Wajah Anne di ujung sana tiba-tiba berubah cerah saat mendengar suara Arissa menjawab teleponnya.
"Hei, Arissa… apa kabar? Maaf, apa aku menganggumu?" tanya Anne dengan nada sungkan.
"Tidak, aku hanya baru saja selesai makan siang. Ada apa?" balas Arissa santai dengan ekspresi sedikit bingung. Anne jarang sekali meneleponnya. Kali ini, pasti ada sesuatu yang cukup penting.
"Umm.. ini… tentang Suster Hua." Jawab Anne lagi. Suaranya terdengar semakin lama semakin kecil.
Tubuh Arissa seketika itu juga menegang setelah mendengar nama tersebut.
"Ada apa dengan Suster Hua?"
"Maaf, Rissa. Penyakit diabetesnya kambuh lagi dan kami tidak punya dana lebih untuk membeli suntikan insulin untuk beliau. Sebenarnya, ini inisiatifku untuk menelepon dirimu karena Suster Hua tahu kalau kau baru saja bekerja dan tidak ingin merepotkanmu dengan masalah kesehatannya. Ia juga berkali-kali melarangku untuk menelepon dirimu tapi maaf…"
"Aku mengerti…" balas Arissa singkat.
Mereka berdua lalu berbincang singkat sebentar sebelum Arissa kembali menutup teleponnya. Ia lalu mencari tempat duduk terdekat karena kepalanya terasa pusing secara mendadak. Anne benar, ia baru saja mulai bekerja sehingga ia belum memiliki pendapatan tetap sekarang. Ia bahkan masih menumpang tidur setiap malam di atas sofa Cristan. Sementara, tubuh sepuh Suster Hua juga semakin menua. Ditambah lagi dengan penyakit diabetes yang dideritanya, Arissa tidak tahu berapa lama lagi waktu yang ia miliki untuk merawat Suster Hua.
Ia memejamkan matanya untuk berpikir sejenak ketika pada akhirnya, ia membuat sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Perlahan, ia kembali melangkah masuk ke dalam cafeteria.
.............
Jojo sedang duduk pasrah di atas meja. Kepalanya tertunduk di atas meja dengan kedua tangannya yang memegang rambutnya. Sementara Vika juga masih berada di meja yang sama dengan keadaan yang tak jauh berbeda. Setelah hari ini, mereka harus memikirkan nasib mereka setelah terlempar keluar dari dunia entertainment yang mereka kenal selama ini.
Tiba-tiba sesosok wanita duduk di hadapan mereka dengan cepat. Wajahnya terlihat tegang dan juga serius.
"Aku terima tawaranmu…."
Mendengar suara Arissa, Jojo langsung mengankat kepalanya secepat kilat. Otaknya masih belum memproses berita yang baru saja disampaikan oleh Arissa barusan.
"Apa kau bilang?"
"Aku terima tawaranmu…."
Semilir angin musim semi tiba-tiba terasa di ruangan tersebut dan membuat perasaan Jojo dan Vika meluap dalam kebahagiaan ketika ucapan Arissa berikutnya, menyeret mereka kembali ke atas bumi…
"Tapi dengan beberapa persyaratan…."
..............
Robert merapikan bajunya setelah aktivitas bercintanya selesai dengan Linfey. Gadis itu masih tertidur lelap di dalam ruangan rahasia kantornya setelah mereka bercinta semalaman kemarin. Sudah merupakan rahasia umum di Fashion Blast kalau model-model papan atas seringkali "dipakai" oleh Robert sebagai penghangat tempat tidurnya. Saat ini, "mainan favoritnya" adalah Linfey. Seorang top model dengan lekuk tubuh yang luar biasa menggiurkan dan wajah yang luar biasa cantik tapi angkuh.
Robert lalu melihat kalender yang ada di layar telepon genggamnya sambil berjalan menuju ruangan kantornya dan menekan sebuah tombol. Kamar rahasia itu langsung tertutup dengan sekali geser.
Dalam sekejab, sebuah lemari pajang besar menutup ruang yang ada dan ruangan tersebut menjelma sebagai ruang kantor biasa.
Hari ini adalah batas terakhir Jojo untuk mencari identitas Snow dan penandatangan kontrak kerja dengannya. Tapi sampai siang ini, belum ada kabar apapun dari Jojo. Robert lalu mengetuk-ngetukkan buku jarinya dengan tak sabar di atas meja. Belum pernah Jojo selama ini saat disuruh mencari talent baru untuk Fashion Blast. Tepat ketika Robert mau melakukan menelepon, telepon genggamnya lalu berbunyi. Jojo.
"Halo?"
"Bos? Aku berhasil menemukan Snow. Tapi ada sedikit masalah."
"Ok, apa masalahnya?"
"Ada beberapa persyaratan khusus yang ia minta…"
Mata Robert menyipit tajam. Hmm, menarik…
....
Dalam waktu 1 jam, Jojo dan Snow sudah berada di dalam kantor Robert untuk membicarakan kesepakatan kontrak kerja mereka. Ketika Snow berada di dalam ruangan, auranya dan raut wajahnya tidak berubah sama sekali. Tetap datar dan tanpa ekspresi walaupun memancarkan aura kecantikan yang unik dan memukau. Satu lagi, kehadiran Snow, entah kenapa, membuat suhu ruangan terasa lebih dingin dari biasanya. Atau itu hanya perasaan Jojo saja?
Robert memandang pada kecantikan unik di hadapannya dengan tatapan mengejek. Persyaratan yang Snow ajukan dirasa sangat berlebihan dan dibuat-buat untuk pendatang baru tapi Robert punya caranya sendiri untuk masalah itu. Yang terpenting sekarang adalah "mainan baru" ini sudah berada di dalam genggaman tangannya dan bisa ia gunakan untuk menarik endorsement sebanyak-banyaknya untuk Fashion Blast.
"Permintaan jaminan kontrak dalam jumlah yang kau tawarkan akan kami penuhi."
Tanpa tedeng aling-aling, Robert lalu menuliskan sejumlah uang tertentu di atas selembar cek dan meletakkannya di atas meja supaya Snow dan Jojo bisa melihatnya dengan jelas.
"Berikutnya, permintaanmu untuk hanya tampil maksimal 18 kali dalam 1 bulan untuk kepentingan Fashion Blast dan ditambah hanya meminta kontrak sementara selama 6 bulan? Tidakkah itu sedikit berlebihan untuk seorang pendatang baru?" tanya Robert penuh selidik.
"Ia memiliki masalah kesehatan, Boss.." balas Jojo setenang mungkin sambil berusaha untuk menyembunyikan kepanikannya dari aura "pembunuh" yang dipancarkan Robert.
Anehnya, ekspresi wajah Snow tetap sama.
"Itu kondisiku… terserah Anda bisa menerimanya atau tidak…"
Robert tersenyum geli sambil geleng-geleng kepala dan mengankat kedua tangannya.
"Ok, baiklah…aku menyerah.."
Untuk sekarang ini.
Semenit berikutnya, mereka bertiga langsung menandatangani surat perjanjian dan kontrak kerja. Diakhiri dengan jabat tangan, keseluruhan proses itu selesai dengan sangat cepat. Tidak lebih dari
10 menit lalu Snow dan Jojo undur diri dari hadapan Robert.
Ruangan kantor itu kembali lengang, ketika Robert mendengar suara ketukan pelan dari arah ruangan rahasianya. Robert lalu menekan sebuah tombol dan lemari serta pintu ruangan langsung terbuka secara otomatis. Menampakkan tubuh sempurna Linfey yang sudah berpakaian lengkap dan siap meninggalkan ruangan kantornya.
"Jadi, ia sudah menandatangani kontraknya?"
Robert mengangguk.
Linfey lalu menyunggingkan senyum licik dan melengos keluar.
Pertarungan antara 2 top model di dalam Fashion Blast.
This… will be great!!