Anak-anak adalah sebuah pemimpi, mereka memiliki pikiran dan imajinasi yang tidak dapat lagi dibayangkan oleh para orang-orang dewasa. Pikiran mereka bebas dan polos, mereka bagaikan kertas putih yang belum dinodai oleh setitik tinta hitam diatasnya.
Tapi setiap hal memiliki pengecualian...
* drip *
Suara tetesan air terdengar membentur lantai marmer yang berantakan. Pemandangan yang dapat dilihat oleh mata hanyalah perumahan tempat tinggal yang porak poranda, hanya tersisa reruntuhan, dan bekas terbakar dimana-mana.
Hujan telah reda dan awan gelap yang menyelimuti langit telah menghilang. Namun suasana muram dan aura kematian menyelimuti suasana di perumahan yang dapat disebut " desa " itu.
Belasan orang berpakaian lengkap terlihat berkeliling-keliling di desa, mereka sepertinya mencari para penduduk desa yang masih selamat, namun tertimpa puing-puing.
" Terus lakukan pencarian, selamatkan orang sebanyak mungkin!!! "
Seorang lelaki yang terlihat sebagai pemimpin berbicara dengan nada tenang namun tegas kepada para bawahannya.
Lelaki itu terlihat masih muda, tingginya hanya sekitar 170 cm, dan ia memiliki rambut berwarna kastanya yang dipotong pendek. Mata birunya memandang sekitarnya dengan tatapan serius.
Seperti yang lain, ia juga memakai seragam khusus, yang sepertinya merupakan seragam dari suatu satuan khusus yang memiliki suatu tugas tertentu.
Tidak hanya memerintah dan berdiam diri, pria itu juga dengan sigap mencari para korban selamat.
' Apa yang para Garnisun itu lakukan!? mereka hanya memakan gaji buta yang diberikan pemerintah, namun menjaga tembok dari puluhan semur saja tidak bisa. ' Pria itu mengutuk didalam hatinya, namun tubuhnya tidak berhenti mencari.
Lalu...
* Pant *
' Nafas manusia!? '
Pria itu akhirnya mendengar suara nafas, dengan tubuh yang telah dikultivasikan, kelima inderanya juga meningkat.Jadi, dia dapat mendengar suara nafas kecil beberpaa puluh meter dari tempatnya berdiri saat ini.
Dengan cepat ia langsung menjauhkan puing yang ia coba angkat, dan dengan lincahnya melompat keatas puing-puing yang belum runtuh, suatu tindakan yang diluar akal orang normal sebelum ' Kiamat Evolusi ' terjadi.
Walaupun hal seperti ini sudah menjadi pandangan yang dapat dilihat sehari-hari saat ini.
* Pant *
* Pant *
' Itu semakin dekat, hanya beberapa belas meter didepan. '
Pria itu mengira bahwa orang yang bernafas berada dibawah tumpukan puing-puing atau apapun. Tapi ia salah, dengan mata birunya, ia melihat seorang wanita dewasa sedang terbaring tanpa terluka didepan seorang anak yang berdiri seolah-olah tidak terjadi apapun, walaupun nafasnya berat dan kacau.
' Ini... '
Anak itu memiliki rambut putih dan berumur sekitar 5 tahun, namun Pria itu tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena ia datang dari belakang anak itu.
Pria itu kemudian dengan tenang berjalan menuju arah anak itu, dan berusaha menepuk punggungnya, tapi...
* Drip *
Pria itu berhenti bergerak saat ia melihat anak itu tiba-tiba berbalik dan menatap kearahnya. Pria itu juga menatap kearah anak itu, namun ia terkejut saat ia melihat mata anak itu.
Itu tidak aneh atau memiliki pola unik apapun, hanya hitam legam, terlihat seperti mata orang Asia manapun. Namun... Pria itu memandangnya seolah olah ia sedang menatap BEAST mengerikan dan semacamnya.
Ketakutan yang jelas terpancar dari mata pria itu, tapi ia segera menyadarkan diri dan membuka mulutnya.
" Kau... apa kau baik-baik saja? " Tanya Pria itu kepada anak berambut putih didepannya.
Bukannya menjawab, anak itu malah tersenyum sebentar sebelum berkata.
" Akhirnya... seorang manusia... "
Pria itu bingung harus mengatakan apa, tapi anak itu kembali berbicara.
" tolong... selamatkan... ibu..ku. "
Ucap anak berambut putih itu sebelum ia jatuh pingsan tepat disamping wanita dewasa yang pria itu simpulkan sebagai ibunya.
Walaupun begitu, pria itu masih belum sembuh dari keterkejutan saat melihat mata hitam legam yang ia lihat tadi.
Ia lalu memegang mata kanannya dan berpikir.
' Apa itu!? Apa [ Innate Ability ] ku merespon saat melihat mata anak itu??? '
Namun, pertanyaan dalam benaknya itu langsung disingkirkan.
' Tidak... saat ini tugasku hanyalah menyelamatkan ibu dan anak ini. '
Pria itu lalu mengambil semacam alat komunikasi dari saku celananya, dan berbicara.
" Fuller, kemarilah, kita punya dua korban selamat disini. "
{ Roger that! }
Pria itu kemudian langsung menonaktifkan alat komunikasinya dan mulai mencoba memeriksa luka anak itu.
•••
* Gasps *
" HAH!? "
Seorang anak berambut putih dengan mata biru, Weiss. Ia terlihat tengah terbaring terlentang diatas rerumputan di tempat yang tidak dikenal.
" Ek, dimana aku? "
Weiss bangun dari posisi terlentang ya dan duduk dengan wajah bingung, ia memegangi kepalanya dan mencoba mengingat sesuatu.
' Bukannya tadi aku masih berada di dalam gua? Apa aku pingsan dan telah diselamatkan... tapi... '
Weiss melihat sekeliling dan ia hanya melihat Padang rumput tanpa ujung, yang langitnya sangat indah dengan warna emas dan awan-awan yang terus bergerak seakan tidak pernah berhenti.
" Tunggu dulu... jangan-jangan, aku ada di Surga!? "
Ucap Weiss dengan nada panik... tapi ia kembali tenang, ia kemudian mencoba mengaktifkan matanya tapi tidak ada yang terjadi.
' Mataku tidak aktif, sepertinya di akhirat aku tidak dapat menggunakan Innate Ability ku lagi... '
Weiss menghela nafas...
" *sigh* tak kusangka akan mati secepat ini... "
" Surga? Siapa bilang ini adalah surga! "
Tiba-tiba sebuah suara jantan terdengar ditelinga Weiss, suara itu bagaikan petir yang menyambar dan membuat Weiss kaget.
Ia langsung berdiri dari tempatnya karena sebelumnya Weiss mengira, bahwa ia satu-satunya orang yang berada di sini.
" Siapa itu!? "
Ucap Weiss sambil memasang posisi siap, walaupun itu kelihatan penuh celah karena tubuhnya yang kecil dan belum dikultivasikan.
Dengan tidak dapat digunakannya kemampuan bawaannya, Weiss mengalami kecemasan yang cukup besar.
Weiss berbalik dan menemukan sebuah pemandangan yang luar biasa didepannya. Sebuah pohon yang sangat besar terlihat berdiri kokoh diatas Padang rumput, pohon itu adalah satu-satunya pohon yang ada di Padang rumput tak berujung ini.
Memicingkan matanya, Weiss dapat melihat sesosok manusia tengah duduk bersila dengan tangan yang menopang dagu diatas dahan pohon besar itu.
' Seorang manusia, mungkin? '
Tiba-tiba, Orang diatas pohon itu berdiri dari duduknya dan...
* Boom *
Dengan momentum kaki yang kuat, Orang itu melompat dari dahan pohon dan melaju kearah Weiss dengan kecepatan yang luar biasa.
* Boom *
Ia lalu mendarat dengan keras beberapa belas meter didepan Weiss, sehingga angin dari dampak pendaratannya berterbangan dan menghantam Weiss.
Weiss menahannya sekuat tenaga, dan berhasil menghindari terpental dari angin yang menerjangnya.
" *cough* *cough* "
Weiss batuk-batuk karena debu masuk ke mulutnya, ia kemudian memicingkan matanya dan melihat seseorang yang perlahan berjalan kearahnya.
* Tap *
* Tap *
Saat orang itu melangkah, Weiss merasakan aura luar biasa yang menekannya,
' Aura ini familiar... itu benar!? ini sama dengan aura yang dipancarkan oleh kunci hitam itu. '
Perlahan-lahan wujud dari orang itu terlihat, dan hanya dengan melihatnya dengan sekali pandang, orang itu tentu saja adalah seorang pria. Weiss terkejut melihatnya, karena selama hidupnya, ia belum pernah melihat manusia yang sebesar pria didepannya saat ini.
Tubuh pria itu menjulang sekitar 2 meter, dengan tubuh yang sangat kekar, benar-benar definisi dari seorang raksasa. Rambutnya berwarna merah hati, pandangannya tegas dan tajam seperti sebilah pedang, dan pupil emasnya memandang Weiss dengan tatapan menganalisa.
Pria itu hanya menggunakan dalaman zirah perang, dan celana perang berwarna merah dengan polesan emas 24 karat sebagai hiasannya.
Otot-otot terlihat menggembul di seluruh tubuhnya. Yang terlintas dipikiran Weiss saat melihatnya adalah, Batu besar yang kokoh.
" Kau sudah kutunggu selama ribuan tahun, Nak. "
Ucap pria itu, seakan-akan ia sudah mengetahui bahwa Weiss akan datang ketempat asing ini.
Weiss yang mendengar itu, meredakan penjagaannya karena ia tidak merasakan niat membunuh apapun dari nada bicara pria didepannya.
Karena itu, Weiss dengan tegas menatap mata pria itu dan berkata.
" Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan tapi... aku tidak merasa pernah mengenalmu. " Ucap Weiss dengan nada gugup.
" Yah, kita memang belum pernah bertemu sebelumnya. "
Mendengar jawaban dari pria itu, Weiss mengernyit.
" Lalu, kenapa kau bilang bahwa kau sudah menungguku selama ribuan tahun, kau dapat melihat bahwa umurku hanya 9 tahun, jadi apa maksudmu mengatakan itu? Lagipula, dimana ini, kenapa aku bisa berada disini?"
Weiss memasang wajah serius dan tegas, namun kenyatannya, jantungnya saat ini berdetak sangat kencang.
Tapi, hal itu tidak lepas dari pendengaran Pria itu.
" Gahahahaha, jangan tegang seperti itu, rileks, rileks. "
Ucap pria itu sambil tertawa.
" Heh, ya... ceritanya panjang dan akan sangat memakan waktu, jadi aku akan menceritakannya kepadamu versi singkatnya. "
Ucap Pria itu, dan Weiss hanya diam karena ia membutuhkan jawaban atas semua pertanyannya.
" Tapi sebelum itu, biarkan aku memperkenalkan diri. "
Dan tepat setelah pria itu berbicara, langit bergetar, dan langsung membuat Weiss terheran-heran.
Aura yang agung yang sebelumnya hanya sekedar menyelimuti pria itu, meledak kesegala arah dan dapat dirasakan dengan lebih jelas.
" Ini... "
Weiss kagum dengan pemandangan didepannya saat ini.
" AKU ADALAH RAJA MAKEDONIA YANG MENAKLUKAN DUNIA DIBAWAH KAKIKU... "
"... ALEXANDER III DARI MAKEDONIA, ATAU YANG LEBIH DIKENAL DENGAN... "
Zirah besi tiba-tiba saja terwujud dan menutupi pria itu, lengkap dengan jubah merah yang menutupinya. Pria itu kemudian tersenyum dengan bangga dan berkata.
"... ALEXANDER THE GREAT. "