Vino hanya menuruti apa yang dikatakan oleh kakaknya itu, dia duduk dengan perlahan di batu besar yang berada di pinggiran sungai dari tempat yang belum diketahui sebelumnya.
Vino melihat sekeliling dan dimana tempat itu sangat-sangat bersembunyi rasanya. Karena dia baru pertama kali juga menuju ketempat yang diajak oleh kakaknya ini.
Vino hanya diam memandang lurus ke arah Sungai yang mengalir di hadapannya itu sambil memandang kearah kakaknya yang diam berdiri di hadapannya. Ingin sekali Vino bertanya pada kakaknya itu namun dia tahu bahwa jika dia bertanya pasti kakaknya tidak akan menjawab pertanyaannya.
Mereka berdua membeku dalam sebuah keheningan yang hanya mendengarkan suara dari sungai yang mengalir di hadapan mereka.
Tristan yang sebelumnya berdiri kemudian duduk dihadapan Vino.
Tristan duduk memunggungi pino sambil memandang kosong ke arah depan.
"Ada apa kak? Sebenarnya apa yang kakak sedang rasakan sekarang" Vino memberanikan diri untuk bertanya kepada kakaknya yang terdiam membisu di hadapannya itu.
Namun benar apa yang dia bilang sebelumnya bahwa percuma juga dia bertanya karena pasti kakaknya tidak akan menjawab pertanyaannya itu.
Tristan masih terdiam membeku tidak tahu apa yang sekarang berada di dalam pikirannya, karena di saat dia udah emosi maka dia tidak bisa mengendalikan emosinya dan lebih baik diam daripada termakan dengan emosinya sendiri.
Vino hanya diam tidak melakukan apapun dan tidak bertanya lagi kepada Tristan karena sekali lagi Percuma kalau bertanya kepada Tristan Di saat dia sedang emosi maka Seperti apa pun pertanyaannya tidak akan dia jawab.
"Tidak tahu entah mengapa aku begitu cemburu disaat kamu dekat dengan cowok lain Entah itu cowok ataupun cewek, Aku pasti cemburu kepadamu!" Ujar Tristan memecahkan keheningan yang menyelimuti mereka berdua.
Ada apa sebenarnya yang dirasakan oleh kak Tristan, kali ini dia benar-benar jujur mengenai perasaannya dan aku baru pertama kali ini melihat dia begitu jujur kepadaku. Karena biasanya dia sangat sangat menyembunyikan perasaannya meskipun itu kepadaku.
Namun kali ini dia benar-benar mengungkapkan itu kepadaku.
Dan aku bingung apa yang harus aku jawab Setelah dia mengatakan hal tersebut. Aku diam sejenak mencoba memikirkan apa yang pas untuk jawaban dari apa yang Kak Tristan tanyakan.
"Sudahlah Kakak jangan cemburu kepada siapapun! Asalkan kakak tahu aku hanya membuka hati dan juga diriku kepada kakak seorang, tidak untuk siapapun! Jadi kakak tidak usah khawatir mengenai perasaanku!" Ujar Vino memberanikan diri mengungkapkan apa yang benar-benar berada di dalam isi hatinya itu.
Dan pada saat itu Tristan langsung terdiam, yang sebelumnya dia melihat kosong ke arah Sungai yang ada di hadapannya dengan perlahan ia menolehkan wajahnya melihat ke belakang ke arah adiknya yang duduk di belakangnya itu.
Dan tidak mengucapkan sepatah katapun dari mulutnya namun dia hanya memandang Vino dengan pandangan yang sangat dalam dan penuh harapan.
Tidak lama setelah itu Tristan langsung mendekatkan tubuhnya ke arah dimana Vino duduk. Vino yang melihat kakaknya mulai mendekatkan tubuhnya ke arahnya itu, dia hanya diam tidak mencoba menolak ataupun menggeserkan tubuhnya sedikit pun. Dia hanya diam melihat kakaknya yang perlahan mendekat ke arahnya itu.
Semakin lama jarak Tristan dengan Vino semakin dekat dan rasanya jarak di antara mereka sudah mulai terpotong dan Tristan sekarang benar-benar berada di hadapannya Vino sekarang.
Pandangan mereka berdua terpaut terkunci satu sama lain memandang dengan mata melebar ke mata masing-masing di hadapan mereka. Tristan hanya diam memandangi wajah Vino sambil menggerakkan tangan kanannya ke atas memegang pipi dari Vino.
Setelah itu Tristan mengusap lembut pipi Vino dengan jemari tangannya. Merasakan kehangatan tersebut Vino memejamkan matanya sambil menempelkan lebih dalam dirinya tangan kanan Tristan.
Detik itu juga Tristan mendekatkan wajahnya ke arah Vino dan Tak lama kemudian dia langsung menempelkan bibirnya kepada vino.
Aku memberanikan diri untuk langsung mencium bibirnya yang tipis itu. Dia hanya diam pada saat aku mencium bibirnya, ku rapatkan Bibirku dengan bibirnya dengan perlahan. Rasanya sangat nyaman saat aku bisa menyentuh bibirnya dengan bibirku.
Dan semua rasa emosiku menurun seketika pada saat aku bisa menyentuh bibirnya dengan bibirku.
Aku tidak diam di situ saja, kubuka bibirnya perlahan dengan bibirku dan dengan perlahan aku masukkan lidahku ke dalam mulutnya. Tangan yang semula memegangi pipinya aku Arahkan menuju ke telungkup lehernya bagian belakang. Dengan cepat dan perlahan namun pasti aku tekan leher dari Vino agar lebih bisa merapat dan mendalam ke arahku.
Dia membalas ciumanku pada saat ku lumat bibirnya dia juga bermain dengan lidahku sekarang. Dan sekarang lidah kami berdua terpaut menjadi satu bermain di dalam mulut dan saling bertukar lidah pada saat itu.
Vino tidak tinggal Diam dia kemudian mengarahkan tangannya menuju ke Leherku membelai herku bagian belakang, yang membuatku merasa geli dan terangsang pada saat itu. Dia kemudian menekan dengan keras Leherku sehingga pautan ciuman kami terpaut dengan sangat dalam dan aku rasakan betapa nikmatnya pada saat aku berciuman dengannya.
Mereka berdua rasanya tidak melihat Adanya waktu di sekitar mereka.
Vino yang mulai menyukai kakaknya itu semakin lama semakin membalas Permainan apa yang diberikan oleh kakaknya itu.
Tristan juga tidak tinggal diam pada saat itu mereka berdua saling mengadu nafsu mencium satu sama lain untuk bisa meraih kenikmatan mereka berdua. Tristan kemudian duduk di batu besar itu dan mengangkat pinggang dari Vino dan dia dudukan di pahanya dan dengan cepat juga Vino memeluk leher Tristan sehingga ciuman mereka semakin lama semakin dalam.
Tristan yang sudah sangat nafsu pada saat itu menggigit kecil-kecil bibir Vino. Dengan perlahan terdengar suara desahan yang keluar dari bibir Vino, pada saat mendengar desahan tersebut Tristan tidak tinggal diam lagi. Tangan yang semula berada di lehernya Vino, Sekarang turun menjalar dan meraba dengan halus lalu memegangi bokong dari Vino.
Tristan kemudian meremas remas bokong Vino dengan pelan namun pasti serta masih melumat bibir dari Vino. Tristan melepaskan ciumannya dan lari menuruni ciumannya menuju ke leher Vino. Dia menjilati dan menyedot leher Vino sehingga beberapa bekas tertinggal di leher Vino sekarang.
Dibukanya perlahan kancing baju Vino oleh kakaknya. Mereka berdua seperti sudah sangat-sangat tidak mempedulikan apapun yang ada disekitar mereka.
Dan dengan cepat Tristan membuka kancing dari baju Vino dan perlahan lidah Tristan mulai menuruni dan bermain di puting di dada Vino dia menyedot dengan sangat keras puting Vino, semua rasa nikmat itu mereka rasakan berdua, Vino tidak tinggal Diam dia menggesek-gesekkan bokongnya yang berada di atas paha dari Tristan di mana dia juga sudah bisa merasakan ada sesuatu hal yang mengganjal dengan sangat keras yang menonjol menusuk bokong Vino.
Tidak lain tidak bukan itu adalah kejantanan dari Tristan yang sudah mulai mengeras pada saat Vino melakukan gesekan tersebut.
"Ayo pulang! Kita lanjutkan di rumah!"
Ujar Tristan sambil berbisik di telinga Vino, dan kemudian dia melumat telinga Vino.
"Ahhhh!" erang Vino merasakan nikmatnya sentuhan dari kakanya.
.
.
.