek memujanya.

Anjas langsung menyikut tangan Sesil.

" hush. jangan berlebihan. lebih gantengan aku ketimbang dia."

" alaah, jelas gantengan dia lah. dari postur tubuh aja udah beda jauh. kamu dan pak. Aaron, ibaratnya kaya mesin ketik dengan laptop Apple MacBook."

" heh, justru sekarang ini mesin ketik banyak dicari. itu benda langka yang punya nilai."

ujar Anjas tak mau kalah.

" iya, benda langka yang hanya untuk dijadikan koleksi dan dipajang, bukan dipake. "

sahut Sesil ngotot seraya menjulurkan lidahnya pada Anjas.

" ehem--"

Aaron mendengar perdebatan mereka. ia melotot menatap tajam bergantian pada Sesil dan Anjas.

" kalau anda mau diskusi berdua, silahkan keluar !"

tegas Aaron terlihat geram, memang dari awal masuk kantor ini darahnya sudah merasa panas dan kali ini sudah mendidih.

sontak pandangan mata para staf lainnya ikut tertuju pada tingkah Sesil dan Anjas. tak luput mata Rudi yang melotot kepada Sesil yang membuat nya langsung menurunkan pandangannya karena takut.

" mampus dah. siap-siap kena sp 2 nih."

umpat sesil dalam hati.

" maaf, Pak. kami salah."

ucap Anjas.

" cepat keluar !"

" tapi pak--"

" keluar !"

ujar Aaron memalingkan muka tanpa mempedulikan ucapan maaf dari kedua karyawannya itu.

akhirnya Sesil dan Anjas keluar dari ruangan meeting dengan wajah menunduk.

keadaan diruang meeting tampak hening dan tegang. bahkan untuk bernafas pun mereka tampak hati-hati sekali karena takut terdengar.

sampai akhirnya Aaron kembali memecah suasana, ia membahas ke inti yakni membicarakan masalah perusahaan yang akan ia pimpin selanjutnya.

.

.

.

NEXT