Chereads / Perjalanan Yama / Chapter 1 - Yama dan Roh Beladiri

Perjalanan Yama

🇮🇩MineVita
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 15.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Yama dan Roh Beladiri

Daratan Langit, tempat dimana hukum rimba berlaku di setiap sisi. Tempat dimana yang kuat berkuasa atas yang lemah. Di seluruh penjuru, tak terhitung berapa banyak kultivator bertebaran. Namun di antara banyaknya orang yang mengejar atau mengabdikan diri, hanya orang yang ditakdirkan akan berdiri di puncak dan memandang ke bawah. Legenda mengatakan, ada makhluk kuat yang berdiri di atas dunia ini. Bahkan para dewa tidak sanggup menghadapinya. Kekuatannya telah mengguncang langit, membuat resah para dewa. Sosok ini disebut Asura, sang pembantai. Dimanapun dia berada, bau darah dan aura kematian akan membumbung ke langit. Legenda menyebutkan bahwa demi membunuh Asura dan menjaga dunia ini, sembilan dewa terkuat dalam legenda bersatu. Sejak saat itu, sembilan dewa menghilang bersama dengan Asura. Konon katanya, Asura berhasil membunuh para dewa tersebut dan menyerap segala esensi yang ada. Keserakahan membutakan matanya. Setelah menyerap sembilan esensi dewa tanpa menyisakan setetespun, tubuh Asura yang terluka akibat pertarungan menerima terlalu banyak energi hingga tubuhnya meledak.

"Asura benar-benar hebat. Aku ingin menjadi Asura!" anak laki-laki berumur 5 tahun berseru dengan semangat. Kepalan tangan mungilnya meninju udara. Matanya berbinar seolah beribu bintang berkelip di langit malam. Bocah itu baru selesai membaca sebuah gulungan dari kulit binatang.

"Menjadi Asura? Mengapa tidak menjadi dewa?" tanya lelaki tua berjanggut putih yang berjalan masuk. Tubuhnya sedikit bungkuk, dia memegang tongkat yang terbuat dari kayu berbentuk aneh untuk menopang tubuhnya.

"Kakek buyut!" anak kecil itu berlari kecil mendekati pria tua itu. Keceriaan memancar dari senyuman anak itu. "Tidak, Dewa memang kuat tetapi Asura lebih luar biasa." Mendengar jawaban cucu kecilnya itu, pria tua itu menampilkan senyuman aneh. Seperti ada yang janggal dari senyum itu.

"Yama, umurmu baru menginjak 5 tahun. Masih terlalu dini untukmu memilih jalanmu. Setelah upacara membangkitan roh beladiri, kita akan membahas hal ini." suara pria tua yang dipanggil kakek buyut itu terdengar serak. Anak yang bernama Yama itu mengangguk patuh.

Yama, anak kecil berumur 5 tahun. Walau masih sangat muda, anak ini memiliki pembawaan serta aura yang tidak biasa. Bisa dikatakan bahwa anak ini diberkahi oleh langit. Dia memiliki bakat yang luar biasa. Sebenarnya Yama ditemukan oleh lelaki tua itu 5 tahun yang lalu, anak malang itu mengapung dengan suara tangis nyaring di atas bunga teratai berwarna hitam. Teratai itu bukan teratai biasa melainkan senjata roh tipe pertahanan. Hingga saat ini, teratai itu menjadi tempat tidur Yama.

Di daratan Langit, anak-anak berusia di atas 5 tahun akan membangkitkan roh beladirinya. Roh beladiri akan menentukan sejauh mana anak itu akan melangkah di masa depan. Semakin tinggi tingkatannya maka semakin luar biasa bakatnya. Biasanya saat upacara pembangkitan roh akan dilakukan secara besar-besaran. Pada saat itu, banyak orang penting yang akan hadir untuk menyaksikan bakat luar biasa lahir. Namun Yama berbeda, kakek buyutnya akan melakukan upacara pembangkitan sendiri. Sejauh yang Yama tahu, kakek buyutnya adalah orang yang luar biasa. Kekuatannya tidak dapat diukur dengan tingkatan beladiri. Setelah membaca begitu banyak buku mengeni seni beladiri, Yama memutuskan sendiri bahwa kakek buyutnya adalah orang yang sudah mencapai Tanah Dewa.

Tanah Dewa adalah tempat luar biasa didunia ini. Disana para ahli hebat berkeliaran seperti orang biasa. Tempat itu merupakan tujuan para kultivator dari berbagai penjuru dunia. Namun tempat itu bukanlah tempat yang mudah dikunjungi. Tidak ada yang tahu pasti kapan gerbang menuju Tanah Dewa akan dibuka. Tetapi saat gerbang itu menunjukkan tanda-tanda akan terbuka, berbagai sekte ataupun dinasti kerajaan akan memperebutkan hak masuk karena jumlah kultivator yang dapat masuk dibatasi hingga jumlah tertentu. Tanah Dewa dapat dikatakan surga bagi para kultivator. Energi spiritual di sana ratusan kali lipat lebih tebal dari tempat biasa. Biasanya setelah keluar dari Tanah Dewa, kekuatan seseorang akan berlipat ganda. Hal itulah yang menarik minat orang banyak.

"Kakek buyut, apa aku boleh pergi kedunia luar setelah membangkitkan roh beladiriku?" tanya Yama dengan penasaran. Wajahnya menunjukkan keseriusannya. Lelaki tua itu mengangguk tanpa suara, namun wajahnya dipenuhi senyum. Wajah anak itu berseri secara berlebihan, sedikit memerah karena semangat. Dia sudah tinggal di tempat ini sejak kecil. Bagaimana dunia luar itu? Dia hanya mengetahuinya dari ribuan buku yang dia baca sejak pertama kali belajar membaca. Membaca adalah hobinya.

"Tetapi aku tidak akan menemanimu. Bagaimana nantinya, itu terserah padamu. Yang bisa aku katakan saat ini bahwa dunia ini kejam. Hukum rimba berlaku, memakan atau dimakan, membunuh atau dibunuh. Kau masih kecil, terlalu polos dan mudah ditipu. Ingat, jangan mempercayai orang lain. Percayalah hanya pada dirimu sendiri." kata pria itu sambil mengelus rambut Yama yang terasa lebih lembut dari sutra.

"Lalu, apakah Yama juga tidak boleh percaya pada kakek buyut?" Matanya berkedip penasaran, terlihat seperti mata kucing yang menemukan hal menarik.

"Kau bisa percaya atau tidak. Tapi yakinlah, diluar sana tidak ada orang yang lebih tulus dari pada kakek buyutmu ini. Hahahaha." suara tawa yang terdengar serak terdengar. Wajah keriput itu memancarkan aura yang unik namun agak lemah.

Seminggu kemudian, Yama berlarian di lantai kayu. Kaki kecilnya menapak dengan penuh semangat. Baju sutra halus berwarna ungu membungkus tubuh mungilnya. Hari ini dia akan membangkitkan roh beladirinya. Di sebuah altar dengan lantai marmer, terdapat formasi sihir yang memancarkan aura yang sangat kuno. Lelaki tua yang bungkuk tengah duduk sambil melantunkan mantra. Tubuhnya terlihat sangat rapuh dan aura kehidupannya tampak redup seakan bisa padam kapan saja. Wajahnya pucat namun kegembiraan memancar di matanya.

Saat melihat Yama berlari mendekatinya, senyum yang terlihat janggal itu terukir di wajahnya. Yama kecil mendekat lalu melihat kakek buyutnya mengintruksikan padanya untuk masuk ketengah lingkaran sihir. Yama masuk dengan patuh. Lantunan mantra terdengar pelan dan serak namun masih terdengar jelas di telinga Yama. Beberapa saat kemudian mantra selesai dibaca.

"Cobalah untuk merasakan energi disekelilingmu."

Yama menutup matanya. Dia duduk bersilah dengan tenang. Energi samar mulai dapat dirasakannya, namun anak itu belum berhasil mengeluarkan roh kehidupnnya. Dia sudah melakukan ini sejak 2 tahun yang lalu. Namun hari ini berbeda, ada mantra sihir yang mengelilinginya. Dia dapat merasakan energi tak terbatas mulai memasuki tubuhnya. Formasi sihir memancarkan cahaya keemasan. Aura Yama memancar keluar, aura itu berat dan dipenuhi dengan keganasan seolah bisa membunuh siapapun hanya dengan aura tersebut. Auranya berwarna ungu gelap, tampak mengintimidasi.

Dibelakang tubuh anak itu muncul bayangan samar yang semakin lama semakin tampak. Energi di tempat itu seperti akan tersedot habis kapan saja. Seekor ular berkepala sembilan membuka mulutnya dengan ganas menyedot energi spiritual. Mata mereka terlihat tajam. Kakek buyut yang melihat ular tersebut terlihat sangat gembira. Wajahnya yang pucat penuh dengan kebahagiaan. Itu adalah roh beladiri Yama. Anak.kecil itu membuka mata perlahan, dia melihat ular berkepala sembilan mengambang di belakangnya. Matanya berbinar dengan kilau indah.

Roh beladiri dibagi beberapa tingkat dari satu sampai sepuluh. Masih ada tingkat di atas itu namun jarang ditemukan. Ada juga tingkat legenda dimana roh beladiri memiliki kekuatan tak terukur, namun itu hanya ada dalam legenda. Lelaki tua itu sudah membaca banyak buku tentang roh beladiri namun tidak ada penjelasan tentang roh ini. Walaupun begitu, mengingat aura yang dipancarkan sangat kuat saat pertama kali muncul dapat dikatakan bahwa roh ini jauh dari kata biasa. Oleh karena itu matanya berbinar.

"Kakek buyut, roh beladiriku ini terlihat aneh. Apa mereka benar-benar ular?" Yama sangat gembira hingga dia menatap setiap inci roh miliknya itu dan dia menemukan keanehan. Walaupun terlihat seperti ular, namun entah mengapa dia merasa bahwa ini bukanlah ular.

"Apapun itu, ini sangat luar biasa. Aku belum pernah melihat roh semacam ini sebelumnya."

"Kakek buyut tidak tahu? Lalu metode kultivasi apa yang harus ku pilih?"

"Metode kultivasi harus sesuai dengan roh beladiri. Oleh karena itu biasanya setiap roh beladiri akan membawa metode kultivasi khusus. Biasanya akan muncul bersamaan dengan roh itu sendiri. Tapi mengingat kondisimu yang unik, mungkin akan membutuhkan waktu lebih lama. Tetaplah disini dan terhubung dengan rohmu. Jangan berhenti sampai metode kultivasimu didapatkan." Kakek buyut lalu berjalan pelan meninggalkan Yama yang masih berdiri di dalam lingkaran formasi. Setelah lelaki tua bertubuh bungkuk itu menghilang dari pandangannya, dia menoleh kebelakang lagi. Ular berkepala sembilan itu berputar-putar hingga membentuk tubuhnya seperti gulungan dengan sisi tengah yang kosong. Yama melompat dan duduk dibagian kosong tersebut, terasa nyaman seolah ular ini sengaja menyediakan tempat khusus untuknya menyerap energi spiritual.

Waktu berlalu, tidak tahu berapa banyak energi yang sudah diserapnya. Untungnya tempat tinggalnya berada di lembah terpencil yang dikelilingi pegunungan, banyaknya energi roh di tempat ini membuat berbagai tanaman serta binatang roh yang langkah ada di mana-mana. Namun saat ini energi spiritual di tempat itu perlahan menipis. Tiba-tiba bumi sedikit bergetar, suara guntur bersahutan serta petir sebesar lengan menyambar turun. Sembilan kepala ular meraung ke arah langit seolah sedang menentang langit itu sendiri.

Yama merasakan darah ditubuhnya bergejolak. Tubuhnya terasa seperti dibawa paksa menembus dimensi lalu tersentak pelan. Dia membuka mata perlahan. Tempatnya berada saat ini terasa asing, kesuraman serta kesedihan menyerang batinnya. Dia merasa kesepian menghantam jiwanya. Entah mengapa, dia merasa seolah-olah ada banyak hal merasuki dirinya. Cahaya ungu samar membentuk bayangan tubuh dan berdiri di depannya. Bayangan itu mengitari tubuhnya beberapa kali sebelum terbang menusuk bagian antara alisnya. Pikirannya terguncang, berbagai hal memaksa masuk ke dalam otaknya dan mengacaukan susunan ingatannya. Setelah beberapa saat, semuanya perlahan kembali seperti semua. Dia mendapatkan ingatan baru. Menyusuri pikirannya, matanya tiba-tiba berkedip bingung.

"I-ini...." dia terbata karena kaget.