Chapter 29 - END Chapter

Di gedung tujuh tengah duduk dengan diam seorang pria berwajah pucat, dan di temani seorang pria bertubuh tinggi tegap yang saat ini tengah membujuk pria pucat tersebut yang hanya duduk diam di tempat tidur untuk makan.

"Qing Yu, ayo makan, dan setelah itu minum obatmu."

Masih tidak ada respon dari Qing Yu.

"Qing Yu..."

"Dimana anak-anakku?" Kata Qing Yu sama sekali tidak menatap Alois.

"Bersama Qing An di gedung utama."

"Bawa mereka padaku."

"Aku akan membawa mereka padamu saat selesai makan. Aku janji."

Qing Yu menganggukan kepalanya, "Berikan nampannya, aku akan memakannya sendiri."

"Baiklah."

Qing Yu makan dengan tenang tanpa hambatan, setelah beberapa suapan dia kembali membuka suara dan mengatakan sesuatu yang membuat Alois diam tanpa bisa membantah.

"Aku sarankan agar kamu jangan terlalu dekat denganku. Adikku memiliki hati yang mudah rapuh. Jika adikku tahu bahwa kamu mengejarku dan bahkan memiliki anak denganku, pasti dia sangat kecewa bahkan sakit hati. Dan aku tidak ingin hal itu terjadi." Qing Yu menghembuskan napas, "Makasih sudah merawatku dengan baik. Minggu depan, aku dan anak-anakku akan kembali ke kota salju."

"Aku tidak akan mengizinkannya."

Qing Yu menatap Alois, "Setiap orang memiliki kehidupan mereka masing-masing. Ada yang suka di ganggu, ada yang tidak suka di ganggu. Ada yang suka hidup mandiri, dan ada yang tidak mampu hidup mandiri. Mohon untuk di mengerti."

"Aku tetap tidak akan membiarkanmu pergi."

....

Setelah Alois pergi, Qing Yu kembali terdiam lagi bahkan tidak berniat untuk bergerak sama sekali.

Qing Yu menatap seluruh isi kamar. Kamar yang di tempatnya saat ini cukup sederhana, hanya terdapat lemari pakaian, meja, tempat tidur dan satu kursi sofa. Selain itu tidak ada satupun lagi benda tambahan seperti lampu meja, bahkan aksesoris-aksesoris dinding.

Pandangan Qing Yu kini beralih ke jendela kamar yang terbuka, dan kemudian Qing Yu bangun dari aktifitas berbaring ya menuju ke jendela kamar. Di luar sana terlihat beberapa pohon besar dan bunga-bunga warna warni yang di tanam oleh ibu Alois yaitu Katrina.

Sangat indah dan segar.

Alois yang sedang rapat di perusahaan pusat kini mengambil sedikit kesempatan untuk memandang laptopnya. Dimana laptop tersebut tengah memantau aktifitas Qing Yu yang saat ini tengah duduk sambil menatap keluar jendela.

Selin berdehem pelan dan berguman di samping Alois, "Aku jadi bingung, sebenarnya siapa yang kamu kejar saat ini? Adik atau kakaknya?"

Alois, "Diam."

Kembali ke Qing Yu.

Pria cantik itu saat ini sedang menatap ke arah bawah, seakan-akan sedang mengukur seberapa tingginya dia berada saat ini.

"Sangat tinggi."

"Lantai empat memang sangat tinggi." Jawab Qing Yu atas ucapannya sendiri.

"Pintu terkunci, aku ingin pergi, tidak di izinkan, aku ingin bertemu kedua anakku, tidak di perbolehkan, setiap aku kabur orang itu selalu saja berhasil menemukanku. Di siksa hanya karena menolak cinta seorang gadis; betapa tidak beruntungnya garis tanganku." Qing Yu menghembuskan napas seperti seseorang yang sudah merasa lelah dalame menjalani hidup, "Padahal aku hanya ingin hidup normal seperti orang lain, tanpa takut di temukan."

Di seberang tempat mata Alois tidak lagi terfokus di depan laptopnya, dan laptop tersebut di geser agak ke samping tepat di samping Selin.

Selin melirik laptop Alois dalam diam, dan menatap pria yang masih duduk melamun dekat jendela. Entah apa,  Selin merasa perasaannya tidak enak saat menatap Qing Yu.

Beberapa detik kemudian Qing Yu tertidur.

Selin sampai menggeleng kepalanya, "Pria itu sangat imut." Namun tidak sampai beberapa saat, Selin menatap darah yang mengalir di bawah kursi di mana Qing Yu sedang duduk saat ini. Darah yang mengalir seperti air pancuran, sangat banyak sampai membanjiri lantai keramik berwarna putih salju.

"ALOIS...!!!!" Sakin terkejutnya, Selin sampai meneriaki nama Alois dengan keras di ruang rapat.

Mendengar teriakan tersebut, reflek Alois langsung menatap laptop miliknya. Di dalam kamera SCTV rupa Qing Yu telah di tutupi oleh puluhan penjaga dan dokter yang masuk untuk memberi pertolongan pertama.

Selin, "Pergi. Biar kakak yang menyelesaikan rapat ini."

....

Saat sampai di rumah tepatnya di gedung tujuh lantai empat; di sana Qing An dan jihan sudah menangis histeris seperti orang gila. Sedangkan Qing Fei dan Qing Lin telah di bawah turun dengan cepat keluar gedung tujuh.

Qing Lin, "Ada apa? Kenapa kembaran Ayah dan kakak Jihan menangis?"

Qing Lin terus bertanya-tanya namun tidak ada seorangpun yang menjawab pertanyaannya. Sedangkan Qing Fei hanya diam dengan pandangan yang masih mengarah kelantai empat.

Katrina mengusap kepala kedua anak tersebut tanpa bisa mengatakan apa-apa.

Sesampainya Alois di lantai empat dan melihat Qing Yu yang telah terbaring kaku. Alois hanya mampu membuka dan menutup mulutnya tanpa bisa mengatakan apa-apa.

Alois sangat tahu jelas bagaimana perilaku abnormal Qing Yu.

Bahkan Ia sudah melakukan penjagaan yang ketat, tidak ada benda tajam satupun yang ada di dalam kamar, lemari kamarpun di desain khusus agar Qing Yu tidak dapat merusak dan mengambil kaca untuk mengakhiri hidupnya, lantai empat tepatnya di luar jendela kamar, Alois telah menaruh jaring agar Qing Yu tidak dapat mengakhiri hidupnya sendiri; itulah mengapa Alois tidak merasa khawatir saat melihat Qing Yu berdiri di dekat jendela.

Niatnya saat Qing Yu pulih dari lukanya, Alois berencana membawa Qing Yu ke psikiater, untuk menyembuhkan gangguan psikologis yang di derita Qing Yu.

Namun apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur, dan waktu tidak dapat lagi di putar kembali.

Alois membuka kain yang menutupi sebagian tubuh Qing Yu dengan tangan yang bergetar parah, kemudian mengangkat baju yang di kenakan Qing Yu sampai memperlihatkan perut yang masih di penuhi darah.

Benar saja.

Dugaan Alois sangat tepat saat di perjalanan pulang tadi. Cara satu-satunya Qing Yu bisa mengakhiri hidupnya adalah melalui luka jahitan pisau.

Entah terlalu berani atau sama sekali tidak merasakan sakit. Qing Yu dengan kejam merobek luka yang telah di jahit dan memasukan tangannya ke dalam untuk mengeluarkan sebagian isi perutnya.

....

Saat di pemakaman dan tiga bulan setelah kematian Qing Yu, Alois terus diam seribu bahasa. Tidak ada senyum, tidak ada tawa, bahkan tidak pernah berbicara. Bahkan seperti tidak lagi mengenali orang lain.

Para pelayan dan bawahan Alois termaksud Baise tidak ada yang berani mendekatinya, semuanya takut sampai mati.

Qing An sampai merasa bingung. Dia yang notaben adalah adik kandung Qing Yu bahkan sudah ikhlas merelakan kepergian sang kakak. Sedangkan Alois yang ditaunya sangat membenci Qing Yu, bahkan sampai sekarang belum dapat merelakan kepergian Qing Yu.

Karena anak Qing Yu terus menangis dan ingin menemui Ayah mereka, serta Alois yang saat ini seperti orang mati yang jantungnya masih berdetak,

Saat kedatangan kakak Alois Orlando, ia langsung membuang kata pada semua orang.

"Jadilah Qing Yu."

Orang-orang yang berada di ruang keluarga semuanya terdiam.

Katrina, "Apa maksudmu?"

"Tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya memberikan sedikit pencerahan."

Orlando menyesap tehnya setelah itu ia mengatakan rahasia besar yang di sembunyikan oleh sang adik Alois pada semua orang.

Begitu juga dengan Baise yang memberitahukan rahasia mengenai dirinya memberi jalan pada Qing Yu saat di pangkalan militer.

Baise, "Maafkan aku atas kelancanganku."

Mendengar itu, Qing An langsung terkejut, merasa tidak percaya.

Sedangkan Orlando sama sekali tidak terkejut saat mendengar ucapan dari Baise. Pasalnya pada saat di desa A, di mana saat dia membuka lemari pakaian, di dalam ia melihat seorang pria cantik berperut besar dengan seorang anak berusia kurang lebih sepuluh tahun yang bersembunyi di dalam lemari pakaian dalam diam. Orlando sangat ingat betul ekspresi ketakutan pria tersebut saat di temukan olehnya.

Gemetar ketakutan.

Dan pada akhirnya Orlando membiarkan pria tersebut lolos dari pencaharian Alois.

Orlando juga sadar diri, bahwa pada saat itu dirinya telah menjadi salah satu penghianat adiknya selain Baise yang merupakan kaki tangan Alois itu sendiri.

Kembali ke ruang keluarga :

Orlando, "Kalian berdua sangat identik. Sedikit perubahan pada gaya berpakaian serta rambut akan membuat kalian berdua terlihat sangat mirip... Aku tahu ini sangat berat, tapi aku juga tidak ingin memaksamu, tergantung pada dirimu sendiri, apa kamu mau menerimanya atau tidak... Tapi aku hanya bisa mengatakan padamu, bahwa tanpa Alois sadari, dia sebenarnya  sangat terobsesi dengan kakakmu Qing Yu...Mungkin kalian tidak menyadari, tapi firasatku dan penglihatanku tidak pernah meleset jauh."

Setelah berpikir cukup panjang selama berminggu-minggu. Qing An pun memutuskan mengubah penampilannya menjadi Qing Yu. Mulai dari memperbaiki gaya rambut seperti sang kakak, dan mengubah gaya berpakaiannya seperti sang kakak. Hal ini mudah saja di lakukan Qing An maupun Qing Yu, karena kedua kakak beradik ini sangat suka mengubah penampilan mereka hanya untuk mengerjai kedua orangtua mereka.

Namun masalah terbesarnya adalah Qing An tidak pandai memasak seperti sang kakak.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa memasak."

Katrina, Selin, dan Revana beserta para pelayan melongo saat menatap Qing An yang penampilannya kini sangat-sangat identik dengan penampilan sang kakak.

"Tidak masalah, mirip saja sudah cukup." Kata Selin.

"Tapi... Aku pernah mengatakan pada Alois, bahwa Qing Yu sangat pandai memasak."

Katrina, "Jangan khawatir, koki dapur akan mengajarimu."

Selama bertahun-tahun Qing An telah bersembunyi dengan menggunakan identitas palsu, kepribadian palsu, dan membuatnya sampai terbiasa dengan kepribadian palsu miliknya sekarang.

Qing An juga tidak merasa kecil hati atau merasa sakit hati karena Alois berserta kedua anak dari kakaknya sama sekali tidak mengenalinya.

Mengapa Alois tidak pernah menyadari bahwa Qing Yu yang sekarang adalah Qing An, karena rasa terpukul dan tidak terima nya kematian seseorang, sehingga membuat Alois selalu berpikir bahwa Qing Yu masih hidup.

Mungkin walaupun Alois tahu akan hal itu; dia akan berpura-pura bodoh seakan-akan tidak mengetahui apa-apa.

"Ayah cantik... Apa Ayah melihat buku Bahasa Wolio yang Linlin taruh di atas meja rias?" Teriak Qing Lin dari luar pintu.

Qing An pusing, "Coba lihat di ruang keluarga, terakhir Ayah melihatmu memegang buku warna pink di sana." Teriak Qing An di balik pintu sambil merapikan dasi kantor milik Alois.

Terdengar tawa Linlin di luar pintu, "Oh ia Linlin lupa, kemarin Linlin menaruhnya di sana. Hahaha... Ok, Ayah cantik, Ayah Tampan, kalau gitu LinLin ke sekolah dulu."

Qing An menghembuskan napasnya, "Anak-anak semakin besar semakin manja."

Alois memeluk Qing An erat kemudian mengecup bibir Qing An, "Tapi aku tidak manja."

"Oh yah... Lihat dirimu sekarang. Seperti anak kucing yang terus lengket dengan tuannya."

"Tapi kamu menyukainya."

Beberapa detik kemudian, Alois mendorong Qing An di tempat tidur.

"Ayo buat anak."

"Hey ini masih pagi... Alois, tunggu, hentikan kamu harus ke kantor."

Di gedung tujuh tepatnya di lantai empat, berdiri seorang pria berusia tujuh belas tahun, menggunakan balutan seragam sekolah biru lengkap, serta bertulisan SMA Blue Academic yang terdapat pada dada kiri pria tersebut. 

Pria tersebut memiliki postur tubuh tinggi tegap dan sedang menatap ke kejauhan dengan wajah senduh. Sejak kecil, pria tersebut tidak pernah menunjukan ekspresi lain dari dirinya selain wajah tanpa ekspresi.

Qing Fei memegang setangkai mawar putih yang ia petik di kebun bunga milik sang nenek. Qing Fei menaruh setangkai mawar putih tersebut di atas kursi di mana Qing Yu menghembuskan napas terakhirnya.

"Ayah." Panggilnya pelan, "Aku membawa mawar yang Ayah suka."

Dari usia lima tahun sampai dengan usia tujuh belas tahun. Qing Fei sudah mulai menaruh setangkai mawar putih di saat tanggal dan bulan meninggalnya sang Ayah.

Qing Fei sangat tahu siapa yang di tangis kakak Jihan dan kembaran sang Ayah pada saat itu.

Ayahnya.

Qing Fei sempat melihat wajah pucat sang Ayah sebelum dirinya di tarik cepat oleh sang Nenek ke luar gedung tujuh.

Wajah itupun sampai sekarang masih di ingat dengan jelas oleh Qing Fei.

.

.

.

Tamat . . .

_____________________________

Bersambung . . .

Senin, 22 – 03 – 2021

Pukul, 10.00 wita