Valeria dan ibunya melihat harga sepatu itu di internet yang membuat mereka menggelengkan kepala. "Ibu, bukankah itu setara dengan harga rumah kita?"
"Bahkan lebih mahal sepatu itu, Vale," kata Jane memastikan ketika melihat angka yang tertera pada harga sepatu itu.
Maka tidak perlu diragukan lagi betapa kaya Sean yang tidak takut membelikan sepatu semahal itu untuk Gwen. "Kenapa anak sialan itu hidupnya selalu saja enak, Ibu? Apa dia dilahirkan sebagai pembawa keberuntungan?"
Jane tidak setuju dengan anak yang dikatakan pembawa keberuntungan. Pasalnya Markus mengakui sendiri bahwa Gwen paling susah di didik. Maka dari itu dia meminta anaknya untuk menurut kepada Markus agar semua yang diinginkan oleh Valeria dituruti. "Ibu tidak akan setuju dengan ucapanmu itu, Valeria,"
Dia kesal namun tetap terlihat tenang ketika melihat kilauan berlian yang ada di sepatu itu. "Ibu kau tahu betapa gilanya aku ingin memiliki sepatu itu?"
"Apa kau pikir aku juga tidak ingin, Valeria? Kau pikir Markus akan mengatakan iya untuk membuang uangnya hanya untuk sepatu? Kau pikir kau siapa? Dia akan tetap menuruti jika itu adalah Gwen. Bukan kita berdua,"
Dia kesal lalu ingin mencoba sepatu itu. "Awas kakimu membuat sepatuku menjadi haram!" kata Gwen yang membuat adik tirinya menjauh.
Valeria tetap terlihat tegas. "Siapa yang ingin memakai sepatu murahanmu itu?"
Gwen tersenyum ketika Valeria mengatakan hal itu kepadanya. Ia mendekati adik tirinya, "Kau tahu Valeria? Sepatu ini harganya dua juta dollar, kau belum melihat di bagian harganya. Jika kau ingin, aku bisa mengirimkannya kepadamu nanti detail harga sepatu itu. Kau tahu? Sean sangat baik padaku. Bahkan mobil paling mewah yang dia miliki juga digunakan untukku ke manapun aku mau, semua orang juga tahu kalau Sean itu adalah suamiku,"
Gwen sebenarnya tidak pernah mau menyombongkan tentang Sean kepada siapa pun. Tapi tingkah adiknya yang sudah sangat menggelikan itu harus diberikan pelajaran juga. "Hah, kau pikir kau itu hebat, Gwen? Lihat saja Ben pergi darimu!" bentak Valeria.
Dia tetap terlihat tegas. "Sayangnya Ben menangisiku beberapa menit yang lalu, Valeria. Dia mengatakan dia mencintaiku, tidak bisa hidup tanpaku. Maka dari itu bukankah seharusnya kau jangan membuang waktu untuk merebut Ben? Aku sngat hafal dia seperti apa? Aku sudah empat tahun pacaran dengannya, dia adalah pria yang akan selalu kembali padaku apa pun keadaannya," Gwen begitu percaya diri.
Lebih tepatnya dia itu memang mengatakan hal yang sebenarnya. Jika Ben akan tetap menghubunginya seperti sekarang. Ben sendiri memang pria yang sudah sangat dikenalnya dan tidak mudah berpindah ke lain hati. Namun dengan kenyataan seperti itu dia sudah tidak percaya lagi kepada Ben sampai detik ini.
"Kau masih berhubungan dengannya?"
Gwen menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak pernah berhubungan dengannya. Sayangnya dia yang menghubungiku duluan," ucap Gwen sambil memberi bukti bahwa telepon masuk tadi dari Ben.
Bahkan ada beberapa ungkapan cinta datang dari Ben yang mengatakan bahwa dia masih mencintai Gwen sampai sekarang. "Saranku jangan buang waktumu untuk hal yang tidak penting, Valeria! Aku khawatir kalau Ben akan pergi begitu saja darimu dan bahkan membuatmu tidak berdaya lagi. Dia ingin memanfaatkanmu untuk dekat lagi denganku bukan?" Gwen sangat menantang kedua perempuan ini tanpa takut.
Gwen berusaha tak acuh ketika dia menarik kopernya keluar.
Dia akan memanggil anak buah dari suaminya untuk mengambil barang di kamarnya.
Gwen menunggu sejenak ketika anak buah suaminya sudah keluar. Dia baru saja teringat akan sesuatu yang tidak lain adalah fotonya dengan sang ibu yang dia lupakan di kamarnya.
Gwen kembali lagi dan mencoba mencari foto kenangannya ketika dipangku oleh ibunya.
dia sudah mencari ke sana dan kemari tapi tidak menemukan foto itu. "Di mana foto yang ada di kamarku ini?" tanya Gwen dengan cara baik-baik.
Valeria menepuk tangannya sambil tertawa dan bahkan menertawakan Gwen di sana. "Aku sudah membakarnya, kau mau apa?"
Wajah Gwen merah dan ibu tirinya malah tertawa melihat Valeria yang terlihat sangat menang ketika bicara dengan Gwen. Namun Gwen tidak tinggal diam.
Braaaak
Gwen langsung mendorong Valeria sambil mencekiknya. "Kenapa kau lakukan itu brengsek?"
Jane tidak terima dengan anaknya yang dicekik oleh Gwen mencoba menarik Gwen. Baru saja dia melangkah. "Ketika kau melangkah lagi, aku tidak akan segan membunuh kalian berdua,"
Gwen masih menyiksa adik tirinya sampai membuat Jane berhenti dan berteriak histeris. "Kumohon Gwen, maafkan anakku!" Jane tidak tega melihat bola mata Valeria yang benar-benar akan keluar karena cekikan Gwen.
Beberapa anak buah suami Gwen masuk ke dalam kamar itu setelah mendengar teriakan Jane. Begitu juga dengan anak buah Jane. "Jangan ada yang mendekat, aku akan benar-benar membunuhnya!" kata Gwen yang sudah tidak bisa bersabar lagi menahan sakit hatinya akibat perbuatan Valeria dan ibunya.
Semua orang di sana mundur karena perintah Jane dan juga Gwen yang memerintahkan jangan ada yang mendekat. "Kau perempuan sialan, kau bukan manusia! Kau harus mati," Gwen sudah murka dan tidak bisa menahan sabarnya kepada Valeria. Harta yang paling berharga yang dia miliki adalah foto itu.
"Jangan lakukan itu, Gwen! Kumohon sabarkan hatimu!" Lucy juga ikut membantu untuk menenangkan Gwen.
Apa pun yang berkaitan dengan ibunya, sudah pasti tidak akan ada yang bisa menghentikan Gwen.
Satu tarikan lalu dorongan keras.
Praaaaang
Kaca lemari itu pecah karena kepala Valeria akibat siksaan Gwen.
Valeria dia lepaskan lalu tak lama kemudian perempuan itu terduduk dengan kepala berdarah. "Kau perempuan brengsek, Gwen! Kau akan mendapatkan balasannya!" ancam Jane yang langsung menangkap Valeria.
"Ibu, a-a-apa aku masih bisa hidup?" suara terbata Valeria membuat Jane sangat khawatir dengan putrinya.
Valeria segera diangkat oleh anak buah Jane lalu akan dibawa ke rumah sakit. "Kau akan kulaporkan atas kejadian ini, Gwen! Tunggu saja balasannya!" Jane berteriak.
Sedangkan semua pengawal yang mengawal Gwen tadi hanya terdiam dengan hal itu. Tidak ada yang berani berkata apa pun.
"Lucy, kau bisa naik ke mobil lain! Aku akan langsung pulang," kata Gwen yang lemas.
"Apa yang terjadi sebenarnya?"
Gwen merasa hatinya sudah hancur mengetahui foto itu sudah dibakar oleh Valeria. "Foto bersama dengan ibuku dibakar,"
Lucy mengangguk lalu dia pergi bersama dengan pengawal Gwen yang lainnya. "Kumohon lindungi, Gwen! Dia sangat lemah, itu semua terjadi karena Valeria membakar foto kenangannya bersama dengan ibunya. Aku yakin dia itu anak yang baik. tapi jangan pernah ungkit masalah Ibunya! Gwen bukan orang yang mudah menyerah jika perihal ibunya disangkutpautkan dengan apa pun itu,"
Pengawal Gwen menghubungi Sean dengan apa yang terjadi.
Tiga jam pasca kejadian itu Gwen dijemput oleh petugas karena terbukti bersalah dengan kekerasan yang dilakukan oleh Gwen.
Bahkan perempuan itu pasrah ketika dijemput tadi oleh petugas.
Keesokan harinya berita sudah sangat heboh mengenai kekerasan yang dilakukan oleh Gwen dengan klarifikasi yang dilakukan oleh Valeria dan mengatakan semua itu adalah hal yang benar dilakukan oleh istri seorang CEO yang sangat hebat itu.
Sean mendengar kabar itu pun langsung pulang dan menemui istrinya yang sudah ditahan.
Tak lama setelah kejadian itu Sean berhasil mengeluarkan Gwen atas cabutan Valeria yang di mana Sean meminta maaf dengan kejadian itu.
Nampak juga ibu mertua dan adiknya yang ikut menjemput Gwen. "Apa kau sudah gila? Kau mau menghancurkan harga diri keluarga kami?" bentak ibunya Sean.
Tidak ada tanggapan apa pun dari Gwen setelah dimarahi itu. Namun Sean mencoba untuk membiarkan Gwen sendirian. "Ibu silakan pulang! Biar aku yang menangani masalah ini bersama Gwen," ucap Sean lalu dia masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil dia mengeraskan rahangnya karena marah dengan apa yang dilakukan oleh Gwen. "Kau ingin membunuh Valeria? Apa dia melakukan kesalahan?" tanya Sean dengan dingin.
Gwen hanya menoleh ke arah suaminya lalu membuang muka lagi melihat ke arah jalanan yang dilalui melalui jendela kaca mobil.
Sampai di rumah salah satu anak buah Sean mendekat ketika melihat Sean nampak begitu pusing dengan masalah yang dihadapi oleh Gwen. "Kuharap Anda jangan menyalahkan Nyonya Muda!"
Dia adalah Paul seorang pengawal yang sudah beberapa hari ini bersama dengan Gwen. "Apa yang kau ketahui tentang dia?"
Menurut apa yang diberitahukan oleh Lucy mengenai Ibunya Gwen. Paul ingin mengatakan hal yang sebenarnya terjadi sampai membuat Gwen terluka. "Dia memang melakukan hal itu, dia mencekik lalu memecahkan kaca lemari dengan kepala Valeria. Tapi itu bukan tanpa sebab, karnea Valeria membakar foto Gwen bersama dengan ibunya. Itu adalah satu-satunya barang berharga yang dia miliki,"
"Ibunya Gwen?"
Paul mengangguk dan masih tetap menunduk kepada Sean. "Betul Tuan. Selama ini Nyonya Muda lebih banyak menghabiskan waktunya di apartemen Nona Lucy dibandingkan pulang ke rumah dengan alasan dia tidak ingin merepotkan Ayahnya. Ditambah lagi ketika dia pulang ke rumah, Ibu tirinya dan adiknya akan selalu menyiksanya. Di saat itu pula Ayahnya tidak akan membela dia sekalipun Gwen mati ditangan Ibu tiri, sebab Ayahnya sudah begitu percaya bagaimana Ibu tiri Gwen bertindak selama ini. Jadi mohon maaf Tuan, Anda jangan mengungkit masalah Ibu lagi kepada Nyonya Muda!" Paul berkata dengan sangat sopan karena itu membuat kesedihan di hati Gwen bertambah nantinya.