"Itu dia, orang brengsek," kata Zio dengan wajah serak penuh dengan amarah.
"Dia datang untuk menemui Asya," tukas Tito.
"Jelas saja, tetapi—" ucapan Zio terhenti.
"Tetapi apa?" Tito menyipitkan matanya sambil menatap ke arah sang sahabat.
"Tetapi incarannya bukan Asya, tapi aku," seru Zio dengan nada rendah dan tangan yang mengepal.
"Apa maksud kamu?" Tito semakin tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Zio.
"Dia sengaja ingin mengambil orang yang aku sayangi," tukas Zio sambil tidak henti menatap orang tersebut.
Siapa lagi kalau bukan Reyvan, pemuda yang selalu saja tidak mau kalah dari Zio dan selalu saja menggangu hidup Zio.
"Asya, kan?" Tito menatap Zio.
"Bukan cuma Asya," jawab Zio.
"Hah, lantas siapa lagi?" tanya Tito merasa sangat penasaran.
"Kak Zia," jawab Zio dengan nada yang rendah.
"Kak Kezia?" Tito membulatkan matanya.