"Pertemuan adalah awal dari sebuah perkenalan "
---
Sekarang aku sudah kelas 9. Jarak rumahku dengan sekolah cukup dekat. Jadi tidak perlu untuk diantar jemput. Aku menyapa satpam rumahku lalu berjalan masuk kerumah. Mama yang mengetahui kedatanganku langsung memelukku dengan sisa tangisnya. Aku jadi bingung, ada apa ini sebenarnya?
"Ada apa ma?" Tanyaku
Papa yang berada dibelakang mama menatap kita berdua bungkam. Sedangkan mama masih menangis. Aku semakin tak mengerti.
Rumah sudah ramai orang yang berdatangan untuk turut berduka. Setelah aku tahu, oma yang menyayangiku, mengerti aku, menemaniku saat papa mama masih bekerja, menasehatiku, sekarang sudah pergi selama-lamanya. Salah satu orang yang paling aku cintai.
---
Setelah pemakamanya selesai. Aku sudah tak bisa menahan air mataku agar tidak keluar. Walaupun pelukan hangat mama berusaha menguatkan.
Dirumah aku menangis sejadi-jadinya tidak peduli tamu-tamu yang masih berkabung memandangiku. Mereka pasti mengerti perasaaanku.
Ada anak laki-laki yang terus memandangiku, sepertinya dia anak dari teman ibuku. Pandangannya berbeda dari yang lain. Tapi aku tak peduli siapa yang melihatku.
Ku hempaskan diriku di sofa dekat taman halaman belakang, kututupi wajahku dengan bantal.
Tiba-tiba sofa yang kududuki memantul pelan, saat kulihat anak laki-laki mungkin dia seumuranku dia duduk disampingku.
Aku menatapnya diam. Dia menatapku dengan tersenyum.
Senyum dan matanya mengingatkanku tentang laki-laki yang kutolong tadi ~Batinku dalam hati
"Hai, namaku Revan Alexi Aldrich, bisa di panggil Revan, Alexi, atau Aldrich terserah kamu mau panggil apa, hehehe" Katanya sambil mengulurkan tangan.
"A..aku, Ellena Berenice Frederick," Jawabku dengan ragu-ragu tapi akhirnya aku membalas uluran tangannya, sesekali sesegukan.
---
Dia revan, walaupun kami baru berkenalan tapi aku merasa nyaman dengannya. Setelah dia mau mendengar curhatanku, dia mencoba menghiburku dengan kepolosannya dan akhirnya kami tertawa.
"Eh, nangisnya udah reda." Ucap Revan nyengir.
"Hehehe"
"Teman." Revan mengangkat jari kelingkinya.

"Teman." Kataku seraya membalasnya sambil tersenyum.
---
"Sudah siap?" Tanyanya.
"Sudah, kita mau pergi kemana?." Jawabku.
"Kita akan pergi kekedai es krim, apakah kau suka?" Tanyanya untuk memastikan.
"Wahh, aku suka itu, ayok buruan." Jawabku dengan wajah berbinar dan antusias. Yah memang, aku sangat menyukai es krim.
Karena bagiku es krim bisa sejenak mendinginkan pikiran. Itu menurut pendapatku.
---
Perjalanan yang ditempuh hanya membutuhkan waktu bebarapa menit saja. Akhirnya kami sampai ketempat tujuan.
"Mau eskrim yang mana, El?" Tawarnya.
"Samain kayak kamu deh."
Dia memang selalu saja membuatku merasa terhibur. Walaupun kelas kami berbeda dia selalu menemaniku saat istirahat dan pulang sejak perkenalan pertama kami.
---