Tanpa terasa seminggu telah berlalu dan Arissa semakin tenggelam dalam kesibukannya sebagai seorang freelance fotografer. Ia sama sekali tidak tahu kalau tindakan spontannya yang menyamar sebagai seorang model pengganti tempo hari telah memicu sebuah badai besar dalam dunia fashion.
Dengan santai, pada jam makan siang, Arissa lalu menelepon Jacob untuk melepas rasa rindunya.
"Halo, sayang…." Suara Arissa yang jernih menyapa seseorang yang menjawab teleponnya di seberang sana. Tatapan matanya pun seketika melembut.
"Halo, ma." Balas Jacob santai. Ia baru saja menyelesaikan kelas fotografinya hari itu dan sekarang adalah jam istirahat. Arissa meneleponnya di waktu yang tepat.
Sebagai seorang pemuda remaja, Jacob memiliki penampilan fisik yang luar biasa menarik. Rambutnya berwarna kecoklatan dengan tubuh jangkungnya yang tegap. Matanya yang berwarna sama dengan rambutnya dan selalu berbinar-binar dengan keramahan alami tanpa kepalsuan. Bentuk wajahnya yang simetris serupa dengan Arissa. Yang membedakannya hanyalah karakternya yang jauh lebih menyenangkan dan terbuka daripada Arissa yang introvert dan penyendiri.
Jacob sengaja mencari sebuah sudut sepi supaya ia bisa berbincang santai dengan ibunya tanpa ada gangguan dari para penggemar beratnya di sekolah. Tanpa sepengetahuannya, Jacob ternyata memiliki fans club sendiri yang dinamakan JFC (Jacob Fans Club) dan beberapa stalker bayaran yang dipekerjakan oleh para moderator JFC untuk menguntitnya ke mana-mana bahkan memotret serta melaporkan setiap perkembangan terbaru dari pemuda idola mereka. Karena kesibukannya sebagai seorang penerima beasiswa dan terikat kontrak dengan pihak sekolah, Jacob sama sekali tidak menaruh perhatian pada hal tersebut. Sayangnya, ketika ia mengetahui tentang fans club rahasia ini seminggu yang lalu, hampir semua rahasia pribadinya ternyata sudah terbongkar semua dan diketahui oleh semua pihak kampus. Beberapa guru wanitanya malah menjadi salah satu penggemar fanatiknya!
Untungnya, saat ini ia sudah membuat perjanjian dengan para moderator fans clubnya untuk tidak lagi memperkerjakan para stalker tapi ia sendiri yang akan akan memberikan informasi seputar aktivitas dan kegiatan terbarunya. Tak lupa, ia juga terpaksa untuk mengganti kamar asrama dan memasang kamera tersembunyi untuk memastikan keamanan privasinya kali ini.
"Kelihatannya kau sibuk sekali beberapa hari ini? Sudah berapa hari ini kamu tidak menelepon mama?" tanya Arissa dengan nada menggoda.
"Iya, ma…" Jacob menjawab singkat sambil otaknya berpikir keras untuk memberikan jawaban yang paling masuk akal tentang kegiatannya akhir-akhir ini. Tidak mungkin ia akan memberitahu ibunya tentang keberadaan JFC yang baru-baru ini diketahuinya kan? Cerita itu dijamin akan membuat ibunya mati tertawa karena geli. Jacob menghela nafas panjang. Tak disangka hidup ini akan terasa begitu berat baginya.
"Ehmm.. sudah ada pacar ya? Jadi sibuk terus…" goda Arissa lagi. Ia memang suka sekali menggoda anak laki-lakinya yang satu ini. Jacob adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki sekarang jadi hubungan keduanya sangat dekat.
"Ngga lah, ma. Aku kan harus belajar terus supaya nilaiku ga turun…"
Alasan Jacob terdengar masuk akal karena ia terikat dengan kontrak dari pihak sekolah untuk terus mempertahankan rankingnya di dalam daftar 10 besar atau beasiswanya akan dicabut.
Arissa hanya tersenyum saat mendengar jawaban Jacob. Pemuda ini sama persis dengan dirinya dulu. Seorang pejuang dan pekerja keras. Ia akan selalu berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan apapun yang ia mau. Jacob juga sama. Untungnya, Tuhan telah memberkatinya dengan seorang anak yang cerdas dan mandiri. Arissa tidak pernah meminta apapun lagi setelahnya.
Mereka berdua berbincang hangat lewat telepon selama beberapa saat ketika pada akhirnya, Jacob mendengar suara bel berbunyi dan segera mengakhiri pembicaraan mereka.
Arissa juga lalu menutup teleponnya dan ketika ia berbalik, ia melihat Jojo dan Vika sedang berdiri di hadapannya dengan wajah yang amat sangat memelas. Keadaan Jojo malah lebih parah. Kulitnya pucat dan ada kantung besar yang menggantung di bawah matanya. Tanda kalau selama beberapa hari ini, ia sama sekali tidak beristirahat dengan tenang. Ditambah rambutnya juga berantakan. Keadaan Vika juga sama saja. Ada sebuah kecemasan besar yang tampak di wajahnya.
"Ris, kita perlu bicara…. Sekarang…." Kata Jojo dengan gugup. Tangannya sedikit bergetar ketika menarik lengan Arissa ke arah cafeteria kantor. Sementara Vika ikut mengawal Arissa disebelahnya.
Arissa menurut saja walaupun ia merasa sangat bingung dengan keadaan mereka berdua. Ada apa ini?
.............................
Suasana di cafeteria sudah tidak terlalu ramai ketika mereka bertiga memasuki tempat tersebut. Vika dengan cepat memilih sebuah area di pojok yang tidak terlalu mencolok dan mengajak mereka untuk langsung duduk di sana.
"Jadi… kenapa? Ada apa?" tanya Arissa langsung tanpa basa basi. Ada segudang sesi pemotretan yang harus dilakukannya hari ini. Jadi, ia tidak punya banyak waktu luang.
Dan sekali lagi, Jojo melancarkan aksinya.
"Please, Sa…. Gue mau minta maaf tapi sekarang ini, keadaan kita kepepet banget. Kamu mau kan tanda tangan kontrak sebagai salah satu model majalah Fashion Blast?"
Pruttttttt…..
Arissa seketika itu juga menyemburkan air teh yang sedang diminumnya ke arah mereka berdua. Jojo dan Vika yang sama sekali tidak menduga hal tersebut, langsung menangkis serangan semburan tersebut.
"APA ELU BILANG??" balas Arissa sengit. Hal ini benar-benar di luar dugaannya!!
Ia tidak pernah menyangka kalau aksinya sebagai model pengganti dulu akan memiliki efek samping seperti sekarang ini.
"Big Boss yang suruh kami cari Snow untuk tanda tangan kontrak secepatnya. Paling lambat hari ini. Beliau juga sudah menyiapkan dana kompensasi yang cukup besar sebagai jaminan untuk kontrak ini… " terang Vika dengan nada memelas. Reaksi Arissa sama persis seperti prediksi Jojo sebelumnya tapi mereka tak punya pilihan lain.
"NO… BIG NO NO…." jawab Arissa lagi dengan nada sengit. Ia sama sekali tidak menyukai dirinya saat di depan kamera, makanya saat menyamar sebagai Snow, Arissa menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi. Berharap kalau hari itu akan menjadi hari terakhirnya sebagai seorang model dadakan. Tapi malah….
"Pikirkan berapa banyak yang bisa kamu dapat saat kamu terima pekerjaan ini, Arissa. Kamu bisa dapat jauh lebih banyak daripada cuma sebagai freelance fotografer. Kamu bisa hidup nyaman. Kamu juga bisa bantu asrama dan Suster Hua….." bujuk Jojo lagi. Ia tak mau menyerah sekarang. Nasib dan masa depannya di dalam dunia entertainment berada di atas sukses atau tidaknya tawaran ini sekarang.
"Aku ga mau, Jo. Kamu tahu sendiri kan? Masalah apa yang bakal aku hadapi kalau warna mata asliku terekspos ke umum?" balas Arissa lagi sambil bangkit berdiri. Tanda kalau ia sama sekali tidak mau bernegosiasi lebih jauh tentang masalah ini.
"Aku akan jadi manajer kamu. Ok? Vika bakal jadi personal assistant kamu. Jadi, hanya kita berdua yang benar-benar tahu rahasia kamu. Bagaimana?" bujuk Jojo lagi.
Arissa tertegun. Tapi setelah beberapa menit, ia tetap menggelengkan kepalanya.
"Sorry, Jo. I can't…"
Kemudian, Arissa lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Di saat yang sama, Jojo dan Vika merasa kalau suara Dewa Kematian sudah memanggil nama mereka berdua.
..................…
Arissa sudah sampai ke ruangan studio ketika tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi. Sebuah nama dan nomor yang familiar muncul di atas layar teleponnya. Sambil tersenyum, Arissa lalu mengankat telepon, " Halo, Anne…"