Chereads / I LOVE MY BROTHER - BOYXBOY / Chapter 19 - Dan Terjadilah

Chapter 19 - Dan Terjadilah

---

Detik itu juga ekspresi bingung Vino tidak bisa di pungkiri dari wajahnya. Dia Diam tidak bisa mengatakan apapun pada waktu Bryant bertanya sambil mendekat ke arahnya.

"Vin?" ucap Bryant sambil lebih dekat ke arah Vino berdiri kaku di depan pintu kamarnya.

Vino hanya bisa menunduk sambil berpikir keras, kira-kira apa yang akan dia katakan kepada Bryant. Karena kalau keadaan seperti ini yang paling tidak di sukai oleh Vino. Karena lagi-lagi dia tidak bisa berbuat apa-apa pada saat' ada seseorang yang membuatnya lemah tak berdaya.

"Vin? Kamu gak papa?" tanya Bryant sembari berusaha melihat apa yang sebenarnya sedang di pandangi oleh Vino.

"Ah ada Apa Bryant?" tanya Vino kaget, seolah-olah dia tidak dengar apa yang di katakan oleh Bryant.

Tidak tinggal diam disitu saja, melainkan Vino langsung berdiri tegap dan berjalan ke arah Bryant.

Bryant yang tadinya hendak mendekati Vino dia langsing berhenti pada saat melihat Vino berjalan ke arahnya. Sekarang bukan Bryant yang maju, melainkan Vino dan justru sekarang Bryant lah yang berjalan mundur dengan perlahan pada saat melihat Vino berjalan ke arahnya dengan tatapan yang menusuk. Seperti ada maksud tersembunyi dari tatapan Vino.

"Ehem Mas udah siap loh ayo buruan makan, keburu dingin!" seru Bi Inah yang berhasil mengagetkan mereka berdua.

Detik yang sama Vino dan juga Bryant langsung menggaruk kepala bagian belakang secara bersamaan. Entah apa maksud mereka berdua, mungkin karena malu saling tatap dan saling gak jelas jadinya begitu.

"Ah iya Bi!" ujar Vino sambil berjalan bersama dengan Bryant menuju ke ruang makan.

Bisa di bilang sekarang adalah masa-masa yang sangat lucu sekali bagi mereka berdua, karena bagaimana tidak... Mereka jalan saja sambil lihat dan saling lirik gak jelas gitu.

Brakkk

"Awhh!"

Hingga akhirnya kakinya Bryant yang berhasil mencium kaki kursi duluan.

"Eh kenapa?"

"Gak papa kok, tenang aja!" seru Bryant memberikan senyuman palsunya itu menahan sakit yang mulai menjalar di kaki kanannya.

Sambil nyengir sana sini, Bryant dan Vino akhirnya duduk berhadap-hadapan di ruang makan yang di isi hanya mereka berdua saja.

Karena sangat tidak mungkin Tristan ikut makan malam dengan kondisi yang saat ini. Ya bisa di bilang masih tak berbusana.

"Mas mau minum apa?" tanya bi Inah yang berhasil membuat kaget Vino kembali.

"Aduh, bi bikin kaget aja!" seru Vino sambil mengelus dadanya.

"Tumben sih mas kok jadi kagetan gini,  bibi bisa itung loh sampe an... Air putih dingin aja ya? Atau hangat?" jelas bi Inah.

"Anget aja bi, tenggorokan lagi gak bersahabat!" ujar Vino sambil mengambil nasi hangat di depannya.

"Sahabatan sama siapa mas?" tanya Bi Inah bingung.

"Bi Inah???" detik itu juga Vino langsung memberikan sebuah Isyarat yang mengatakan "Aduh bi, ngapain sih... Nggak waktunya deh!"

Dengan cepat bi Inah langsung memberikan senyuman lebar yang tandanya bi Inah tahu kode yang di berikan oleh Vino.

Sedangkan Bryant hanya bisa menyaksikan mereka berdua sambil menahan ketawanya.

"Kenapa gitu?" seru Vino secara langsung pada saat mengetahui bahwa ekspresi Bryant yang gak jelas itu.

"Ahh nothing!" jawabnya sambil terkekeh.

"Ya udah gih ayo makan, terus biar kamu segera pulang!" ceplos Vino tanpa pikirnya langsung membuat Bryant kaget.

Astaga ini anak kenapa berubah menjadi galak banget ya. Batin Bryant sambil mengunyah makanan yang sedang di santapnya sekarang.

Tapi gak papa, galak-galak tetap imut dan manis kok. Tambahnya sambil memandangi Vino dengan dalam...

Aduh gimana sih kok lama-lama perasaanku semakin gak jelas sama si satu anak bule ini. Aku gak tahu bagaimana menjelaskan perasaan aneh ini karena aku benar-benar di buat bingung akan nya setiap dia ada di dekatku... Selalu rasa itu muncul, rasa yang sulit untuk aku jelaskan sampai saat ini.

Aku terdiam dari mengunyah makananku dan kemudian aku berpaling ke arah pintu kamarku yang tertutup... Apa yang sebenarnya aku rasakan sekarang kak Tristan? Apakah kakak bisa bantu aku? Aku hanya bisa ngeluh ke pintu ketutup yang pastinya gak bakalan ada jawabannya, kecuali aku bertanya secara langsung dengan kak Tristan.

"Vin, kenapa?"

Aku terkejut hingga menjatuhkan sendok yang aku pegang, pada saat Bryant tiba-tiba bertanya padaku.

Dan dengan cepat aku langsung mengambil sendok yang terjatuh di lantai itu.

Namun ada sesuatu hal yang beda, aku merasakan ada sebuah genggaman halus dan hangat berada di atas jemariku, pada saat aku mengambil sendok itu.

Ku pandangi kulitnya yang putih mulus itu menggenggam tangan kecilku. Dan sialnya rasa itu muncul lagi saat ini, rasa yang tiba-tiba menyebar ke seluruh tubuhku... Bagaikan racun yang amat cepat menjalar sehingga membuat dadaku berpacu semakin lama semakin cepat.

Perlahan aku mengangkat wajahku untuk melihat dia yang sekarang berada di hadapanku itu. Aku melihat lurus dan urut dari tangannya menuju lengannya hingga sekarang mata kami terkunci.

Aku melihatnya sekarang, melihatnya dengan sangat dekat... Dia berada di hadapanku sekarang, dan aku bisa melihat matanya yang berwarna biru seperti laut yang membentang luas di bola matanya. Aku bisa melihat dengan jelas pula, bibirnya yang berwarna merah itu, sangat tipis dan hidungnya yang begitu mancung membuatku semakin tidak bisa mengontrol diriku sekarang.

Ada apa denganku?

Mengapa aku begitu lemah di hadapannya?

Apakah dia menggunakan sihir kepadaku?

Ada apa ini? Mengapa ini bisa terjadi saat ini?

Dan dengan sangat jelas, aku tidak bisa berkutik sedikitpun...

Inginku berucap namun rasanya lidahku kelu akan rasa yang tidak bisa kunjung padam menjalar di tubuhku ini.

Aku bisa merasakan nafasnya di depan wajahku sekarang, hangat...

Aku juga bisa merasakan bahwa aku tiba-tiba terdorong dengan sendirinya untuk memajukan wajahku supaya agar lebih dekat dengannya.

Aku tidak meminta untuk lebih dekat dengannya, namun mengapa seolah aku terhipnotis, sehingga tubuhku berjalan dengan sendirinya.

Wajahnya juga semakin dekat mendekat ke arahku.

Apa yang harus aku lakukan sekarang, serasa semua di sekelilingku mulai memudar dengan lambat pada saat hidung kami berdua sudah bersentuhan. Detak jantung yang semakin memburu membuat nafasku berhembus tidak beraturan.

Tangan yang halus itu menggenggamku jemariku semakin lama semakin erat.

Tidak tahu entah mengapa aku dengan sendirinya menutup mataku secara perlahan, pada saat hidung kami mulai bersentuhan semakin dekat.

Kupejamkan mataku perlahan, dan rasanya dia juga memejamkan matanya juga. Dan kali ini tidak ada sama sekali yang aku pikirkan, alias kosong.

Dan akhirnya hal yang aku takuti terjadi...

Aku merasakan sentuhan lembut berada di bibirku... Bibir tipis miliknya menempel di bibirku sekarang, dan aku bisa merasakan semakin lama semakin erat tempelan bibir itu menyatu di dengan bibirku.

Tuhan tolong jangan biarkan aku membalas permainannya.

"Vino!!!"

Dengan cepat aku dan Bryant melepaskan ciuman itu, pada saat aku mendengar suara yang aku kenal memanggilku dari belakang.

"Kak Tristan!"

.

.

.