"Apakah ini yang namanya perasaan cinta? Atau hanya perasaan seorang sahabat?" Ellena berenice frederick.
---
Kadang beberapa hari dia tidak ada kabar pernah sekali aku tanyakan mengapa, ada apa jawabannya bukan apa-apa atau alasan lainnya yang membuatku untuk tidak bertanya lagi.
Aku bahagia saat bersamanya tapi saat dia tak ada kabar darinya aku malah sangat khawatir. Aku pikir itu perasaan seorang sahabat. Aku sudah mengenal kata cinta tapi aku tak mau buru-buru mencantumkan itu sebagai cinta. Tidak,ini mungkin memang hanya perasaan seorang sahabat.
Kami semakin akrab, jalan bersama, belajar bersama, bermain bersama, dan masih banyak lainnya. Jika saat-saat tidak ada dia disisiku, mau seramai apapun tetap terasa sepi, dia yang selalu menghiburku, membuatku tertawa, tersenyum. Aku suka itu.
Apakah ini perasaan itu? Lagi-lagi aku ngelantur. Segera aku hilangkan kemungkinan itu.
---
"Dia datang." Gumamku sambil melonjak antusias, saat kulihat dia datang kerumah dari kaca jendela. Seperti ada energi yang masuk ketubuhku berkali-kali lipat membuatku bersemangat untuk bersiap-siap karena dia akan mengajak jalan-jalan.
"Ayo Rev, udah siap nih."
"Ayo, aku naik sepeda," Katanya sambil beranjak dari sofa ruang tengah.
"Tumben, biasanya kalau gak naik mobil naik motor."
Revan terkekeh kecil menggaruk rambutnya yang tidak gatal, "Sekali- kali hemat bensin"
"Terserah kamu deh, aku mau ambil sepeda digarasi dulu."
"Eh, eh, eh, aku boncengin aja."
Blush, seketika pipiku memerah.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tuaku, kami keluar dengan aku mendahuluinya.
"Eh? Bukannya ini sepeda cewek, ya? Pink? OMG, kamu penyuka warna pink? Tanyaku sambil menepuk jidatku karena terkejut.
"Nggak, nggak!" Jawab Revan tegas.
"Ini sepeda pembantu dirumahku, namanya bi asih. Aku sih punya sepeda, tapi jarang kupakai jadi dijual deh sama papa, hehe." Aku hanya memutar mata.
Tujuan sekarang adalah kedai es krim langganan, Revan yang selalu mentraktirku.
---
"Habis ini kita mau kemana?" Tanyaku kepada Revan.
"Sekarang kamu tutup mata, sebelum aku suruh untuk lepasin jangan dilepas ikatan." Katanya sambil menutup mataku dengan kain hitam.
"Kita mau kemana sih? Jangan macam-macam !!" Ucapku sedikit galak.
"Tenanglah, aku tidak akan macam-macam, ikuti saja. Aku akan menunjukan suatu tempat yang sangat indah. Kau pasti suka." Jawabnya.
---
Dia menuntunku ke tempat tujuan dengan sangat hati-hati. Hanya membutuhkan waktu 5 menit saja untuk sampai ketempat tujuan.
"Sekarang kita sudah sampai, aku akan membukakan ikatanmu. Kau membuka matanya sambil pelan-pelan. Nikmati suasana yang ada disini" Kata Revan, sambil membuka ikatan dimataku.
"Indah sekali tempatnya, bagaimana kau bisa tau tempat indah seperti ini?" Tanyaku kepadanya.
"Bagaimana? Apakah kau suka tempatnya" Tanya Revan.
"Sangat suka" Jawabku, sambil menikmati suasana disini yang begitu indah.
"Duduk sana yuk" Perintahnya, sambil menuntunku ketempat yang ia maksud.
Benar-benar tempat yang luar biasa, dan dia sungguh sangat romantis. Aku tidak menyangka bahwa dia bisa seperti ini.
---