Pukul 12 siang.
Hujan turun deras di luar. Suara petir terdengar susul menyusul, angin kencang berkesiur.
Udara terasa lembab dan dingin. Langit mulai gelap dan semakin gelap.
Tak ada sinar dari matahari, awan benar benar membenci matahari saat ini.
Kali ini matahari tidak bisa berteriak, "Akulah sang raja siang".
Namun itu tidak menyurutkan suasana, suara lantang dan amarahnya mengalahkan suara petir yang ada di luar.
Kelas menjadi hening seketika, menyisakan suara hujan deras yang berada di luar kelas.
Aku hanya bisa diam dan melihat begitu banyak angka angka di sekeliling Pak Hasan, salah satu guru biologyku yang paling tegas dan berumur 60 tahun.
Merasakan dinginnya suasana karna amukan dan derasnya hujan.
Kombinasi yang sangat luar biasa, perhitungan antara dinginnya suhu di luar ruangan dan kecepatan rata rata yang di hasilkan oleh titisan air hujan dan kecepatan yang di hasilkan oleh cahaya petir yang terus menerus mengganggu.
Semuanya terdiam. Benar benar diam dan menyisakan suara derasnya hujan dan petir yang menyambar.
Terus ku berpikir berulang kali Mau sampai kapan pak tua ini akan berhenti mengoceh? Hei, lihat saja ini sudah pukul 12 siang! Amukan ini sudah di mulai sejak pukul 9 pagi!.. bapak tua ini benar benar tidak tahu waktu ya?.
"ALI!!!", teriaknya dengan suara yang keras.
Aku tersentak kaget karena nama ku terpanggil dengan suara yang hampir memecahkan gendang telingaku.
Hei, siapa yang tidak kaget kalau tiba tiba nama kalian terpanggil dengan nada yang hampir membuat telinga kalian sakit?.
Aku hanya bisa terdiam dan mendengar ocehannya saat namaku terpanggil, memangnya apalagi selain itu?.
"Kau selalu saja tidak pernah serius pada tes ulangan mu Ali!! Tidak bisakah kamu serius sedikit dalam menjawab soal soal ini?.. apa yang salah dipikiranmu??"
Apa yang salah dalam pikiranku katanya?.. tidak! Tidak ada yang salah dengan pikiranku!.
Hanya saja soal soal di kertas itu lebih menyebalkan dari pada angka angka yang ku lihat saat ini!. Ingin saja aku teriak kepadanya dan mengatakan yang sebenarnya.
Namun tentu saja aku buang pemikiran itu jauh jauh, kalau saja aku melakukannya ... bisa pecah gendang telingaku karena amukannya.
Sejujurnya aku sangat membenci biology. Karena itu aku tidak pernah serius dengan biology.
Heh? Memang apa faedahnya menghafalkan semua sistem sistem pada tumbuhan maupun hewan? Atau jenis jenis jamur? Menghafalkan sel sel tumbuhan, hewan, dan manusia?.
Maaf saja jika kalian suka biology. Bukan berarti aku menghina pelajaran biology.
CTTAAARRRR!!!!...
Sedetik setelah aku mengoceh di dalam hati, pandanganku berubah menjadi semakin banyak angka dan perhitungan yang rumit.
Hell, here we go again!, kepalaku semakin banyak di penuhi oleh angka aneh yang di penuhi oleh perhitungan yang akurat.
Bagaimana tidak? Suara petir itu berteriak kencang. Secara otomatis kepalaku menghitung semua kecepatan suara dan kilatan petir.
Suara petir dan kilat cahaya menyambar keras di depan jendela kelasku, datang dengan tidak damai.
Seolah olah ia marah dan murka akan suatu hal, padahal sebelumnya, suasana di luar sudah lumayan membaik, tapi sekarang sudah berubah menjadi sangat mencekam.
Aku melihat semua murid takjub kaget dan takut karena kilatan besar dan suara yang menggelegar seisi ruangan.
Semuanya terdiam termasuk Pak hasan. Pak tua itu akhirnya berhenti mengoceh.
Well, wajar saja mereka kaget. Dengan kecepatan 150.000 km/detik dengan ketebalan 6cm kilatan di luar membuat semuanya panik. Itu sebuah petir raksasa.
Semuanya melihat ke arah jendela, melihat apa yang sedang terjadi. Well, aku berharap tiang listrik di depan sekolah tidak ambruk ke bangunan sekolah.
1 menit setelah aku berpikir seperti itu, listrik padam di seluruh sekolah. Hal itu membuat semua murid menjadi panik dan gelisah. Kelas menjadi ramai, bukan hal yang tidak wajar kalau para murid ramai. Apalagi para cewek yang takut kegelapan.
Aku hanya terdiam biasa. Melihat angka angka yang berhamburan di pandanganku.
Menyebalkan!.
Aku sudah terbiasa dengan ini semua, namun tetap saja ini sangat menggangguku.
Ingin rasanya ku berteriak dan berkata Hei diam! Namun tanpa ku berteriak seperti itu.. ada orang lain yang mewakiliku.
"HEI, Semuanya diam!!. Dalam keadaan seperti ini seharusnya kita tenang! Bukannya rusuh atau teriak teriak. Di luar sudah berisik karena hujan deras! Jangan lagi membuat semuanya semakin rusuh... ini hanya mati lampu biasa.. bukannya hari kiamat.", kata laki laki itu dengan suara yang lantang.
Semuanya kembali terdiam. Pak Hasan pun tak bisa berkata apa apa lagi. Kurasa dia kelelahan mengomeli kita selama 3 jam. Energinya pasti terkuras banyak sampai sampai tak bisa mengendalikan kerusuhan ini.
"Sepertinya penyebab padamnya listrik karena kilatan raksasa tadi... bukankah begitu Al?", kata Yuhan. Salah satu sahabatku yang tahu tentang penglihatanku.
Aku terkekeh kecil mendengar kalimatnya dan berkata "Hei, 100 poin untukmu dude..".
"Hei, apa kau tidak merasa aneh dengan kilatan tadi?..", tanya Yuhan sambil merapikan seragamnya dan mengubah posisi duduknya.
"Apa? Kau melihat sesuatu yang janggal?..", tanyaku sambil mengangkat salah satu alis kiri ku.
"Tidak. Hanya saja, aneh. Setelah petir itu mengamuk kencang. Aku merasa suhu disini semakin dingin. Apa kau merasakan perubahannya? Setidaknya angka yang ada di kepalamu..", wajahnya berubah serius.
"Well, entahlah. Angka di kepalaku tidak menunjukan perubahan. Mungkin indra ke-5 mu bermasalah.. hahaha", jawabku terkekeh.
Sedetik setelah aku terkekeh, kemudian seluruh kelas menjadi sangat terang. Menandakan bahwa listrik telah kembali seperti sebelumnya.
Semua murid menjadi tenang. Dan bersyukur karena listrik kembali normal.
------------°•○●■●■●■●■●■●○•°----------
●Pukul 5 sore.
Aku menyusuri jalanan yang penuh banyak dedaunan yang mengapung di atas genangan air, ku ambil handphone ku yang di sambungkan oleh headset.
Aku bersenandung kecil mengikuti alunan musik yang ku putar. Kulihat banyak genangan air di atas jalanan.
Awan mulai gelap. Matahari benar benar tak terlihat hari ini. Langit benar benar membenci matahari hari ini.
Ku angkat tangan kiriku, menempel sebuah jam berwarna hitam menampilkan waktu sudah pukul 17.12.
Aku mulai berjalan cepat, berharap sampai rumah tidak terlalu gelap. Jarak antara rumah dengan sekolah tidak terlalu jauh. Karena itu aku lebih memilih berjalan kaki dari pada naik sepeda.
Sedikit ku keraskan suara musik yang ku putar Safe and Sound - Me vs Gravity.
Entah kenapa pikiranku selalu tenang saat aku mendengarkan lagu ini. Begitu aman, tentram dan aku bisa menenangkan pikiranku dengan lagu ini.
------------°•○●○•°•○●○•°•○●----------
"Aku pulang.." Haaahh, benar benar hari yang melelahkan.
"Selamat datang, bagaimana sekolah?. Wajahmu selalu kusut. Kali ini Ada apa?", tanya bibi yang sedang menonton televisi di ruang tengah.
"Tidak ada yang menarik. Itu saja", jawabku singkat sambil berjalan menaiki anak tangga dan menuju ke atas, menuju kamarku.
Perlu kau tahu saja, aku tinggal berdua dengan bibiku sejak aku berumur 8 tahun. Ayah ku meninggal saat aku berumur 6 tahun, karena kecelakaan tubrukan antar kereta api. Sedangkan mamaku, dia ke luar negeri. Dia seorang ilmuwan yang bekerja sama dengan NASA.
Klek!
Ku buka pintu kamarku dan ku tutup kembali dengan menguncinya.
Ku rebahkan badan ke atas kasur. Lelah dengan semua hal yang terjadi hari ini. Mendengarkan ocehan pak Hasan selama berjam jam, di teriaki petir yang mengamuk, kekacauan kelas karena listrik padam.
Haaahh...
Benar benar memuakkan!.
Tanpa ku sadari.. semua menjadi gelap, gelap, dan gelap. Aku tertidur pulas di atas kasurku. Benar benar nyaman.
23:55
23:56
23:57
23:58
23:59
00:00
Aku tak sengaja terbangun, melihat begitu terangnya bulan malam ini. Sangat terang. Benar benar terang. Bagaikan permata Blue shafira di gelapnya langit malam.
Lantas aku tertidur kembali. Entah kenapa rasanya sinar bulan itu seperti membuatku ingin tidur.
Sebelum aku menutup mataku 100%, aku tak sengaja melihat siluet terbang melewati jendelaku. Sempat ku berpikir itu adalah Santa claus dan kereta rusa nya.
Namun tentu saja tidak.
.
Sedetik siluet itu menghilang, aku mendengar bisikan dari udara.. seperti memanggil namaku.
Seperti..
"Semoga mimpi indah Ali.."
-▪¤Time Dilation¤▪-
°•○ Bersambung ○•°