Chereads / The Roommate 1 / Chapter 6 - 6 SNOW (2)

Chapter 6 - 6 SNOW (2)

Arissa jelas-jelas bingung dan salah tingkah saat melihat tingkah Jojo yang super ajaib di hadapannya.

Ia ikutan jongkok dan menyuruh Jojo bangun dengan nada risih.

"Heh!!! Apa-apaan sih elu? Norak tau… bangun! Cepet! Kalau ada yang lihat gimana?"

Jojo lalu menggamit kedua lengan Arissa erat-erat dan memandang wajahnya dengan tatapan yang sangat serius.

"Gue mau berdiri asal elu mau bantuin gue…"

Arissa yang mendengar perkataan Jojo lalu mengangguk sambil sesekali menatap sekitar mereka. Takut ada yang melihat aksi aneh mereka saat ini.

"Beneran nih? Elu mau bantuin gue?" tanya Jojo serius. Tatapan matanya tak bergeming sama sekali.

"Iya.. iya… bantuin apa sih?? Paling bantuin elu lembur gara-gara ada fotografer yang sakit bukan?" tanya Arissa balik dengan nada bingung. Ia sama sekali tidak punya gambaran tentang apa yang barusan sedang terjadi sebelumnya.

"Bantuin gue untuk jadi cover model Fashion Blast bulan depan…." Balas Jojo dengan nada memerintah. Jelas –jelas ini bukanlah minta bantuan tapi paksaan tak manusiawi!!

"APAAA???!!!!"

Arissa dan Vika sama-sama berteriak keras sebelum kemudian Jojo menutup mulut mereka rapat-rapat.

"I'll take the blame. It's ok! For now, we don't have any choice…" kata Jojo lirih dengan nada putus asa.

"Elu gila, Jo?!! Kalau kita ketahuan, habis deh kita. Mampus dah…" balas Vika cemas setelah mendengar ide gila Jojo.

"Gue tahu, tapi insting gue ga pernah salah…" balas Jojo yakin.

Selain kemampuannya yang luar biasa sebagai seorang makeup artist dan fashion stylist, Jojo juga seringkali membantu para agensi sebagai talent hunter dan nalurinya tak pernah meleset. Semua bibit-bibit muda yang ia temukan selalu berakhir dengan kesuksesan di atas panggung catwalk ataupun dunia entertainment. "Hawk Eyes" adalah nama samaran yang diberikan oleh para agensi papan atas karena keberhasilannya untuk menemukan dan menempa bibit-bibit muda dengan "tangan dingin"nya.

Dan, ia selalu punya keyakinan penuh pada Arissa. Gadis ini sangat cantik, berdedikasi penuh pada pekerjaannya dan memiliki pengendalian emosi yang luar biasa. Ia memiliki potensi untuk menjadi seorang legenda di karir modeling. Sayangnya, Arissa selalu melipat sayapnya erat-erat. Kepercayaan dirinya tak pernah cukup kuat untuk memandang dirinya sebagai seorang wanita yang pantas untuk berdiri di atas panggung dunia.

Hari ini, Jojo merasa kalau semesta sedang berpihak padanya. Hari ini, Arissa tidak mungkin lagi bisa menolak takdir yang sedang membuka jalannya menuju gemerlap dunia entertainment. Satu-satunya masalah adalah… apakah Arissa mau?

"Please, Sa… sekali ini aja…"

Arissa menghela nafas panjang saat mendengar permohonan memelas dari sahabatnya tersebut. Akhirnya setelah sekian lama, Arissa lalu mengangguk pelan dengan pasrah.

"Ok, sekali ini aja ya?"

Jojo tersenyum bahagia lalu merangkul sahabatnya erat-erat dalam pelukannya.

"Thank you so much, sweetheart. This means a lot for me…"

Jojo lalu memberikan isyarat pada Vika untuk mengambil semua pakaian dan peralatan makeup yang diperlukan untuk photoshoot hari itu.

Tak butuh waktu lama bagi Vika untuk mengambil semua yang diperlukan dan Jojo lalu mengajak mereka bertiga ke sebuah private studio untuk bersiap-siap.

"Tunggu…."

Arissa lalu mengambil semua perlengkapan dan pakaian yang ada di tangan Vika dan memberi isyarat pada Jojo dan Vika untuk menunggu di luar. Tanpa berkata apa-apa, mereka berdua hanya mengangguk setuju dan berjaga di luar pintu.

.....................….

Di dalam ruangan, Arissa lalu membuka ikatan rambutnya dan melepas kacamatanya. Tak lama, ia juga lalu melepas lensa kontaknya dengan hati-hati. Dalam sekejab, sepasang mata berwarna biru cerah menatap dirinya dari pantulan kaca di hadapannya.

Arissa menghela nafas panjang dan nafasnya memburu saat ia melihat pantulan dirinya sekali lagi. Tak ada seorangpun yang mengetahui warna mata aslinya kecuali ibu kandungnya, Suster Hua, Jojo, dan anak kandungnya, Jacob. Sepasang mata berwarna biru cerah itu membuat kecantikan alami Arissa semakin terpancar jelas dan memberikan aura yang sangat berbeda dari dirinya yang kasual. Tapi sepasang mata ini pula yang membuatnya dijual oleh ibu kandungnya sendiri kepada seorang bajingan tua yang paling kaya di kampung halamannya dulu. Mata ini juga yang membuat bandot tua itu begitu tergila-gila dengan dirinya dan menjadikannya budak pemuas libido seksualnya kapanpun pria itu mau. Hasilnya, di usia yang sangat muda, Arissa hamil dan melahirkan Jacob dalam usia 17 tahun. Dengan kecerdikannya, Arissa akhirnya berhasil lari dari cengkraman bandot tua itu dan sampai di sini untuk memulai hidup barunya. Kini, nampaknya takdir kembali mempermainkan dirinya.

Arissa lalu mengenakan pakaian yang sudah disiapkan oleh Vika dengan hati-hati. Ia masih merasa kurang nyaman ketika tiba-tiba matanya memandang sebuah wig berwarna platinum yang terpajang dengan rapi di atas sebuah patung figure. Sebuah ide dadakan lalu tercetus di dalam benaknya dan sebuah senyum licik tersungging di atas bibir tipisnya.

Jojo dan Vika menanti dengan sangat sabar di luar studio. Waktu terasa berjalan sangat lambat ketika tiba-tiba mereka mendengar pintu studio terbuka ke arah luar. Dalam sekejab, bayangan yang sangat anggun melangkah pelan menuju ke arah mereka berdua.

Hari itu sangat panas dan matahari bersinar sangat terik tapi ketika Jojo dan Vika melihat sosok wanita tersebut, mereka merasa kalau semilir angin dingin dari Pegunungan Himalaya tengah bertiup ke arah mereka.

Wanita itu sangat cantik dengan rambut platinumnya. Ditambah dengan matanya yang berwarna biru cerah yang memandang mereka dengan sorot dingin dan angkuh yang malah menambah kesan ekslusif dan misterius pada dirinya. Ia terlihat seperti seorang Dewi Salju yang baru saja melangkah keluar dari dalam istananya di puncak gunung. Raut wajahnya datar tanpa ekspresi. Membuat siapapun yang memandang ke arahnya, terpesona oleh keindahan sekaligus tersihir oleh aura magisnya.

"Sem… sempurna…."

Kaki Jojo langsung berlutut lemas saat memandang pada sosok "wanita asing" di hadapannya. Ini… ini terlalu menakjubkan baginya. Bahkan walaupun matanya sudah sangat terlatih dalam mengamati wanita-wanita cantik yang pernah bekerjasama dengannya, kehadiran wanita ini mampu menyihir siapapun yang melihatnya. Bahkan memperangkap jiwa mereka dalam dunia ilusi. "Wanita ini" bukanlah Arissa yang dikenalnya. Ia adalah seorang dewi!!

"Ya… ya ampunnn…"

Vika tak kalah kagetnya. Ia juga tercengang saat melihat pemandangan di hadapannya. Gadis ini memberikan aura seorang supermodel yang tak kalah dari pamor Linfey. Jika Linfey memberikan kesan mewah dan glamor dalam setiap fotonya, maka gadis ini memberikan kesan dingin dan misterius. Tak tersentuh oleh dunia fana yang ada di sekitar mereka.

Jepret!!

Sebuah suara kamera langsung menyadarkan mereka berdua dari "dunia ilusi". Ternyata ada seorang fotografer senior di sana yang tanpa sengaja melewati area mereka dan secara spontan, ia langsung membidik kameranya ke arah Arissa.

Jepret!! Jepret!! Jepret!!

Suara jepretan kamera terus berbunyi tanpa bisa direm lagi. Dari satu fotografer, lalu muncul beberapa fotografer lainnya dan tanpa izin dari siapapun, mereka terus memotret "wanita misterius" itu dengan kamera masing-masing.

"Cantik sekali…"

"Siapa dia?"

"Model baru ya? Wah, auranya benar-benar berbeda dari semua model yang pernah kufoto sejauh ini…"

Beragam komentar langsung keluar tanpa bisa dikomando lagi. Semuanya menyatakan kekagumannya pada "sosok misterius" ini. Walaupun ekspresi wajahnya tak berubah, tapi ia mampu menampilkan charisma setiap pakaian yang dikenakannya dengan sangat baik. Seakan-akan baju-baju tersebut dibuat hanya untuk dirinya dan bukan orang lain. Belum lagi sorot matanya yang angkuh, menimbulkan sensasi yang aneh bagi semua orang yang memandangnya. Begitu jauh dan tak terjangkau.

Dalam sekejab, semua sesi pemotretan untuk cover majalah Fashion Blast selesai dalam waktu kurang dari 2 jam dan semua orang sangat puas dengan hasilnya.

Setelah selesai berpose, Arissa tengah bersiap untuk kembali menghilang ketika tiba-tiba seorang fotografer menarik lengannya.

"Kau model baru di sini ya? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

"Ya…" Arissa menjawab singkat dengan nada ketus. Ia benar-benar merasa tak nyaman dan ingin pergi secepatnya.

"Kamu cantik banget dan aura kamu unik. Boleh tahu namamu?" tanya fotografer itu dengan gencar dengan nada penasaran. Ia sama sekali tak peduli dengan nada datar yang dikeluarkan oleh Arissa sebelumnya.

Mendengar pertanyaan ini, Arissa sedikit terkejut. Otaknya berputar keras ketika tiba-tiba mulutnya meluncurkan sebuah nama, " Snow…"

"Snow? Nama yang cantik… Boleh ki…."

Sebelum fotografer itu berbicara lebih jauh, sebuah lengan panjang merangkulnya dari belakang.

"Maaf… dia masih banyak urusan sekarang. Jadwalnya padat sekali. Kita sangat beruntung bisa memakainya hari ini.." balas Jojo sambil menarik Arissa untuk menjauh dari fotografer usil tersebut.

Sementara Vika juga ikut mengikuti mereka secepatnya.

Sesampainya di ruang ganti, Arissa cepat-cepat melepaskan semua penyamarannya dan segera kembali ke panampilannya yang kasual sementara Jojo dan Vika kembali berjaga dengan setia di luar pintu. Setelah kurang lebih 10 menit, Arissa lalu mengembalikan semua perlengkapan yang diambilnya tadi dari Vika dan menghela nafas panjang. Syukurlah, sesi pemotretan itu sudah berakhir!

Arissa merasa sebuah beban berat sudah terangkat dari atas pundaknya hari ini. Jojo lalu merangkulnya dari samping sambil tersenyum lebar.

"Thanks a lot ! You're my superhero today…"

Arissa mencibir dan tersenyum. "Just once, Jo…"

Jojo lalu mengacungkan jari jempolnya sementara mereka bertiga berjalan ke cafeteria.

Seandainya saja Arissa tahu betapa fatal keputusannya untuk membantu Jojo hari ini.

Sekali lagi, takdir kembali mengkhianati Arissa.