"Siapa pun yang masuk dari pintu itu loe harus mencium nya."
"Apa loe gila! Gimana kalau yang masuk itu bokap gue."
"Gue ga mau tau pokoknya loe ga boleh curang. Loe kan waktu itu udah buat gue nampar kakak gue."
"Ya Arie benar, Prilly." ucap Amanda tersenyum evil mendukung Arie.
"Kalian tidak waras!" pekik Prilly.
"Loe juga waktu itu ga mikirin kan siapa yang bakalan masuk ke rumah gue waktu itu, untung bukan bokap atau nyokap gue." ucap Aryanto sedikit kesal mengingat setiap tantangan yang selalu Prilly berikan padanya jika ia kalah bermain.
Prilly yang hendak protes menghentikan ucapanya dan menoleh ke pintu utama rumahnya karena seseorang membunyikan bel rumahnya.
"Mati gue!"gumam Prilly pelan.
Amanda dan Ariyantio saling menatap lalu menatap Prilly dengan senyum kemenangan. Dengan kompak keduanya langsung mendorong badan Prilly menuju pintu utama rumahnya.
"Gue ga mau."
"Ga boleh curang Prilly." ucap Ariyato dan Amanda secara bersamaan dengan terus mendorong badan Prilly.
Ting tong...
Bel rumahnya kembali berbunyi membuatnya semakin gugup saja.
"Prilly itu bel rumah bunyi kenapa nggak di buka pintu nya." teriak Bunda Prilly dari dapur yag sedang memasak untuk makan makan malam.
"Iya ini juga aku lagi mau buka pintu." ucap Prilly dengan balas berteriak agar Bundanya dapat mendengar suaranya.
Prilly menggaruk belakang kepalanya karena gugup. Gimana kalau yang ada di depan pintu itu bokap gue, atau malah tetangga. Aduh gue harus gimana?
Prilly kembali menatap Amanda dan Ariyato yang menatap diri nya dengan bersedekap dada, lalu mereka pun mengangguk.
"Please"
Mohon Prilly dengan wajah se imut mungkin. Tapi wajah itu tidak akan ada gunanya jika di hadapan kedua sobat koplaknya itu karena Prilly juga sering kali mengabaikan mereka yang meminta membatalkan tantagan yang Prilly berikan.
"Heh loe mau buka pintu aja kek orang mau lahiran." ucap Amanda kesal melihat Prilly yang hanya berdiri di dekat pintu itu dan terus mengambil nafas dalam dan membuangnya secara perlahan.
Ariyanto tertawa melihat Prilly seperti itu.
Prilly menatap ke dua sobatnya itu kesal lalu berkata. " awas ya kalian berdua, gue akan balas ini dengan lebih kejam. Terutama loe Arie!"
Brak!
Prilly membuka pintu rumahnya dengan kasar, spontan matanya melotot tidak percaya melihat bahwa tebakannya tentang siapa yang ada dibalik pintu rumahnya salah.
Dengan susah payah Prilly menelan ludah. Pahit, sepahit tanaman butrowali .
"Hai Prilly." sapa seseorang di hadapan Prilly.
Amanda dan Ariyato menatap Prilly kesal. "Ayo Prilly." ucap mereka dengan mendorong badan Prilly agar medekati seorang pemuda yang berdiri dengan senyum manis di hadapannya.
Prilly melotot kearah dua temannya. "Please." gumamnya.
Ariyato dan Amanda menggelengkan kepalanya serempak lalu kembali mendorong badan Prilly lebih dekat lagi kearah pemuda yang tidak lai adalah kakak Ariyato, Ali.
Brak!
Karena Amanda dan Ariyanto terus mendorong badan Prilly sehingga ia hampir saja jatuh terjugkal kalau saja Ali tidak menangkap tubuhnya.
"Kalian ini sedang apa?" tanya Ali bingung dengan sikap ketiga adik kelas di depannya.
Ali tau jika ketiga adik kelasnya itu sedikit gila. Karena suka memainkan permainan aneh yang Ali tidak mengerti.
"Um hai Ali." ucap Prilly tersenyum kikuk.
Prilly memejamkan matanya karena tidak ada pilihan lain selain melakukan apa yang Ariyato katakan. Karena dia tadi kalah bermain poker, dan sesuai perjanjian siapapun yang kalah di antara mereka harus Mencium bibir siapapun orang pertama yang melangkah masuk melalui pintu utama Rumah Prilly.
Mereka memang gila! Tapi itulah mereka.
"Mau ngapain?" tanya Prilly bodoh, walau ia tau bahwa Ali kesini pastilah untuk mencari kakaknya.
"Prilly!" ucap Amanda dan Ariyanto secara bersamaan dengan nada kesal.
"Iya! Iya!"
Prilly mendongak menatap Ali yang lebih tinggi darinya dan kakinya melangkah satu langkah membuat tidak ada jarak diantara mereka.
Cup!
Prilly sedikit berjijit saat mengecup bibir Ali.
Ali yang kaget dengan apa yang dilakukan adik pacarnya itu membulat kan matanya tidak percaya. Sebelum Prilly menarik dirinya untuk menjauh, Ali memegang belakang kepala Prilly dan membalas ciuman Prilly.
Sebenarnya Prilly hanya menempelkan bibirnya seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya. Prilly pun juga tidak kalah kaget saat tiba tiba Ali melumat bibirnya, ia hanya bisa diam tanpa membalas.
Prilly memejamkan matanya saat sudah hampir lebih dari satu menit Ali tidak mau melepaskan bibirnya. Ada perasaan aneh yang tiba tiba menjalar di dadanya. Ya dadanya terasa menghangat, desiran aneh yang baru pertama kali ia rasakan.
'Alia jangan pergi, nanti aku sama siapa kalau kamu pergi?'
'Aku janji bahwa aku akan kembali Prilly, tunggu aku. Aku mencintaimu.'
Cup.
Prilly langsung mendorong badan Ali saat tiba tiba saja sebuah bayagan menari di kepalanya. Seorang pria kecil bernama Alia yang mencium bibirya lembut setelah mengatakan bahwa ia mencintai dirinya.
Prilly menggelengkan kepalanya bingung...
"Maaf." gumam Ali merasa bersalah dengan apa yang barusan ia lakukan.
"Tidak! Maksudnya seharusnya aku yang minta maaf karena aku menciummu untuk yang kedua kalinya karena permainan bodoh kami." ucap Prilly lalu berjalan menjauhi Ali.
Amanda langsung meyusul Prilly kedalam sementara Ariyanto berjalan mendekati kakaknya.
"Kak jangan salahkan dia, aku yang menyuruhnya. Aku yang memaksanya untuk mencium siapa saja yang pertama kali masuk." jelas Ariyanto agar Ali tidak salah paham dengan Prilly.
"Hmm." gumam Ali.
"Kak loe suka sama Prilly kan?"
"Ya." gumam Ali tanpa sadar.
Lalu saat sadar dengan apa yang baru saja ia katakan matanya langsung membulat dan menatap Ariyanto horor.
"Tentu saja tidak"