Kini dua insan itu saling beradu pandang, dua bola mata redup dengan bulu mata yang lentik itu sudah berani membalas tatapan elang sang lelaki.
"Matamu indah sekali," ungkap Zio sambil mengelus lembut rambut Alea yang sehalus sutra.
"Benarkah?" Alea tersenyum kecil.
"Tentu saja itu benar, kamu tahu tidak?" tanya Zio.
"Apa itu?" jawabnya.
"Banyak sekali mata yang indah dan cantik di dunia ini, tetapi sayangnya di mataku hanya matamu yang terindah," ungkap Zio sambil mencium rambut Alea dan mengisap bau rambut tersebut yang semerbak mawar.
"Tidak perlu berkata dusta, hanya demi untuk menyenangkan aku," tolak Alea.
"Siapa yang berdusta, semua itu sungguh nyata, dan yang tercantik di mataku hanya kamu seorang, Sayang … Aleaku."