"Siapa?" tanya Zio dengan wajah yang heran.
"Entahlah mungkin kak Alden," jawab Alea.
"Apa mereka mau pulang malam ini?" tanya Zio dengan kening yang mengerut.
"He he he takut mereka pulang ya?" Alea tersenyum kecil.
"Iya, karena aku pasti akan di usir," lirih Zio dengan wajah yang terlihat sedih.
"Bentar ya aku lihat dulu siapa yang menelepon." Alea tersenyum lalu mengambil ponselnya.
Terlihat yang menelepon itu ternyata bukan kak Alden bukan juga papi Alexis.
"Siapa?" tanya Zio.
"Teman," jawab Alea.
"Teman?" Zio seolah heran.
"Iya," jawab Alea dengan wajah pucat. Seolah gadis itu sangat takut kalau Zio marah kepadanya.
"Teman ko menelepon malam-malam begini?" tanya Zio heran.
"Entahlah?"
"Terima saja," kata Zio.
Sebenarnya Zio tidak suka dengan gangguan mahluk luar seperti yang namanya teman itu.
Karena kebersamaan mereka berdua memang sangat berarti setiap detiknya.
Namun bagaimana lagi toh dia tidak bisa menahan Alea untuk menjauhi temannya.