Chereads / The Heretic Chef : Exaworld Online / Chapter 27 - 27. Aku Seorang Koki

Chapter 27 - 27. Aku Seorang Koki

Mendengar apa yang Lucia katakan, Nier mengangguk lalu berkata.

"Benar, Remi adalah adikku dan juga dia yang mengajariku memasak."

"Ohh, seperti yang kuharapkan dari serigala yang kesepian." Lucia berkata dengan sedikit tertawa.

Nier tersenyum masam, dia tidak pernah berparty dengan orang lain dan jarang berkomunikasi sesama player.

'Apakah ini semua karena aku yang selalu mengurung diri di kamar?' Nier merasa sedikit buruk.

"Baik, berhentilah memasang wajah muram, aku akan pergi membunuh beberapa monster." Lucia berkata dan berjalan pergi.

Nier menangguk lalu membuat masakan seperti tadi hingga 12 jam penuh.

Karena besok orang tuanya pulang setidaknya dia harus mengumpulkan beberapa uang lagi, selama 12 jam Nier menghasilkan 102 daging dengan efek yang sama.

Ketika memasak Nier sangat bosan, dia hanya harus memasak selama 5 menit dan 25 menit sisanya hanya menunggu dagingnya masak.

'Adakah sesuatu yang bisa membuatku tidak bosan ketika memasak?' Nier mengeluh.

Kemudian dia logout dan mulai menghidupkan komputernya.

"Baiklah, karena aku sangat bosan tentang memasak ini kuharap bisa mendapatkan harga yang bagus." Rein berkata

Melihat efek dari buffnya itu setingkat dengan potion tingkat menengah, tetapi dengan 3 status berbeda.

Rein mendaftarkan 2 dagingnya dengan harga 5 koin emas lalu meninggalkan komputernya dan menuju kamar Remi.

Pintu kamarnya terbuka dan terlihat Remi sedang membaca bukunya, memang dia sudah melakukan ujiannya tetapi dari pada bersantai dia lebih suka membaca buku.

Jika diperhatikan ruangan Remi memiliki banyak buku di lemarinya, kamarnya begitu bersih dan banyak peralatan berwarna biru muda di berbagai sudut kamarnya.

"Remi" Rein memanggilnya.

Remi melirik lalu menghampiri kakaknya.

"Apakah kamu ingat janjiku hari ini?" Rein bertanya.

"Tentu, apa kamu ingin meminta maaf karena tidak mempunyai uang? Tidak apa apa, itu hanya candaan." Remi berkata dengan pelan.

"Tidak, seorang laki laki tidak boleh melanggar kata katanya." Rein berkata dengan tegas.

"Hoo, baiklah maka kita harus menunggu ibu dan ayah." Remi merasa tidak yakin, tetapi melihat ekspresi kakaknya dia mulai yakin.

"Baik" Rein kembali ke kamar lalu melihat itemnya.

Ternyata daging Rein terjual dalam sekejap setelah dia meninggalkan komputer.

"Hahaha, anak anakku datanglah kepada ayah." Rein memasukan 100 daging dengan harga 10 koin emas!.

'Hanya sultan bodoh yang membeli daging ini'

Rein menjualnya dalam satuan batch yang 1 batch berisi 10 potong daging dan itu berharga 100 koin emas!.

Ding!

Ding!

『 100 Emas Telah Diperoleh 』

『 100 Emas Telah Diperoleh 』

...

"Coughh.., sultan gila apakah mata mereka salah melihatnya?" Rein sedikit merinding dengan dunia orang kaya ini, menghabiskan 1.000 koin emas hanya dalam beberapa detik?

Rein langsung mengkonversikan koin emasnya ke uang tunai, total koin emas yang dikonversikan Rein berjumlah 1.800 koin emas yang diuangkan menjadi 18.000.000 rupiah.

'Andai saja aku membuka toko pasti akan lebih banyak yang membeli padaku' Nier menjadi kaya dalam beberapa menit dan merasa sedikit sombong.

"Kami pulang." Terdengar suara dari arah pintu, dan Rein langsung menyambut mereka.

* * *

Orang tua Rein telah kembali pulang dan setelah beberapa menit dia mengajak orangtuanya untuk makan di tempat kesukaan adiknya.

Wajah orang tua Rein tampak mengerut ketika mendengarkan permintaannya. Lalu Rein menjelaskan bahwa dia sendiri yang akan mentraktir mereka dan langsung memesan taksi.

Mereka berangkat dan menuju restoran yang dimaksud. Ayah dan ibunya terlihat canggung karena anaknya yang tiba tiba berubah.

Sesampainya di sana orang tua Rein bertanya sekali lagi.

"Rein, apakah kamu benar tentang semua itu?" Ayah bertanya.

Rein mengangguk lalu membawa mereka masuk ke dalam.

"Ayah, Ibu, dan Remi pesanlah makanan sesuka kalian dan jangan ditahan jika ingin meminta sesuatu." Rein tersenyum mengatakan itu, sudah sejak lama dia memimpikan saat ini.

Mereka melihat daftar menu dan terkejut dengan harga yang berubah.

"Rein disini harganya sudah meningkat sejak terakhir kali kita datang, apakah kita tidak menuju restoran lainnya?" Ibu berbicara dengan pelan.

Rein tetap menggelengkan kepalanya lalu mulai memesan dengan banyak. Bahkan jika tidak dihabiskan itu masih bisa dibawa pulang.

Remi dan Kedua orang tuanya terkejut, apa yang dipesan Rein setidaknya 5 makanan paling mahal disini.

"Tenanglah ayah, ibu, aku tidak berbohong tentang mendapatkan uang." Rein berkata.

Remi hanya melihat kakaknya dengan aneh, dia benar benar tidak menyangka kakaknya akan serius dengan janjinya.

"Kak, jangan bilang kamu membayarnya dengan cuci piring?" Remi sedikit bingung dengan semua ini.

"Hahaha, tenang Remi barusan aku mendapatkan banyak uang dari menjual item di dalam game." Rein berkata dengan bangga.

Ayah dan ibunya tidak menyangkanya sama sekali, uang dari game? Setidaknya makanan yang mereka pesan sudah mencapai harga 2 juta rupiah. Bagaimana bisa hanya bermain game dapat mendapatkan begitu banyak uang.

Rein menunjukkan uang yang didapatkannya lalu mereka mengangguk dengan cepat.

"Anakku memang luar biasa, kalau tidak salah kamu baru memainkannya bulan lalu bukan?." Ayah Rein berkata dengan semangat.

Rein mengangguk dengan senyum di wajahnya.

"Hahaha, bahkan aku yang sudah 4 bulan bermain belum bisa mendapatkan uang yang begitu banyak." Ayah Rein berkata lagi.

"Apa!?" Rein, Remi, dan Ibunya berteriak bersamaan.

"Kenapa kamu tidak memberi tahuku kalau bermain juga?" Ibu bertanya pada ayahnya.

Remi terlihat bingung, kenapa semua keluarganya memainkan game?

"Ibu juga bermain?." Rein bertanya.

"Iya, aku diberikan peralatan itu 3 bulan yang lalu dari atasanku, dan aku seorang mage berlevel 87." Ibunya menjawab dengan tenang.

"Apa?, kenapa semuanya memainkan game dan hanya aku yang tidak?" Remi bertanya dengan suara yang sedih.

"Kukira kamu membenci game." Rein menjawab Remi yang merasa sedih.

Remi tetap diam dan sepertinya mulai memikirkan sesuatu.

"Kakak, belikan aku peralatan game itu, aku juga ingin memainkannya!" Remi berkata pada Rein.

"Ohh, baiklah tetapi uangku tidak cukup saat ini, mungkin nanti yah." Rein berkata.

"Oke, kamu harus menepati perkataanmu sebagai pria." Remi membalas kata kata Rein yang sempat diucapkannya tadi.

Rein hanya tersenyum, 20 juta sudah merupakan hal yang mudah baginya.

Hanya memasak selama 1 hari dia sudah bisa membelikannya.

"Ngomong ngomong ayah, apa job dan levelmu?" Ibu bertanya karena dia juga baru tahu tentang itu.

"Aku hanya seorang Knight berlevel 121." Ayah menjawab dengan menggosokkan hidungnya.

"Tch, sepertinya kamu harus membantu keluarga kami untuk leveling, iya kan sayang?" Ibu Rein menggoda ayahnya.

Suasana terasa begitu nyaman, Remi yang berada disana menanyakan semua informasi tentang game itu karena dia tidak ingin ketinggalan oleh keluarganya.

"Rein, beritahu kami tentangmu, mungkinkah kamu mempunyai job spesial?" Ayahnya bertanya dan tampak begitu tertarik, begitu juga wajah ibunya.

Rein merasa ragu untuk menjawabnya lalu akhirnya mengatakannya dengan menggosok bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Aku seorang koki."