Chereads / My Deadly Beautiful Queen / Chapter 34 - Pejabat Korup

Chapter 34 - Pejabat Korup

"Ken Darsa, atas dasar apa Anda menyebut diri anda seorang arsitek?" tanya Siane yang berada di salah satu ruangan istana Raja.

Ken Darsa berkeringat dingin mendengar pertanyaan Siane.

~Wanita asing ini, berani sekali meragukan kemapuanku. Batin Ken Darsa, pria paruh baya yang rambutnya mulai memutih~

"Yang Mulia Selir, saya adalah aristek. Saya telah belajar sampai ke Eropa, Timur Tengah dan kerajaan-kerajaan lain." Kata Darsa mencoba menahan emosinya pada Siane.

~Jika saja, bukan karena Raja Artha Pura yang memintanya, aku akan langsung pergi dan menolak panggilan selir ini. Gerutu Ken Darsa ~

"Kau berkunjung atau kau belajar? Berkunjung dan belajar adalah dua hal yang berbeda Ken Darsa"

Ken Darsa terbelalak melihat keberanian Siane mengatakan hal itu dihadapan Yang Mulia Raja. Ia benar-benar merasa malu.

"Yang Mulia apakah anda meragukan saya?" tanya Ken Darsa sedikit emosi.

"Aku bertanya, bukan meragukanmu." Jawab Siane enteng. "Kau tahu bukan aku ini wanita asing, aku mana berani meragukan Ken Darsa ini."

Siane menunggu reaksi Ken Darsa. Yang Mulia Raja yang duduk agak jauh hanya bisa tersenyum dan menggelekan kepala.

~Siane, apa yang ada dibenakmu sekarang? Batin Rendra~

Ken Darsa menoleh kepada Raja. Ia memberikan tatapan seolah meminta tolong padanya. Namun, Rendra sama sekali tak bergeming dan malah terlihat santai.

"Yang Mulia Selir"

"Siane namaku Siane" kata Siane memotong kata-kata Ken Darsa. Mendengar nama itu, Ken Darsa tiba-tiba ingat. Beberapa waktu lalu ada rumor seorang Putri Mahkota membunuh ibu kandung beserta putra mahkota karena hal sepele. Kebetulan sekali nama Putri itu adalah Siane.

~Apa mungkin selir tak tahu malu ini adalah Siane Yang? Tanya Ken Darsa pada dirinya sendiri~

"Selir Siane Yang, saya belajar di negara ini. Lahir di sini. Kecintaan saya pada seni arsitektur membawa saya mejelajah negeri-negeri nan jauh di sana. Saya mempelajari banyak hal"

"Begitu kah? Kalau begitu aku ingin bertanya. Apa kau pernah dengar Candi Prambanan. Kisah itu cukup terkenal di negeri tempat aku berasal. Apa kau bisa jelaskan padaku bagiamana Candi itu berdiri dalam satu malam?"

Ken Darsa tertawa. Ia merasa selir ini benar-benar bodoh. Cerita seperti itu saja ia tidak tahu. Bahkan sampai menanyakannya. Apa benar orang ini terpelajar seperti rumornya?

"Yang Mulia, candi itu berjumlah 1000. Hanya dibangun dalam satu hari satu malam. Lebih tepatnya sebelum ayam berkokok. Tapi apa anda tahu, bahwa candi ke 1000 adalah wanita yang meminta candi itu dibangun. Dan nama wanita itu adalah"

"Roro Jonggrang"

Ken Darsa terdiam.

~Ia tahu kisah ini?~seru Ken Darsa dalam hati. Lalu mengapa ia bertanya.

"Aku bertanya, bagimana bisa Candi itu berdiri dalam satu malam. Bukan kisahnya. Kau adalah seorang arsitek yang banyak menjelajah. Tidakkah kau pergi ke sana dam melihat bangunan itu atas dasar rasa penasaranmu?"

"Saya, saya belum melihatnya."jawab Ken Darsa malu.

"Belum? Bagaiman bisa. Kau sudah pergi ke Eropa? Mengapa yang dekat belum kau kunjungi?"

Ken Darsa tidak punya jawaban, ia tertunduk malu.

"Sudahlah, aku ingin kau membantuku membangun ulang istana tempat aku tinggal. Aku ingin memintamu membangun dalam satu malam, seperti Candi itu, hanya saja jumlahnya tidak akan sampai 1000. Kau arsitek yang hebat bukan?"

"Mustahil Yang Mulia, Candi itu terbangun dengan cepat karena kekuatan gaib. Hamba yang orang biasa mustahil bisa melakukannya." Bantah Ken Darsa.

Siane mengehela nafas.

"Kau memang orang biasa, aku tahu itu. Tapi apa kau lupa, ada Raja Artha Pura di sini"

Ken Darsa tidak mengerti.

"Maksud Yang Mulia Selir?"

"Aku memberimu waktu satu hari untuk mengambar desainya. Setelah aku setuju, aku ingin dibangun dalam satu minggu. Hitung semuanya dengan ilmu matematika. Pastikan pekerja dan semua bahan cukup. Gunakan seluruh ilmumu sebagai arsitek."

"Saya tak yakin bisa menemukan orang secepat itu." Kata Ken Darsa.

"Mengapa tidak? Kau Punya Raja dan titahnya. Siapa yang tidak ingin ambil bagian, mereka bisa keluar dari kerajaan ini."

Rendra tertawa terbahak bahak mendengar perintah Siane. Tertawanya sangat lepas dan membuat semua orang heran. Bahkan Siane dan Ken Darsa dibuat menoleh olehnya.

"Ilmu matematika ya?" kata Rendra. "Benar juga. Aku tak pernah meimikirkan sebelumnya.hitung dengan tepat dan cari pekerja di seleuruh negeri. Jika ada yang menolak, suruh mereka angkat kaki. jadikan isatananya dalam satu minggu."

Ken Darsa sontak membantah.

"Yang Mulia, menemukan orang yang mau bekerja saat ini tidaklah mudah. Apalagi jika biayanya murah. Semua bahan bangunan juga sedang mahal. Belum lagi, gaya arsitektur yang diminta Selir adalah gaya Arsitektur yang tak biasa. Saya tak yakin bisa menemukan bahan yang pas."

"Murah?" kata Rendra. "Siapa yang bilang aku membayar murah?"

Ken Darsa keceplosan dan baru sadar. Ia mengatakan hal yang seharusnya ia rahasiakan.

"Aku tak pernah membayar mereka dengan murah" kata Baginda Raja. "Aku ingat betul setiap anggaran yang aku setujui untuk biaya pembangunan. Semuanya tidak ada yang Murah!"

~Gawat, jika ketahuan matilah aku.~

"Yang Mulia, saya akan berusaha semaksimal mungkin. Hanya saja, tolong beri saya waktu lebih."

Rendra memberi isyarat untuk diam.

"Arya, panggil salah satu tukang istana kemari. Aku ingin menanyakan suatu hal"

Ken Darsa mendadak pucat. Ia merasa hidupnya sudah berakhir. Jika tukang itu mengakui gaji kecilnya, maka Yang Mulia Pasti akan segera mencari tahu kenmana sisa uang yang ia berika selama ini.

"Yang Mulia memanggil hamba?" tanya seorang tukang yang masih sangat muda dan terlihat kurus.

"Benar, jawab pertanyaanku dengan jujur" kata Rendra.

"Berapa gaji yang kau dapat? Dan apa kau mendapat cukup makan? Kau terlihat sangat kurus"

Tukang itu gemetar tiba-tiba. Ia menatap ke arah Baginda dan Selir di sampingnya. Ia pun menyelidik ke arah Ken Darsa, arsitek istana sekaligus bosnya.

"Jangan takut" kata Siane. "Aku hanya ingin tahu berpa gaji yang harus aku berikan dan bagimana mengelola keuangan. Aku akan mejadi Arsitek baru kerajaan. Tuan Ken Darsa, sudah lelah dan baru saja mengajukan diri untuk pensiun. Jadi kumohon bantu aku"

Kebohongan Siane membuat tukang dihadapannya terlihat bahagia. Ia tidak takut lagi dan mengatakan berapa yang ia dapat dan apa saja yang ia peroleh.

"Apa itu cukup?" tanya Siane.

Tukang itu menunduk dan tidak berani mejawab.

"Baiklah aku mengerti. Jika itu cukup, ia tidak akan sekurus ini. Kau boleh kembali"

Bersamaan dengan perginya tukang itu masuklah menteri keuangan. Ia yang memengang seluruh catatan keuangan istana.

"Yang Mulia memanggil hamba?"kata pria tua yang membawa sejumlah abdi dalem dengan beberapa gulungan ditangannya.

"Benar, tolong bacakan seluruh rincian gaji tukang istana dan apa yang mereka kerjakan dan berapa aggaran yang tersedia."

Seketika itu juga Ken Darsi terjauh karena lemas. Menteri keuangan yang melihat hal itu kaget.

"Tuan Ken Darsi, apa anda baik-baik saja?" kata Menteri keuangan segera menghampiri orang tua itu. Dilahin pihak tiba-tiba baginda berteriak.

"Siapapun yang membantunya, akan aku seret dan jadikan makanan buaya muara"